Mohon tunggu...
Esmeralda Ivana
Esmeralda Ivana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

fakultas hukum

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perspektif Mahasiswa terhadap Pembelajaran Jarak Jauh di Indonesia

19 Januari 2021   22:56 Diperbarui: 20 Januari 2021   16:01 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Coronavirus disease atau yang biasa disebut Covid-19 adalah virus yang menjadi penyebab utama terjadinya pandemi di seluruh dunia. Covid-19 pertama kali ditemukan di Hubei pada pertengahan November 2019. Virus ini menyebabkan gangguan pada sistem respirasi, mulai dari yang tanpa gejala sampai pneumonia akut. Mudahnya penularan Covid-19 yang hanya melalui cairan dari mulut dan hidung seperti penularan flu membuat penularan virus ini terjadi secara cepat dan grafik penularannya meningkat setiap hari. Untuk mengantisipasi pandemi ini, pemerintah dari seluruh dunia membuat berbagai kebijakan, salah satunya adalah social distancing.

Adanya pandemi Covid-19 di Indonesia mewajibkan masyarakat untuk menaati protokol kesehatan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk meminimalisiasi penyebaran virus. Dalam dunia pendidikan, pemerintah menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang mengharuskan mahasiswa belajar daring. 

Pembelajaran daring ini mewajibkan civitas akademika yaitu pelajar dan pengajar memiliki laptop, telepon genggam, kuota internet yang cukup, serta sinyal yang baik. Bagi sebagian orang mungkin sistem pembelajaran jarak jauh ini sudah tepat untuk menggantikan pembelajaran tatap muka yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pada masa pandemi. Namun bagi pihak yang bersangkutan seperti mahasiswa dan dosen, pembelajaran jarak jauh ini tidak sepenuhnya sempurna. Banyaknya persyaratan untuk melakukan proses pembelajaran daring membuat mahasiswa terhambat dalam menerima ilmu. Berkembangnya teknologi memang memudahkan, namun belum tentu dapat menggantikan sistem tatap muka.

Keluhan-keluhan yang dialami mahasiswa sangat banyak dan beragam sehingga diperlukan peran pemerintah dan pihak universitas untuk memperbaiki sistem pembelajaran jarak jauh di Indonesia. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian "Perspektif Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Jarak Jauh di Indonesia" untuk merangkum apa yang menjadi permasalahan bagi mahasiswa dalam pembelajaran online. Dengan mengetahui akar permasalahan, pemerintah dan pihak universitas dapat lebih mudah memahami situasi dan memberi solusi yang sesuai dengan situasi mahasiswa saat ini.

Adapun teori-teori yang mendukung dan relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pandemi COVID-19

Saat ini dunia sedang diresahkan dengan adanya pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak awal tahun 2020. Virus ini adalah virus zoonosis yaitu virus yang dapat menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Penyebaran virus ini berlangsung sangat cepat karena cara penularan virus ini seperti penularan flu biasa. 

Menurut Worlds Health Organization (WHO), ada empat cara penyebaran virus covid-19, yaitu 1) melalui droplet yaitu saat seseorang batuk, bersin, bernyanyi, berbicara, hingga bernapas. 2) melalui udara yaitu melalui partikel-partikel kecil yang melayang di udara. 3) melalui permukaan yang terkontaminasi yaitu saat seseorang menyentuh permukaan yang mungkin telah terkontaminasi virus dari orang yang batuk atau bersin. 4) melalui fecal-oral atau limbah manusia, melalui darah, dari ibu ke anak, hingga dari hewan ke manusia. (Sarah Oktaviani Alam, 2020)

2. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

Untuk mengantisipasi penyebaran virus Corona, pemerintah Indonesia menerapkan sistem Pembelajaran Jarak Jauh untuk melaksanakan proses belajar mengajar selama pandemi. Pembelajaran Jarak Jauh yakni melaksanakan kegiatan belajar mengajar di rumah masing-masing untuk mencegah kerumuman dan sebagai pengganti dari pembelajaran tatap muka. Pembelajaran Jarak Jauh dilaksanakan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dalam pembelajaran berbasis internet.

Berdasarkan Undang-Undang Perguruan Tinggi nomor 12 tahun 2012, pasal 31 tentang Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), PJJ merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi. PJJ akan memberikan layanan Pendidikan Tinggi kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler; dan memperluas akses serta mempermudah layanan pendidikan tinggi dalam pendidikan dan pembelajaran. PJJ diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan tinggi. (Pendidikan Jarak Jauh, 2020)

3. Perspektif mahasiswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perspektif adalah cara melukiskan suatu benda pada permukaan yang mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi (panjang, lebar, dan tingginya). Perspektif juga dapat diartikan sebagai sudut pandang atau pandangan. (KBBI, 2016). Pada konteks ini, perspektif mahasiswa bermakna sudut pandang mahasiswa tentang kegiatan belajar secara daring. Sudut pandang dalam konteks ini ditujukan pada tingkat kepuasan, perasaan, maupun hambatan-hambatan yang dialami mahasiswa. Presepektif mahasiswa juga berisi pendapat kritis mahasiswa terhadap keadaan pembelajaran saat ini.

Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan Rahmawati, M.Kes. dan Ns. Evita MuslimaIsnanda Putri, M.Kep. dengan judul "Learning From Home dalam Perspektif Persepsi Mahasiswa Era Pandemi Covid-19" dalam Prodi D3 Keperawatan Stikes Rajekwesi Bojonegoro. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Accidental Sampling pada 200 mahasiswa Stikes Rajekwesi Bojonegoro, Data dikumpulkan melalui Google Form dan dikonversikan dalam bentuk presentase. Hasil penelitia menunjukkan bahwa : 1) 54.5% sulit memahami materi perkuliahan 2) 50% mahasiswa menjadi lebih kreatif 3) metode dan strategi pembelajaran 51.5% cukup sesuai 4) hubungan antara dosen dengan mahasiswa 46% kurang dekat 5) pelaksanaan tugas oleh mahasiswa 56.5% sulit dan lambat 6) 41% mahasiswa kurang aktif selama perkuliahan. Mahasiswa menganggap learning from home kurang memuaskan dan perlu adanya inovasi yang lebih menyenangkan dalam pelaksanaannya.  (Rahmawati., 2020)

 2. Penelitian yang dilakukan Abid Rohmanu, Evi Muafiah Muafiah, Arif Rahman Hakim, dan Vivi V. W. Damayanti yang berjudul "Kesiapan, Kompleksitas dan Harapan Pembelajaran Jarak Jauh: Perspektif Mahasiswa Iain Ponorogo". Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif yaitu survei pada 124 mahasiswa dari Fakultas Syariah dan Pascasarjana IAIN Ponorogo. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pengalaman dosen dan mahasiswa masa awal pandemi di IAIN Ponorogo masih dikurung oleh problem teknis dan belum masuk ke persoalan yang lebih substantif dalam pembelajaran daring yang lebih bisa menggaransi interaksi pembelajaran yang bersifat produktif. Perlu adanya adaptasi teknologi dan informasi dalam pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilakukan baik pada masa pandemi maupun pasca pandemi bisa lebih efektif dan bermakna. (Perspektif & Iain, 2020)

 3. Penelitian yang dilaksanakan oleh Arif Widodo dan Nursaptini Nursaptini yang berjudul "Problematika Pembelajaran Daring dalam Perspektif Mahasiswa". Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan kuantitatif melalui survei terhadap mahasiswa PGSD di Universitas Mataram dan analisis datanya menggunakan metode statistik desktiptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah yang dihadapi mahasiswa selama pembelajaran daring antara lain koneksi internet, media daring sering error dan keterbatasan kuota internet. Banyak mahasiswa yang mengaku jenuh dan kurang fokus jika belajar secara online. Kriteria media daring yang disukai mahasiswa adalah menggunakan media yang irit kuota, tidak butuh jaringan kuat, dan mudah digunakan. Masalah yang harus dievaluasi dalam pembelajaran daring menurut mahasiswa adalah metode pembelajaran, penggunaan media daring dari dosen, ketersediaan koneksi dan kuota internet mahasiswa. (W. Arif, 2020)

Penelitian ini sangat penting dilakukan karena banyaknya kritik yang bermunculan di kalangan pelajar dan mahasiswa yang tidak bisa ditinggal diam dan membutuhkan penanganan segera. Jika masalah Pembelajaran Jarak Jauh terus terjadi, dikhawatirkan pembelajaran akan terus terganggu dan sangat mengurangi efektifitas pembelajaran. Penelitian ini juga dilaksanakan agar para pembaca dapat memahami keluh kesah mahasiswa dan ikut menyampaikan saran terhadap pemerintah maupun universitas. Penulis berharap kritik yang disampaikan akan memperbaiki keadaan dan dapat diterima dengan baik.

Metode penelitan yang digunakan penulis dalam pelaksanaan penelitian ini adalah penelitian survei. Metode penelitian survei adalah penelitian yang sumber data dan informasi utamanya diperoleh dari responden sebagai sampel penelitian dengan menggunakan kuesioner atau angket sebagai instrumen pengumpulan data. (Sosiologis, 2018). 

Penulis membuat angket menggunakan google forms lalu menyebarkannya ke media sosial untuk diisi oleh mahasiswa dari berbagai universitas. Alasan dipilihnya metode survei online untuk melaksanakan penelitian ini adalah karena situasi dan kondisi di Indonesia yang tidak memungkinkan pengumpulan data secara langsung, baik wawancara maupun membagikan angket di tempat-tempat umum. 

Metode ini juga memudahkan penulis untuk mengolah data dan juga kuisioner online dapat diakses lebih dari satu orang sehingga data dapat tersimpan dengan baik di perangkat yang berbeda. Selain itu, kelebihan dari metode ini adalah hemat biaya, hemat waktu, responden bisa memilih waktu yang tepat baginya untuk mengisi kuisioner, adanya jaminan kerahasiaan (anonymity) yang lebih besar, serta dapat menjangkau responden dengan jumlah besar dan tempat tinggal yang jauh. Sedangkan, kekurangan dari metode ini adalah tidak fleksibel, terdapat kecenderungan rendahnya tanggapan (response rate), dan tidak ada kepastian bahwa pertanyaan dalam angket diketahui maksudnya oleh responden (Firdaus Muqarobbin, 2015). Penelitian ini akan menyajikan data-data dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil angket, kemudian hasil yang diperoleh akan diolah menggunakan tabel yang kemudian dijabarkan. 

Penelitian ini dilakukan terhadap 120 responden dengan 9 jumlah pertanyaan terkait dengan efektivitas pembelajaran jarak jauh. Kuisioner yang dibagikan penulis berupa pertanyaan dengan dua jenis jawaban yaitu pilihan ganda dan isian singkat. Penulis memilih cara tersebut karena responden lebih gemar mengisi pertanyaan yang pilihannya sudah disajikan lalu diselingi dengan pendapat yang diuraikan secara singkat. Dengan metode tersebut, responden akan lebih mudah dalam memberikan jawaban dan mengisi kuisioner dengan serius sehingga hasil dari penelitian ini lebih akurat dan mewakili sudut pandang mahasiswa.

Dari kuesioner yang telah dibagikan oleh penulis kepada 120 responden mahasiswa di seluruh Indonesia, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa keluhan yang dirasakan oleh mahasiswa di Indonesia dalam menjalani proses pembelajaran jarak jauh. Mayoritas mahasiswa lebih menyukai pembelajaran offline dan/atau diimbangi dengan pembelajaran online dikarenakan kurangnya fokus dan sulitnya memahami materi pembelajaran yang disampaikan apabila proses pembelajaran hanya dilakukan secara online. Adanya koneksi internet yang kurang baik juga menjadi salah satu faktor utama yang menjadikan mahasiswa lebih memilih pembelajaran secara offline karena dinilai lebih efektif dan dapat menjalankan pembelajaran dengan lebih fokus. Beberapa mahasiswa juga mengeluhkan tentang mata perkuliahan praktek yang dinilai tidak bisa jika hanya dilakukan secara online.

 Dari kuisioner yang dibagikan terhadap 120 mahasiswa, dapat diketahui beberapa hal terkait pembelajaran jarak jauh, yakni:

1. Pertanyaan :  Apakah anda merasa keberatan dengan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen-dosen anda? 

Hasil: Sebanyak 58 mahasiswa merasa keberatan dengan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen dan 62 mahasiswa lainnya tidak merasa keberatan dengan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen. Artinya, Sebagian besar mahasiswa tidak merasa keberatan dengan tugas-tugas yang diberikan.


2. Pertanyaan : Apakah anda pernah merasa keberatan dengan deadline tugas yang diberikan oleh dosen anda selama perkuliahan online?
Hasil: Sebanyak 79 mahasiswa pernah merasakan keberatan dengan deadline tugas yang diberikan oleh dosen dan 41 mahasiswa lainnya tidak pernah keberatan dengan deadline yang diberikan oleh dosen. Artinya, Sebagian besar mahasiswa merasa keberatan dengan deadline tugas.

3. Pertanyaan:  Apakah anda terkendala selama menjalankan perkuliahan daring?
Hasil: Sebanyak 37 mahasiswa terkendala selama menjalankan perkuliahan daring, 10 mahasiswa tidak terkendala selama menjalankan perkuliahan daring, dan 73 mahasiswa menyatakan terkadang terkendala selama menjalankan perkuliahan daring. Maka Sebagian besar mahasiswa kadang-kadang mengalami kendala selama perkuliahan.

4. Pertanyaan: Apa kendala yang biasa anda rasakan? Jelaskan!
Hasil:  Mayoritas mahasiswa terkendala dengan koneksi internet yang kurang baik dan kuota yang kurang memadai. Mahasiswa sulit memahami materi yang disampaikan karena situasi di rumah kurang mendukung. Deadline tugas yang diberikan dosen juga terlalu cepat sehingga mahasiswa hanya mengejar deadline dan tidak betul-betul memahami materi. Mahasiswa juga menjadi malas, jenuh dan sulit membagi waktu. Selain itu, mahasiswa juga merasakan gangguan fisik seperti pegal-pegal dan mata kering.

5. Pertanyaan:   Apakah anda puas terhadap proses pembelajaran online yang sudah dilakukan selama masa pandemi?
Hasil:   Tiga dari 120 mahasiswa merasa sangat puas terhadap proses pembelajaran online, 40 mahasiswa menyatakan puas terhadap proses pembelajaran online yang sudah dilakukan, dan 77 mahasiswa menyatakan kurang puas terhadap proses pembelajaran online yang sudah dilakukan.

6. Pertanyaan:   Apakah pembelajaran online membawa cenderung membawa dampak positif atau sebaliknya?
Hasil: Sebanyak 56 mahasiswa berpendapat bahwa pembelajaran online cenderung membawa dampak positif dan 64 mahasiswa lainnya merasa pembelajaran online cenderung membawa dampak negatif.


7. Pertanyaan: Bagaimana menurut anda seharusnya pihak universitas menyempurnakan kegiatan pembelajaran online saat ini?
Hasil: Mayoritas mahasiswa berpendapat seharusnya pihak universitas menyediakan akun premium/berbayar untuk aplikasi video conference yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar bagi setiap dosen pengajar, mengurangi pemberian tugas kepada mahasiswa dan memberitahukan kepada dosen pengajar untuk menjelaskan materi secara lengkap ketika pertemuan daring. Sebagian mahasiswa juga berpendapat sebaiknya universitas melaksanakan tatap muka dengan protokol kesehatan.

8. Pertanyaan : Bagaimana menurut anda seharusnya pemerintah menyempurnakan kegiatan pembelajaran online saat ini?
Hasil: Mayoritas mahasiswa berpendapat bahwa seharusnya pemerintah meratakan pendistribusian bantuan kuota gratis maupun bantuan lainnya terutama bagi pelajar yang kurang mampu, dan memastikan agar koneksi internet di Indonesia stabil agar terciptanya proses pembelajaran yang nyaman tanpa gangguan koneksi internet. Mahasiswa juga menyarankan agar pemerintah memberi subsidi gadget untuk mahasiswa yang membutuhkan, mengadakan penggalangan dana, dan mengedukasi pendidik agar perkuliahan menjadi bervariasi.

9. Pertanyaan: Metode pembelajaran manakah yang menurut anda lebih baik untuk diterapkan di masa yang akan datang?
Hasil:  Sebanyak 59 mahasiswa menganggap kuliah tatap muka lebih baik untuk diterapkan di masa mendatang, 2 mahasiswa menyatakan bahwa kuliah online dianggap lebih baik untuk diterapkan di masa mendatang, dan 59 mahasiswa menyatakan bahwa kuliah tatap muka yang diimbangi dengan kuliah online dianggap lebih baik untuk diterapkan di masa mendatang.

Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian diatas adalah :

1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara metode pembelajaran secara online dan metode pembelajaran secara offline. Mahasiswa merasa bahwa diberlakukannya pembelajaran secara online justru membuat konsentrasi dalam pembelajaran menurun karena gangguan-gangguan seperti suasana belajar yang tidak mendukung dan terganggunya koneksi internet. Gangguan-gangguan tersebut berdampak pada mahasiswa untuk menerima materi. Oleh karena itu, banyak mahasiswa yang memilih pembelajaran offline dan/atau diimbangi dengan online agar gangguan-gangguan tersebut tidak selalu terjadi setiap melakukan pembelajaran.

2. Dalam proses pembelajaran pada masa pandemi seperti ini, yang dapat dilakukan hanyalah pembelajaran secara online. Tetapi dari hasil penelitian yang penulis lakukan, pembelajaran online kurang efektif dibandingan pembelajaran secara offline dikarenakan banyak faktor yang menjadi penghambat antara masuknya materi pembelajaran kepada mahasiswa. Mahasiswa lebih menyukai penjelasan materi yang lebih mendalam dibandingkan yang dilakukan secara online karena ada pembatasan waktu dan ditambah dengan kendala-kendala yang sewaktu-waktu dapat terjadi pada dosen pengajar ataupun mahasiswa.

3.  Mayoritas mahasiswa berpendapat bahwa pihak universitas harus memfasilitasi dosen pengajar agar memiliki akun berbayar/premium untuk penggunaan aplikasi belajar video conference demi kelancaran proses pembelajaran dikarenakan adanya keterbatasan waktu jika tidak mempunyai akun berbayar membuat dosen pengajar tidak mempunyai cukup waktu untuk menjelaskan materi secara lebih mendalam. Saran mahasiswa yang lainnya adalah pemerintah harus meratakan persebaran subsidi kuota internet dan bantuan lainnya seperti perangkat penunjang pembelajaran online terutama kepada mahasiswa yang membutuhkan, dan memastikan jaringan internet di Indonesia tetap stabil agar terciptanya proses pembelajaran yang nyaman tanpa gangguan koneksi internet.

Melalui penelitian "Prespektif Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Jarak Jauh di Indonesia", hal-hal yang apat dilakukan untuk menambah efektifitas pembejajaran jarak jauh adalah:

1. Pihak universitas seharusnya menyediakan akun video conference untuk kegiatan belajar mengajar serta menginstruksikan dosen untuk lebih menekankan pada penjelasan materi ketimbang pemberian tugas yang deadlinenya singkat.

2. Pemerintah seharusnya lebih berupaya untuk memberikan bantuan internet kepada mahasiswa kurang mampu dan memastikan kestabilan internet agar perkuliahan tetap lancar.

3. Baik pemerintah, pihak universitas, maupun mahasiswa harus saling memahami situasi dan kondisi pada saat ini. Pihak pengajar harus menyesuaikan keadaan mahasiswa sedangkan mahasiswa harus berusaha lebih lagi dalam mengikuti perkuliahan agar Pembelajaran Jarak Jauh ini sama efektifnya dengan tatap muka langsung.

REFERENSI

Alam, Sarah Oktaviani. 2020. Berbagai Cara Penyebaran Virus Corona COVID-19 Menurut WHO, Apa Saja? Diakses pada 15 Januari 2021
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5122703/berbagai-cara-penyebaran-virus-corona-covid-19-menurut-who-apa-saja

Muqarrobin, Firdaus. 2015. Penelitian Survei. Diakses pada 15 Januari 2021 https://eurekapendidikan.com/penelitian-survei
 
Pendidikan Jarak Jauh. 2020. Dasar Hukum. diakses pada 15 Januari 2021 https://pjj.pens.ac.id/index.php/dasar-hukum/
 
Perspektif. 2016. Pada KBBI Daring. Diakses pada 15 Januari 2021 https://kbbi.web.id/perspektif

Rahmawati, & Putri, E. M. I. (2020). Learning From Home dalam Perspektif Persepsi Mahasiswa Era Pandemi Covid-19. Seminar Nasional Hardiknas, 17–24. http://proceedings.ideaspublishing.co.id/index.php/hardiknas/article/view/3/3

Rohmanu, A., Muafiah, E., Hakim, A. R., & Damayanti, V. V. . (2020). Kesiapan, Kompleksitas dan Harapan Pembelajaran Jarak Jauh: Perspektif Mahasiswa Iain Ponorogo. Jurnal Pendidikan Islam, 11(2). http://103.88.229.8/index.php/tadzkiyyah/article/view/7019

Sosiologis.com. 2016. Diakses pada 15 Januari 2021 http://sosiologis.com/metode-survey#:~:text=Metode%20penelitian%20survey%20atau%20secara,angket%20sebagai%20instrumen%20pengumpulan%20data.

Widodo, A., & Nursaptini, N. (2020). Problematika Pembelajaran daring dalam Perspekif Mahasiswa. Elementary School Education Journal, 4(2), 100–115. http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/pgsd/article/view/5340

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun