Di era digital, media sosial telah menjadi bagian berkesinambungan dengan kehidupan sehari-hari. Platform yang tidak asing bagi kita seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan TikTok menawarkan koneksi instan, hiburan, dan akses informasi yang tak terbatas yang membuat penggunanya betah ber jam-jam berada di aplikasi tersebut. Laporan dari Radio Republik Indonesia (RRI) menyebutkan bahwa jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 139 juta orang pada Januari 2024. Jumlah tersebut setara dengan 49,9% dari populasi di Indonesia. Namun dari banyaknya manfaat tersebut, media sosial juga membawa dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan mental kita. Salah satu faktor utama yang berkontribusi pada dampak ini adalah algoritma yang digunakan oleh platform-platform tersebut. Â
Bagaimana Algoritma Bekerja?
Algoritma media sosial dirancang untuk memaksimalkan keterlibatan pengguna. Mereka mempelajari preferensi individu melalui interaksi seperti likes, komentar, dan waktu yang dihabiskan untuk melihat konten tertentu. Berdasarkan data ini, algoritma kemudian menyajikan konten yang dianggap paling menarik bagi pengguna, dengan tujuan menjaga mereka tetap aktif di platform selama mungkin.Â
Dampak Psikologis dari Algoritma
Algoritma juga memiliki dampak psikologis, berikut merupakan beberapa contohnya:
1. Echo Chamber dan PolarisasiÂ
Algoritma cenderung menyajikan konten yang sejalan dengan pandangan dan preferensi pengguna. Hal ini menciptakan "echo chamber," di mana pengguna hanya terpapar pada informasi dan pandangan yang sejalan dengan keyakinan mereka. Akibatnya, pandangan seseorang dapat menjadi semakin ekstrem dan tidak toleran terhadap perspektif lain, yang dapat meningkatkan tingkat stres dan kecemasan.Â
2. Kecemasan dan DepresiÂ
Konten yang sering muncul di feed media sosial sering kali adalah highlight reel dari kehidupan orang lain, menunjukkan momen-momen bahagia, pencapaian, dan gaya hidup glamor. Perbandingan terus-menerus dengan standar yang tidak realistis ini dapat menyebabkan perasaan tidak cukup baik, rendah diri, dan akhirnya memicu kecemasan dan depresi.Â
3. Cyberbullying dan PelecehanÂ