Mohon tunggu...
Esra Ginting
Esra Ginting Mohon Tunggu... pegawai negeri -

an ordinary man with millions dream

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Kronologis Tidak Ditayangkannya World Badminton Championship di TV Nasional/Nonbayar

12 Agustus 2013   13:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:24 4548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ironis!

Di saat anak-anak bangsa berjuang tersenggak-senggak bercucuran air mata dan keringat, para pejabat negeri ini yang mengadakan nonton bareng, justru menonton di TV Kabel berbayar. TIDAK ADA SATU PUN stasiun TV nasional/non bayar, yang menayangkan detik detik perjuangan anak bangsa tersebut. Dimana momen yang sangat emosional ketika lagu Indonesia Raya berkumandang DUA kali di China, tidak dapat disaksikan dan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Kenapa? Karena tidak ada tayangannya di televisi nasional.

Kenapa tidak ditayangkan?

Tidak bisa dimungkiri bahwa unsur komersil menjadi prioritas industri pertelevisian nasional saat ini. Apa yang menjadi trend di masyarakat, itu yang disajikan ke publik. Industri TV juga tidak mau rugi dong, jelas! Dan pemerintah juga seakan-akan tidak bisa berbuat apa-apa.

Pertanyaan selanjutnya adalah.. Emangnya bulutangkis Indonesia tidak nge-trend ya sekarang? Dulu perasaan nge-trend..sampai ke warung kopi sekampung nonton bareng dan teriaknya bareng-bareng juga ketika Indonesia menang.

Hmm.. menurut saya, popularitas olahraga tepok bulu angsa  tersebut sudah lama redup dan ditinggalkan sebagian besar masyarakat Indonesia. Dulu, ketika zaman Susi, Mia, Haryanto Arbi, Ricky Rexy, sampai Taufik, setiap penyelenggaraan ajang badminton di Indonesia, Istora dipenuhi dengan fans yang datang dari penjuru nusantara, stasiun TV berebut memperoleh hak siar, berjuta pasang bola mata tak berkedip dan menjadi saksi setiap rally game poin demi poin.

Lantas apa yang salah?

Dulu ya... dulu... long time ago, Indonesia selalu ada kans untuk menang, karena bulutangkis dikelola oleh orang-orang yang mencintai dan paham akan olahraga ini. Pencarian bakat, pembinaan prestasi, membentuk mental juara pemain, disiplin latihan, menjadi hal sehari-hari ditemukan di PBSI.

Namun pada era tertentu di kepengurusan XXX, di saat negara lain sudah berjuang dalam pembinaan pemain dan berhasil melecutkan pemain-pemain muda, bakat-bakat baru, Indonesia seakan jalan ditempat, pengurus dan pemain saling menyalahkan, bahkan pemain berjamaah keluar dari pelatnas dan memilih menjadi pemain profesional dengan pertimbangan tertentu.

Pada era itu, TV nasional masih menayangkan acara live pertandingan bulutangkis yang pada akhirnya selalu berujung kalah, dipecundangi, dilucuti, dan dipangkas habis oleh negara lain. Pengurus pun mengumandangkan lagu wajib:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun