Turut hadir menyambangi YAMISOK Community Gathering, acara berkonsep Gala Dinner yang digelar di Hotel Pullman, Jakarta, Rabu (31/1) kemarin, sosok Eddy Lim sebagai Ketua Umum Indonesia e-Sports Association (IeSPA) tampak pula membaur bersama figur-figur penggerak industri olahraga digital yang kian populer dewasa ini. Kesempatan nan langka ini pun ingin kami manfaatkan untuk mengajukan beberapa pertanyaan seputar dunia eSports dan perkembangannya di Indonesia, terlebih dengan kehadiran platform Yamisok itu sendiri.
Bagaimana pandangan mendalam dari orang yang berjuang terdepan dalam menjembatani berbagai kalangan, mulai dari organisasi eSports, event organizer, product vendors, game publishers, hingga para enthusiast lainnya, dengan jajaran otoritas berwenang, yakni pemerintahan? Simak penuturannya di bawah ini.
eSports.ID: Apa kabar pak? Senang bapak bisa meluangkan waktu untuk hadir di acara ini (Yamisok Community Gathering - red). Bagaimana perasaan bapak melihat begitu banyak anggota komunitas eSports yang hadir di Gala Dinner kali ini?
Eddy Lim: Bagus banget, karena untuk pertama kalinya saya merasa semua orang yang ada dalam industri eSports bisa hadir bareng. Senang pastinya melihat ada yang baru maupun yang lama bisa kumpul bersama.
eSports.ID: Menurut bapak, bagaimana perkembangan eSports di Indonesia, saat ini? Dan, apakah kehadiran Yamisok, dengan platformnya, bisa memberi pengaruh yang signifikan secara positif terhadap dunia eSports tanah air?
Eddy Lim: Sama seperti di semua negara lainnya, eSports di Indonesia telah berkembang sangat pesat, terutama selama dua tahun belakangan ini. Dan menurut saya, salah satu yang dibutuhkan oleh para gamer sekarang justru platform seperti yang dikembangkan oleh Yamisok ini.
Selama ini, gamer di Indonesia terpecah-pecah dan menggunakan beberapa platform dari luar. Dengan adanya platform seperti Yamisok, saya sih berharap semua gamer tanah air dapat berkumpul di satu wadah yang sama, sehingga mempermudah mereka untuk mencari informasi seputar turnamen dan berita-berita eSports lainnya.
eSports.ID: Sebagai sosok yang sudah lama berkecimpung dan terus memantau kompetisi eSports tanah air, bagaimana pendapat bapak tentang tim XCN Gaming Reborn dari divisi DOTA 2 yang kini dihuni empat pemain asing? Apa kira-kira dampaknya terhadap scene DOTA 2 di Indonesia?
Eddy Lim : Saya melihatnya begini, bukan berarti pemain asing itu memiliki skill di atas pemain Indonesia, tapi kita memang memerlukan kedatangan pemain dari luar untuk memberi warna kompetisi eSports lokal. Ini sebenarnya gebrakan yang bagus dari tim XCN.
eSports.ID: Kalau boleh sedikit menyimpulkan, sebenarnya hal apa menurut bapak yang masih menjadi kendala terbesar bagi tim-tim eSports lokal sehingga belum berhasil menorehkan prestasi di kancah internasional?
Eddy Lim: Menurut saya, meski tidak semua, tapi ada beberapa tim yang masih kurang kemauan untuk selalu tampil bagus, tidak memiliki keyakinan akan kemampuan sendiri, dan mentalnya perlu sedikit ditingkatkan.
eSports.ID: Sebagai Ketua Umum IeSPA, tentunya bapak bisa menilai sudah seberapa jauh peran pemerintah untuk mendukung pertumbuhan industri eSports, hingga saat ini? Dan rencana apa yang sudah dicanangkan oleh IeSPA ke depannya, sebagai kepanjangan tangan pemerintah?
Eddy Lim : Selama ini, pemerintah sangat mendukung perkembangan olahraga baru bernama eSports ini. Rencana kami, di IeSPA, adalah perluas area lingkup untuk pengurus daerah, sehingga makin besar kesempatan menemukan bakat-bakat baru di daerah.
eSports.ID: Faktanya, klasifikasi eSports itu sendiri kadang masih rancu di masyarakat luas, apakah suatu game bisa dimasukkan kategori eSports, atau tidak. Apakah bapak, dari IeSPA, sudah memiliki pedoman khusus untuk menggolongkan game mana sebagai eSports? Bagaimana menyikapi pro-kontra yang marak tentang game mobile sebagai cabang eSports?
Eddy Lim: Syarat utama suatu game bisa dikategorikan sebagai eSports adalah harus fair dari kedua sisi, karena tidak ada istilah pay-to-win dalam eSports. Selain itu, game tersebut harus diminati dan populer oleh pemain dari jumlah negara yang banyak. Tidak mungkin suatu game yang hanya populer di beberapa negara saja akan dimasukkan ke dalam cabang resmi eSports.
eSports.ID: Mengenai eksibisi eSports di Asian Games 2018, sudah sejauh mana persiapannya? Apakah sudah dikonfirmasi cabang game apa yang akan dipertandingkan, dan tim mana saja yang berhak ikut serta?
Eddy Lim : Persiapannya masih berada di tahap sisi pemerintah. Belum sampai ke tahap pelaksanaan lapangan.
eSports.ID: Pendapat pribadi bapak, apakah profesi sebagai gamer profesional (eSports) sudah bisa dijadikan sebuah mata pencaharian yang layak? Sebagai perbandingan, di luar negeri banyak anak-anak muda yang berhasil menjadikan gamer sebagai pilihan berkarir.
Eddy Lim : Untuk saat ini, di Indonesia belum bisa. Masih dalam tahap sebagai income tambahan. Gamer itu ada life span, sekitar umur 28-30 tahun itu sudah memasuki masa-masa akhir, dan akan sulit bersaing dengan gamer yang relatif masih sangat muda. Setelah pensiun menjadi gamer, apa yang bisa mereka lakukan?
Memang sangat disayangkan bahwa industri eSports tanah air masih belum cukup besar untuk beri support semua gamer dalam jangka panjang atau bagi para atlet digital yang nantinya pensiun. Maka dari itu, selain berbekal prestasi dalam eSports, para gamer harus tetap belajar dan persiapkan diri dengan keahlian lain yang berguna setelah pensiun menjadi gamer profesional.
eSports.ID: Terima kasih atas waktu dan penjelasannya, semoga kapan-kapan bisa sharing lagi.
Akhir kata, semoga dengan artikel wawancara ini, kamu bisa turut berpartisipasi aktif dan terus mengasah skill serta dukung terus industri eSports tanah air!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H