Mohon tunggu...
Aryanto Universitas Timor
Aryanto Universitas Timor Mohon Tunggu... Mahasiswa - Suara mahasiswa

Tidak ada hari esok untuk mereka yang pesimis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tidak Apa-apa jika Harus Merasakan Sakit dan Jatuh

10 Juni 2022   23:12 Diperbarui: 10 Juni 2022   23:43 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika berbicara tentang rasa sakit dan jatuh berkali-kali dan hidup dengan mental yang tidak sehat  maka saya adalah orangnya, hidup diantara 7 orang bersaudara saya adalah yang paling tidak disukai. Mental saya harus terganggu karena didikan orang tua yang keras dan tanpa kompromi. Kamu bisa membayangkan seorang anak laki-laki yang lahir 

dengan kelainan fisik di keluarga paling miskin dan harus berdiam saja dirumah atau didalam kamar yang sempit sejak dini dan membuat kesehatan mentalnya terganggu .    Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan tekanan seberat itu, 

didikan orang tua dirumah yang keras kemudian ketika disekolah dihadapkan pada situasi yang sama menjadikan saya sebagai anak dengan kepribadian tertutup atau introvert. Kakak perempuan saya yang keempat sering meminjam 

buku dari perpustakaan sekolah  sehingga meskipun saya tidak punya teman bermain setidaknya ada buku-buku yang selalu tersedia dalam kamar sempit itu. Jadi setiap kali setelah selesai menghadapi tekanan yang berat di 

sekolah dan  dirumah saya selalu melakukan self-healing dengan membaca buku-buku yang dibawakan oleh kakak perempuan saya. Saya mencoba menyembuhkan luka batin dengan membaca setiap hari.  

Apapun bukunya akan saya habiskan secepatnya dengan begitu saya akan sedikit terhibur dan sedikit melupakan kejadian buruk yang telah saya lewati, meskipun dikesempatan berikutnya saya akan menghadapi kejadian yang sama seperti sebelumnya. 

Ketika melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA masih tidak ada yang berubah saya masih sama seperti biasanya saya lebih sering menghabiskan waktu luang dengan menyendiri di perpustakaan Ketika disekolah dan menyendiri di kamar sewaktu pulang sekolah. 

Kebanyakan orang ketika melanjutkan sekolah di Kota akan memiliki teman yang banyak tapi saya tidak, mereka yang memahami kepribadian sayalah yang akan data menemui saya dirumah. Saya harus mengakui bahwa saya berlindung dibalik kata "introvert" dan menurut saya itu adalah hal yang wajar. 

Ketika saya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi saya merasa bahwa saya benar-benar tertekan karena tuntutan yang saya rasa akan membuat saya keluar dari kepribadian saya yang tertutup, tidak suka bersosialisasi dan tidak bisa berbicara didepan orang lain atau keramaian.

Saya lebih cenderung overthinking, sering menyalahkan diri sendiri, susah tidur, tidak percaya pada diri sendiri, sering saya merasa lelah dengan pikiran sendiri, takut pada apa yang belum pernah terjadi. 

saya sering berharap pemerintah memberikan wadah untuk menampung orang-orang dengan kepribadian tertutup tanpa harus merusak kesehatan mental mereka. Bukankah banyak tokoh terkenal dunia itu adalah orang-orang introvert?

Saya berharap apa yang saya alami di masa lalu hingga sekarang tidak dapat dialami oleh orang-orang yang membaca tulisan ini. 

"Lebih baik sedikit self-healing daripada keseringan overthinking ". 

Berhentilah overthinking seperti saya dan sembuhkan lah mental sobat-sobatku sekalian jika kalian memiliki kehidupan lebih baik dari saya, berkecukupan dan kebutuhannya selalu terpenuhi maka berhentilah overthinking kalian tidak pantas berpikiran negatif dengan keadaan seperti itu. 

Jangan merayakan kegalauan masa muda itu tidak akan pernah ada faedahnya, lebih baik menjadi generasi Z yang menghasilkan karya daripada overthinking berkepanjangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun