4. Terpapar Gangguan Punggung, Tulang Belakang, Mata, dan Obesitas
Penelitian di tahun 1999 menyimpulkan bahwa anak-anak yang bermain video game cenderung lebih rentan terhadap gangguan tulang punggung dibanding anak seusianya yang gemar menonton TV. Dampaknya bukan hanya itu, anak-anak yang kebanyakan main game menjadi lebih cepat lelah, kurang bersemangat, dan tidurnya terganggu. Idealnya durasi bermain yang pas adalah 2 jam per hari bagi anak-anak.
Lebih lanjut, bermain video game juga pasti mempengaruhi kinerja mata yang terus-terusan terkonsentrasi pada layar. Bila terlalu sering, gangguan mata yang disebut Computer Vision Syndrome bisa muncul. CVS mengakibatkan peradangan serta nyeri pada mata dan lebih mungkin terjadi bila bermain dalam situasi pencahayaan gelap yang menyebabkan mata harus berkontraksi lebih tinggi. Kontraksi mata tanpa disadari juga merubah postur tubuh untuk menyesuaikan diri, apalagi bila kursi yang digunakan lama kelamaan menimbulkan rasa tidak nyaman. Jadi sesuaikan pencahayaan dan kursi yang pas agar kinerja mata tidak terlalu berat.
Studi yang diterbitkan oleh Pittsburgh Post-Gazzete di tahun 2012 menyebutkan bahwa orang yang menghabiskan banyak waktu dengan gaya hidup sedentary (keseringan duduk) rentan terhadap gangguan kesehatan seperti obesitas dan cenderung berjalan lebih lambat.
5. Ancaman Epilepsi dan Perubahan Cara Kerja Otak
Bagi mereka yang memiliki riwayat epilepsi, sebaiknya diawasi bila ingin bermain game. Karena sebuah laporan di tahun 1994, menyebutkan bahwa video game dapat memicu kejang-kejang bagi orang yang memiliki riwayat epilepsi. Faktor penyebabnya antara lain sensitifitas pada cahaya dan pancaran sinar yang dinamis berubah mampu menstimulus penderita epilepsi untuk mengalami kejang-kejang.
Douglas Gentile, seorang peneliti dari Universitas Iowa mempelajari dampak dari Video Game terhadap otak manusia dan menemukan bahwa memang betul bahwa video game memiliki dampak pada otak manusia dan mampu merubah tabiat sesorang. Namun baik buruknya, semua sangat tergantung banyak faktor. Kita tahu ada proses belajar dalam bermain video game seperti proses pemecahan masalah dan penyelesaian misi tertentu mampu mengubah pola pikir manusia, terutama pada anak-anak.
Penelitian lainnya juga menunjukan bahwa aksi kekerasan dalam video game dapat menimbulkan agresifitas seseorang. Penelitian dilakukan dengan melakukan tes pada sekelompok remaja berusia 18-29 tahun, yang kemudian dibagi menjadi 2 grup untuk dibedakan antara kelompok remaja yang bermain game dengan unsur kekerasan, dan kelompok yang tidak bermain game sama sekali.
Setelah dilakukan scan pada jaringan otak mereka, terdapat indikasi bahwa kelompok yang bermain game mengalami perubahan pada syaraf otak terutama di bagian cingulate cortex, tempat dimana pengaturan emosi dan kelakuan agresif  tersimpan. Sehingga ada kemungkinan besar bahwa video game mampu mengubah cara kerja otak dengan cara-cara tertentu. Para peneliti tersebut menyarankan solusi terbaik adalah membatasi durasi bermain khususnya bagi anak-anak.
Terbukti fatal juga dampaknya kalau main game sampai lupa waktu, makanya jangan sampai yah kita kena efek sampingan nan berbahaya seperti di atas! Jaga kesehatan terus sobat eSports.id!
Perhatikan dan Hindari