Mohon tunggu...
Esmasari Rezky Syahdanti
Esmasari Rezky Syahdanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Saya merupakan seorang Mahasiswi Psikologi di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Efek Berbahaya Media Sosial: Bagaimana Algoritma Merusak Kesehatan Mental

25 Juni 2024   05:53 Diperbarui: 25 Juni 2024   05:58 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital, media sosial telah menjadi bagian berkesinambungan dengan kehidupan sehari-hari. Platform yang tidak asing bagi kita seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan TikTok menawarkan koneksi instan, hiburan, dan akses informasi yang tak terbatas yang membuat penggunanya betah ber jam-jam berada di aplikasi tersebut. Laporan dari Radio Republik Indonesia (RRI) menyebutkan bahwa jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 139 juta orang pada Januari 2024. Jumlah tersebut setara dengan 49,9% dari populasi di Indonesia. Namun dari banyaknya manfaat tersebut, media sosial juga membawa dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan mental kita. Salah satu faktor utama yang berkontribusi pada dampak ini adalah algoritma yang digunakan oleh platform-platform tersebut.  

Bagaimana Algoritma Bekerja?

Algoritma media sosial dirancang untuk memaksimalkan keterlibatan pengguna. Mereka mempelajari preferensi individu melalui interaksi seperti likes, komentar, dan waktu yang dihabiskan untuk melihat konten tertentu. Berdasarkan data ini, algoritma kemudian menyajikan konten yang dianggap paling menarik bagi pengguna, dengan tujuan menjaga mereka tetap aktif di platform selama mungkin. 

Dampak Psikologis dari Algoritma

Algoritma juga memiliki dampak psikologis, berikut merupakan beberapa contohnya:

1. Echo Chamber dan Polarisasi 

Algoritma cenderung menyajikan konten yang sejalan dengan pandangan dan preferensi pengguna. Hal ini menciptakan "echo chamber," di mana pengguna hanya terpapar pada informasi dan pandangan yang sejalan dengan keyakinan mereka. Akibatnya, pandangan seseorang dapat menjadi semakin ekstrem dan tidak toleran terhadap perspektif lain, yang dapat meningkatkan tingkat stres dan kecemasan. 

2. Kecemasan dan Depresi 

Konten yang sering muncul di feed media sosial sering kali adalah highlight reel dari kehidupan orang lain, menunjukkan momen-momen bahagia, pencapaian, dan gaya hidup glamor. Perbandingan terus-menerus dengan standar yang tidak realistis ini dapat menyebabkan perasaan tidak cukup baik, rendah diri, dan akhirnya memicu kecemasan dan depresi. 

3. Cyberbullying dan Pelecehan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun