Mohon tunggu...
Evi Siregar
Evi Siregar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen-peneliti

Bekerja di sebuah universitas negeri di Mexico City.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Catatan Penting dan Tips Bagi Kamu yang Tertarik Bekerja di Luar Negeri

12 Desember 2021   11:30 Diperbarui: 12 Desember 2021   23:42 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diaspora Indonesia di Meksiko | Foto: dokumentasi pribadi

Gegar budaya (culture shock) akibat benturan budaya. Ketika pergi ke luar negeri, kita membawa semua sistem budaya kita, dan di negara penempatan itu kita jadikan sebagai dasar penilaian, perasaan, dan lain sebagainya. 

Ketika berhadapan dengan sesuatu yang berbeda dengan sistem penilaian dan perasaan, di situlah terjadi benturan budaya. Yang paling sering adalah masalah komunikasi (pengetahuan bahasa, cara menyampaikan ide, termasuk gaya bicara dan intonasi perseorangan). 

Persoalan bahasa menjadi hal sangat penting di kantor, sebab miskomunikasi dapat membuat pekerjaan menjadi terhambat, bahkan bisa fatal. Bayangkan kalau bekerja di sebuah pabrik, diperintah untuk melakukan A, tetapi melaksanakan B.

Masalah lainnya adalah kebiasaan. Misalnya, di Korea orang-orang terbiasa bekerja dengan cepat dan berbicara dengan nada keras. Kalau hal tersebut kita masukkan ke dalam hati, kita akan stres setiap hari. 

Di Taiwan hubungan herarki sangat penting dalam dunia kerja, kita tidak bisa "potong kompas", meski dengan alasan efektisitas kerja. 

Di Qatar, kalau sedang duduk di lantai dan melipat kaki, telapak kaki tidak boleh menghadap ke orang lain. Musim (suhu udara) dan makanan juga menjadi masalah.

Cara menghadapi masalah-masalah yang muncul akibat benturan budaya adalah dengan mempelajari budaya mereka dan mencari tahu dari berbagai sumber. 

Jika mau survive, mau tidak mau kita harus mampu beradaptasi. Berorganisasilah untuk mendapatkan informasi dan pemahaman. Di setiap negara pasti ada perkumpulan-perkumpulan untuk itu.

Training for Trainers untuk para PMI front liner di Hong Kong | Foto: Nathalia Widjaja.
Training for Trainers untuk para PMI front liner di Hong Kong | Foto: Nathalia Widjaja.

Bagi para PRT, permasalahan jauh lebih kompleks. Bukan hanya pada komunikasi (bahasa) dan budaya, melainkan juga pada skill. Keterampilan yang diberikan sebelum berangkat kadang tidak dapat digunakan, karena setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda. Contohnya, dalam cara memasak atau mengurus bayi. Kalau salah, majikan akan memarahi kita, dan kadang dengan kata-kata buruk.

Belum lagi mengenai hukum, hal yang paling utama. Kebanyakan PRT tidak dibekali informasi dan pengetahuan tentang peraturan di negara penempatan. Kalau terjadi sesuatu harus bagaimana? Kalau di tempat itu tidak ada KBRI/KJRI, harus pergi ke mana? Meskipun sudah ada berbagai organisasi yang memberikan bantuan, banyak PRT tidak mengetahuinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun