Mohon tunggu...
Esra Ginting
Esra Ginting Mohon Tunggu... pegawai negeri -

an ordinary man with millions dream

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Simon Santoso, Jangan Mau Balik Pelatnas

14 April 2014   16:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:42 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fantastic Simon!

Incredible!

What a perfecto playing by Simon Santoso!

Simon berhasil membungkam Sang Raja Super Series, Dato Lee Chong Wei di Kejuaraan OUE Singapore Open Super Series 2014 untuk Men Single discipline. Dengan taktik yang tidak pernah saya lihat dimainkan oleh Simon, menjadikan dirinya naik kelas menjadi sejajar dengan pemain TOP dunia lainnya.

Lee Chong Wei sendiri pun menyatakan bahwa kaget melihat permainan dan mental bermain Simon yang sepertinya tidak diduga sama sekali oleh Sang Dato. Beliau tidak dapat menerima kekalahan karena tidak bisa fokus dan keluar dari tekanan sebagai akibat dari kekagetannya atas mental dan cara bermain Simon yang diluar ekspektasinya.

Betul, saya sendiri ketika menyaksikan pertandingan tersebut hampir tidak percaya. Awalnya saya bingung, mengapa panitia meletakkan Men Single di partai terakhir? Memang Men Single memiliki prestis tersendiri dibanding kategori lain. Tapi ini yang tanding Simon vs Lee Chong Wei, yang syukur2 Simon dikasi poin 2 digit. Akan sangat tidak menarik ditonton di akhir pertandingan yang seharusnya merupakan partai pamungkas dan ditunggu2, karena harusnya rame. Kecuali di final Lee Chong Wei vs Chen Long gitu, ya pasti rame. Layak lah. Saat nonton pertandingan juga, walau Simon sudah menang di set pertama dan unggul 12-4 di set kedua, tetap saya merasa tidak aman karena lawannya itu Lee Chong Wei, yang bisa membalikkan keadaan kapan saja dia mau. Lee Chong Wei mengejar perlahan menjadi 10-12, namun Simon menjawab tuntas keraguan saya dan para pecinta bulutangkis lainnya, dengan menyabet 9 poin beruntun dan menutupnya dengan "skor Afrika" 21-10. LUAR BIASA! Dan perlu dicatat, kemenangannya itu melawan Lee Chong Wei! U should know what I mean.

Saya sampai sangat terharu dan bangga melihat pencapaian Simon, karena ini merupakan sebuah pembuktian dan jawaban atas "pembuangan" oleh PBSI. Ini jawaban seorang bermental juara.

Lu 'tendang' gw keluar Pelatnas, gw bisa buktikan bahwa gw bisa jauh lebih berkembang!

Kira2, kasarnya seperti itu.

Saya adalah satu dari sekian banyak pecinta bulutangkis yang menyayangkan 'kebijakan' Rexy Mainaki kepada Simon, target SF Malaysia Open Super Series lalu, yang gagal dipenuhi Simon karena didepak Gao Huan di babak awal. Target itu secara nyata dipublish via media dengan ancaman didepak dari Pelatnas, walau dinyatakan dengan sangat halus. Cuma itu saya lihat seperti ancaman. Pernyataan seperti akan dikeluarkan jika tidak mencapai target sepertinya kurang pantas dinyatakan ke media karena bisa menjadi bumerang bagi pemain. Seharusnya ancaman itu menjadi konsumsi internal PBSI. Herannya, muncul iming2 ingin menjadikan Pelatnas sebagai tempat 'ANGKER' yang hanya dihuni oleh para pemain JUARA.

Namun, apa yang kita lihat? Diluar Tontowi/Liliyana, Hendra/Ahsan, Tommy Sugiarto, dan pemain potensi, praktis tidak ada pemain Indonesia yang masuk kategori 'ANGKER' . Malah semakin banyak penghuni pelatnas yang medioker.

Mengapa saya sangat berpendapat kontra dengan didepaknya Simon?

1. Simon baru sembuh dari sakit dan cedera, seharusnya PBSI berpikir bagaimana memulihkan kondisinya, bukan mengancam didepak.

2. Dion**** Hay*m Rumb*k*, sang pemain yang sangat dibangga-banggakan oleh pengurus. IMHO, pemain ini memang punya skill bagus, cuma mental bertanding yang tidak menunjukkan semangat juang dan mental juara sama sekali, sorry to say. Pemain yang paling sering menjadi topik bullying di situs bulutangkis nasional ini memang kerap menjadi 'kesayangan' pengurus. Don't know why. Pemain yang disebut dengan julukan "mawar", "sang 60%", "letoy", memang kerap menghuni Round 1 dan Round 2 hampir di setiap turnamen yang diikutinya. Adil kah kalau Simon yang sudah 2 kali sebelumnya mencapai juara super series, didepak, dan mempertahankan sang mawar nya pengurus? Buat apa skill bagus kalau tidak punya JUARA minded? Dan Saya sangat setuju, apabila pemain dimaksud tidak disertakan dalam tim Thomas Cup 2014. Kalau tidak bisa menyumbang poin ya buat apa ikut? Mending beri kesempatan kepada pemain muda seperti Ihsan atau Jonatan Christie.

Dengan pencapaian Simon setelah menjuarai Malaysia Grand Prix Gold dan OUE Singapore Open Super Series 2014, saya sangat berharap Simon bisa bermain stabil ke depannya. Minimal masuk Semi Final setiap turnamen.

Dan plis, jangan mau begitu saja dipanggil ke Pelatnas lagi sebelum pemain medioker sebagaimana dimaksud pada butir 2 di atas, belum dikeluarkan dari Pelatnas.

Memang masih terlalu dini mengharapkan Simon mengembalikan kedigjayaan Men Single Indonesia di mata dunia, karena baru menang 2 kali di awal tahun ini, namun harapan agar Simon bisa bermain stabil sangat pantas diusung. Mengingat partai Men Single merupakan partai yang memiliki prestis tersendiri dibanding nomor lain, sangat wajar kalau masyarakat Indonesia berharap banyak kepada Simon dan Tommy. Semoga Simon menjadi mainstream di dunia bulutangkis sebagai Pemain Bulutangkis Men Single Profesional yang mampu bersaing di kancah perbulutangkisan top dunia.

Bravo Simon!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun