Bermain game itu menyenangkan, apalagi saat sedang mencari cara untuk menamatkan sebuah misi, atau berusaha mengejar level tertentu. Tapi kadang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya, sementara ada anggapan bahwa main game terlalu lama itu berbahaya, jadi mana yang benar? Masih terkait juga dengan kemungkinan cidera atau luka yang bisa dialami oleh atlet eSports pada pembahasan di artikel sebelumnya, bermain game tanpa henti dapat mengakibatkan cidera-cidera lebih serius, bahkan kematian.
1. Resiko Kena Thrombosis
Thrombosis adalah situasi ketika terjadi penggumpalan dalam pembuluh darah di bagian tubuh manapun dari manusia, khususnya daerah paha dan betis. Pada umumnya, hal ini lebih berpeluang menimpa orang yang terlalu sering menghabiskan banyak waktu untuk bermain game.
Kasus penggumpalan darah yang menyebabkan kematian pernah dialami seorang gamer asal Inggris bernama Chris Staniforth, yang kemudian diketahui memiliki kebiasaan untuk bermain game selama 12 jam sehari. Kasus lainnya mendera pemuda asal New Zealand yang harus dilarikan ke rumah sakit setelah alami penggumpalan pembuluh darah di kakinya akibat bermain PlayStation selama 4 hari nonstop.
Tapi, kasus serupa juga bisa menimpa orang yang bepergian jauh dan membutuhkan waktu berhari-hari. Para dokter menyarankan agar gamer maupun orang yang sedang dalam perjalanan mengambil istirahat secukupnya dan melakukan latihan ringan untuk melancarkan kembali peredaran darahnya.
2. Memicu Gagal Jantung
Laporan dari CNN pada tanggal 19 Januari 2015 menyebutkan bahwa seorang pria Taiwan berumur 32 tahun meninggal akibat bermain game di warnet selama 3 hari berturut-turut, sejak tanggal 6 Januari dan ditemukan tewas tanggal 8 Januari. Ketika ditemukan tubuh pria tersebut sudah mulai kaku yang mengindikasikan pria tersebut telah meninggal beberapa jam sebelum ditemukan.
Ketika warnet tersebut disatroni petugas polisi dan paramedis, pengguna warnet lain tidak bergeming seakan tidak ada peristiwa apapun terjadi. Keterangan rumah sakit menyebutkan bahwa pria ini meninggal karena gagal jantung. Pemicunya tidak lain adalah kelelahan berat yang diakibatkan kegiatan yang dilakukan terus menerus tanpa istirahat.
Kejadian ini merupakan yang kedua kalinya setelah sebelumnya seorang pria berumur 39 tahun juga meregang nyawa di warnet setelah bermain selama 5 hari terus menerus pada 1 januari 2015.
3. Gejala Peradangan Otot Nintendonitis
Yup, peradangan ini disebabkan oleh pergerakan intens yang dilakukan akibat bermain game. Laporan BBCpada tahun 2003 menyebutkan bahwa hal ini bisa terjadi akibat pengulangan aktivitas main game  dengan menggunakan kontroler terlalu lama hingga menimbulkan efek samping yang tidak diduga. Penggunaan kontroler erat kaitannya dengan pergerakan jemari dan jempol, begitu juga pergelangan tangan, siku hingga ke bahu. Bila intensitasnya terlalu tinggi maka cidera seperti nintendonitis tinggal menunggu waktu untuk berdampak.
4. Terpapar Gangguan Punggung, Tulang Belakang, Mata, dan Obesitas
Penelitian di tahun 1999 menyimpulkan bahwa anak-anak yang bermain video game cenderung lebih rentan terhadap gangguan tulang punggung dibanding anak seusianya yang gemar menonton TV. Dampaknya bukan hanya itu, anak-anak yang kebanyakan main game menjadi lebih cepat lelah, kurang bersemangat, dan tidurnya terganggu. Idealnya durasi bermain yang pas adalah 2 jam per hari bagi anak-anak.
Lebih lanjut, bermain video game juga pasti mempengaruhi kinerja mata yang terus-terusan terkonsentrasi pada layar. Bila terlalu sering, gangguan mata yang disebut Computer Vision Syndrome bisa muncul. CVS mengakibatkan peradangan serta nyeri pada mata dan lebih mungkin terjadi bila bermain dalam situasi pencahayaan gelap yang menyebabkan mata harus berkontraksi lebih tinggi. Kontraksi mata tanpa disadari juga merubah postur tubuh untuk menyesuaikan diri, apalagi bila kursi yang digunakan lama kelamaan menimbulkan rasa tidak nyaman. Jadi sesuaikan pencahayaan dan kursi yang pas agar kinerja mata tidak terlalu berat.
Studi yang diterbitkan oleh Pittsburgh Post-Gazzete di tahun 2012 menyebutkan bahwa orang yang menghabiskan banyak waktu dengan gaya hidup sedentary (keseringan duduk) rentan terhadap gangguan kesehatan seperti obesitas dan cenderung berjalan lebih lambat.
5. Ancaman Epilepsi dan Perubahan Cara Kerja Otak
Bagi mereka yang memiliki riwayat epilepsi, sebaiknya diawasi bila ingin bermain game. Karena sebuah laporan di tahun 1994, menyebutkan bahwa video game dapat memicu kejang-kejang bagi orang yang memiliki riwayat epilepsi. Faktor penyebabnya antara lain sensitifitas pada cahaya dan pancaran sinar yang dinamis berubah mampu menstimulus penderita epilepsi untuk mengalami kejang-kejang.
Douglas Gentile, seorang peneliti dari Universitas Iowa mempelajari dampak dari Video Game terhadap otak manusia dan menemukan bahwa memang betul bahwa video game memiliki dampak pada otak manusia dan mampu merubah tabiat sesorang. Namun baik buruknya, semua sangat tergantung banyak faktor. Kita tahu ada proses belajar dalam bermain video game seperti proses pemecahan masalah dan penyelesaian misi tertentu mampu mengubah pola pikir manusia, terutama pada anak-anak.
Penelitian lainnya juga menunjukan bahwa aksi kekerasan dalam video game dapat menimbulkan agresifitas seseorang. Penelitian dilakukan dengan melakukan tes pada sekelompok remaja berusia 18-29 tahun, yang kemudian dibagi menjadi 2 grup untuk dibedakan antara kelompok remaja yang bermain game dengan unsur kekerasan, dan kelompok yang tidak bermain game sama sekali.
Setelah dilakukan scan pada jaringan otak mereka, terdapat indikasi bahwa kelompok yang bermain game mengalami perubahan pada syaraf otak terutama di bagian cingulate cortex, tempat dimana pengaturan emosi dan kelakuan agresif  tersimpan. Sehingga ada kemungkinan besar bahwa video game mampu mengubah cara kerja otak dengan cara-cara tertentu. Para peneliti tersebut menyarankan solusi terbaik adalah membatasi durasi bermain khususnya bagi anak-anak.
Terbukti fatal juga dampaknya kalau main game sampai lupa waktu, makanya jangan sampai yah kita kena efek sampingan nan berbahaya seperti di atas! Jaga kesehatan terus sobat eSports.id!
Perhatikan dan Hindari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H