Sebagai bentuk dukungan terhadap acara Memetri Tirta Wening, Bramantyo datang membawa air dari beberapa lokasi di dunia mulai dari Afrika hingga air dari Machu Pichu, Peru, Amerika Selatan. Bramantyo juga memaparkan pentingnya kesadaran dan kepedulian terhadap, seni, budaya dan lingkungan untuk mencegah munculnya kekerasan dan gerakan yang mengarah pada intoleransi.
"Upacara dan tradisi masa lalu, selalu diarahkan sebagai bentuk doa kepada Tuhan dan kepedulian terhadap alam serta sesama manusia. Maka pelaksanaannya dilakukan dengan pola paguyuban. Dalam masyarakat yang guyub seperti ini, radikalisme dan intoleransi tidak akan mendapatkan tempat," imbuh Bramantyo.
Mbah Sadiman dan Mas Jiwo Pogog menjelaskan pengalaman mereka berkutat dalam upaya pelestarian lingkungan. Mbah Sadiman menceritakan suka duka menghijaukan kembali Bukit Gendol yang sebelumnya terbakar. "Saya dikira edan karena sendirian nanam ringin (pohon beringin) di bukit," ungkap Sadiman. Kini upayanya membuahkan hasil. Bukit Gendol hijau lagi dan menghasilkan air untuk mencukupi kebutuhan air bersih dan mengaliri sawah milik warga beberapa desa sekitarnya.
Mas Jiwo Pogog juga merasakan beratnya mengajak warga membudidayakan durian Pogog. Sekarang petani yang dulu enggan dia ajak, sudah menikmati hasilnya. "Durian Pogog dijual kiloan, harga perkilonya tinggi," jelas dia.
Perbincangan dalam sarasehan malam itu mengalir menyenangkan. Kesimpulan yang bisa diambil, radikalisme dan intoleransi tidak akan punya ruang cukup untuk berkembang di masyarakat yang memiliki kepedulian dan kesadaran menjaga hubungan antara sesama manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhan.
Masyarakat yang peduli dan aktif menjaga alam dan lingkungan akan mendapat manfaat dari alam sehingga berpeluang menjadi masyarakat sejahtera. Kesejahteraan berbanding lurus dengan kemandirian. Masyarakat yang mandiri, sejahtera, peduli, sadar menjaga alam sekitarnya dan sadar betapa pentingnya menjaga kerukunan untuk ketentraman dan kedamaian hidupnya, tidak akan mudah dipengaruhi orang atau kelompok yang ingin memecah belah kehidupan bermasyarakat kita. Sehingga Indonesia yang berbingkai Bhinneka Tunggal Ika tetap lentur, lestari, jernih dan kuat seperti air.