Mohon tunggu...
Esra K. Sembiring
Esra K. Sembiring Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS

"Dalam Dunia Yang Penuh Kekhawatiran, Jadilah Pejuang"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Corona Pasti Berlalu?

20 April 2020   07:44 Diperbarui: 20 April 2020   07:53 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh :
Esra K. Sembiring, (Alumnus Ilmu Politik UGM, Magister Administrasi Publik LAN RI, Magister Pertahanan UNHAN).

Fakta didepan mata yang tidak terhindarkan, banyak sudah perubahan perilaku sosial terjadi dalam masyarakat kita akibat pandemi Covid 19 ini, yang bermula sejak akhir Desember 2019 lalu, saat corona virus mulai mewabah dari Wuhan China dan saat ini sudah menyebar ke lebih dari 200 negara.  

Ribuan pekerja terpaksa dirumahkan, di PHK. Bahasa halusnya diistirahatkan sementara sampai situasi pulih dan normal kembali. Entah sampai kapan itu. 

Mirisnya,  belum ada satu pemimpin negara dunia ini yang berani menjawab pasti, kapankah wabah ini berakhir. Ibarat sebuah pertandingan tinju, kita harus sanggup bertanding lama hingga ronde terakhir. Saat obat penangkal virus nya sudah ditemukan.

Pertanyaannya,  Mampukah kita semua bertahan selama itu ?. Atau hanya sebagian kecil dari kita yang sanggup bertahan ?.

Menurut pengamatan penulis, dengan penerapan social distancing melalui PSBB seperti sekarang ini, jalanan di ibukota masih terlihat ramai. Hampir sama saja dengan waktu sebelum PSBB diterapkan. 

Kurangnya disiplin dan kesadaran  masyarakat adalah kenyataan kita saat ini. Lalu bagaimana mungkin bisa diharapkan cepat tuntas penanggulangan virusnya.

Masih kuatkah pemerintah, bila PSBB ini berjalan lebih dari 6 bulan lagi ?,  ataukah harus ada ide alternatif solusi lainnya yang sejak sekarang sudah harus disiapkan oleh penyelenggara negara ?. Atau, sudahkah perlu ada lembaga baru khusus dibentuk untuk menangani Covid 19 ini ?,

Dalam situasi kritis, skenario terburuk sepantasnya harus juga disiapkan antisipasinya. Bila ternyata pandemi covid 19 ini berkepanjangan dan berlanjut bahkan mungkin saja lebih 1 tahun karena masih tidak disiplinnya masyarakat, pemerintah pasti kewalahan dan harus sudah menyiapkan rencana kontinjensi nya sejak awal.

Bila itu yang terjadi, sepertinya memang tidak cukup bila sekedar menumpangkan penangan covid 19 ini pada BNPB, karena mungkin saja Tsunami, Gempa bumi, kebakaran hutan dan bencana alam lainnya secara insidentil terjadi juga pada saat bersamaan, sementara krisis covid 19 nya masih belum tertuntaskan.

Kekhawatiran yang wajar dan beralasan karena negara kita di beberapa tahun yang lalu sudah berulangkali mengalami maraknya berbagai ujian bencana akibat dinamika perubahan alam. 

Akan lebih baik bila ada Lembaga baru yang khusus dibentuk untuk menangani covid 19 ini secara total di Indonesia, sangat mungkin bisa saja covid 19 ini akan berputar terus silih berganti diseputaran kepulauan di Indonesia yang sangat luas ini. Sehingga perlu strategi yang lebih baru dan disesuaikan dengan karakteristik kepulauan Indonesia.

Perlukah kita mengantisipasi penyebaran covid 19 segenting itu ?. Sebagai pelengkap data bahwa covid 19 ini dinilai banyak pihak sebagai pandemi yang sangat serius dan berbahaya hingga IMF sudah siap menggelontorkan dana hingga US$ 1 triliun atau Rp 16.000 triliun kepada negara-negara anggotanya untuk mengantisipasinya. 

Bahkan juga beberapa negara besar  seperti Amerika Serikat, Jepang, dan China juga tidak ragu-ragu menggelontorkan berbagai stimulus untuk mendorong perekonomiannya.

Amerika Serikat menggelontorkan anggaran US$ 2,1 triliun (Rp 33.600 triliun/Kurs Rp 16.000 per US$) atau 10,5% dari PDB untuk menanggulangi Covid-19 di negaranya. Stimulus ini ditargetkan untuk pinjaman bagi dunia usaha di AS. Sedangkan Indonesia menyiapkan stimulus  sebesar Rp 405 triliun. Apakah sudah cukup, atau perlu lebih banyak lagi ?.

Arab Saudi secara resmi merilis surat utang alias obligasi Eurobond untuk mendukung keuangan negaranya di tengah anjloknya harga minyak dan penanganan Covid 19. Sejumlah negara di kawasan Timur Tengah juga telah terlebih dahulu menerbitkan surat utang. Sebelumnya, Qatar dan Abu Dhabi juga telah menerbitkan obligasi global dengan perolehan dana sekitar 17 miliar dollar AS atau setara sekira Rp 267,3 triliun. 

Kemudian, Israel pun pada awal bulan april ini menerbitkan obligasi dengan perolehan dana 5 miliar dollar AS atau setara sekira Rp 78,5 triliun. Artinya, semua negara tersebut tidak merasa malu berhutang. 

Strategi menyediakan payung sebelum hujan dan badai tiba, walaupun secara kasat mata negara-negara tersebut terlihat sebagai negara yang sudah kaya dan maju. 

Mungkinkah situasi negara luar itu sama artinya  dengan yang juga diterapkan oleh pemerintah Indonesia, yang meraih Rp 68,8 triliun dari penerbitan pandemic bond ini ?.

Penutup

Pinjaman dalam bentuk obligasi maupun global bond seperti yang baru dilakukan ini harus direncanakan dengan baik agar tidak menimbulkan masalah lainnya pada saat jatuh tempo di 50 tahun yang akan datang. 

Harus ada antisipasi yang berkesinambungan agar tidak terjadi gagal bayar seperti yang dialami negara Yunani, Argentina, Zimbabwe, dan beberapa negara lainnya. Karena itu perlu keterbukaan pemerintah dengan melibatkan tokoh masyarakat, akademisi, ahli  politik dan hukum tata negara sebelum memutuskan kebijakan strategis sebesar ini.

Bila semua elemen terbaik bangsa sudah bersatu dan terlibat aktif dalam pembahasan pilihan kebijakan negara, maka apapun yang menjadi pilihan pemerintah pastilah merupakan pilihan putusan yang terbaik dan pasti didukung rakyat. Tidak ada yang perlu terlalu dirisaukan berlebihan. Semua pemimpin pasti ada tantangan di masanya, dan semua badai pasti ada waktu berlalunya.
 
Corona Pasti berlalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun