Mohon tunggu...
Aryanto Universitas Timor
Aryanto Universitas Timor Mohon Tunggu... Mahasiswa - Suara mahasiswa

Tidak ada hari esok untuk mereka yang pesimis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Elektoral: Ketika Persahabatan Berubah Menjadi Perseteruan

10 Januari 2024   20:55 Diperbarui: 10 Januari 2024   21:19 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik, seiring berjalannya waktu, telah menjadi panggung yang penuh intrik dan kepentingan elektoral. Sayangnya, hal ini terkadang menyebabkan perubahan dramatis dalam hubungan personal, terutama ketika individu dengan pandangan dan visi serupa terlibat dalam arena politik. Dua orang yang semula akrab dan serasi dapat berubah menjadi musuh yang saling membenci dan menuduh begitu mereka terlibat dalam dinamika politik, terutama ketika dihubungkan dengan partai politik yang mendanai mereka.

Sejatinya, politik seharusnya menjadi wadah untuk mewujudkan keinginan bersama dan melayani kepentingan publik. Namun, realitasnya seringkali berbeda. Ketika individu memasuki dunia politik dan tergantung pada partai politik sebagai sumber dukungan finansial, seringkali mereka terperangkap dalam jaring laba-laba kepentingan elektoral. Ini memicu konflik internal di antara mereka, bahkan yang sebelumnya memiliki hubungan yang kokoh.

Konflik ini terkadang melibatkan saling menuduh dan menjatuhkan, menciptakan atmosfer yang tidak sehat dalam dunia politik. Salah satu penyebab utama adalah tekanan untuk mempertahankan citra partai dan memenangkan dukungan elektoral. Para politisi, demi meraih kemenangan, dapat mengesampingkan hubungan personal dan integritas mereka, menciptakan jurang yang sulit diatasi.

Meskipun banyak politisi memasuki dunia politik dengan niat baik, mereka terkadang terjebak dalam permainan kekuasaan dan strategi elektoral yang memaksa mereka untuk bersaing dengan sesama partai. Ini menyebabkan mereka tidak hanya berjuang melawan oposisi, tetapi juga melawan rekan satu partai mereka sendiri.

Dalam banyak kasus, kepentingan pribadi dan ambisi menjadi pemain utama di belakang layar politik. Politisi dapat terombang-ambing antara mempertahankan integritas dan memenangkan dukungan partai. Oleh karena itu, seiring waktu, persahabatan yang seharusnya menjadi kekuatan di dunia politik dapat hancur menjadi puing-puing karena desakan elektoral.

Tetapi, penting untuk tidak melupakan bahwa tidak semua politisi terperangkap dalam dinamika ini. Ada mereka yang berhasil mempertahankan integritas mereka dan tetap setia pada nilai dan visi awal mereka. Mereka yang mampu memahami dinamika politik tanpa kehilangan identitas mereka sebagai individu dapat menjadi contoh positif di dalam arena politik.

Dengan pemahaman mendalam tentang tantangan politik dan kesiapan untuk menanggapi tekanan eksternal, politisi dapat membangun dan memelihara hubungan positif di tengah lingkungan politik yang seringkali penuh dengan kesulitan ini. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memilih dan mendukung pemimpin yang tidak hanya berkomitmen pada kepentingan elektoral, tetapi juga pada nilai-nilai moral dan hubungan interpersonal yang membangun kebersamaan. Hanya dengan demikian politik dapat kembali menjadi wahana untuk mewujudkan keinginan bersama dan melayani kepentingan masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun