Black Friday, siapa yang tak kenal dengan istilah ini? Dalam era serba konsumtif yang sedang kita hadapi sekarang, hampir semua orang mengenal istilah Black Friday, yang mengacu pada hari Jumat setelah perayaan Thanksgiving, yang pada hari itu di semua toko di seluruh penjuru Amerika Serikat ditawarkan diskon besar-besaran.Â
Siapa yang tak tergiur untuk berbelanja melihat besarnya potongan harga yang diberikan? Jutaan orang berbelanja pada hari itu.Â
Mereka bukan hanya berbelanja untuk membeli hadiah natal dan keperluan natal lainnya, melainkan juga untuk "mengganti" barang-barang lama di rumah. Itu sebabnya Black Friday merupakan hari berbelanja terpenting di sepanjang tahun di Amerika Serikat.
Bagaimana asul-usul Black Friday dan mengapa diberi nama demikian?
Menurut beberapa sumber, awalnya istilah Black Friday sama sekali tidak berhubungan dengan kegiatan berbelanja pada hari Jumat setelah Thanksgiving. Istilah ini pertama kali dipakai pada tahun 1869 ketika harga emas jatuh dan mengakibatkan ambruknya pasar saham di Amerika Serikat. Puncak jatuhnya harga emas terjadi pada hari Jumat tanggal 24 September 1869 dan dampaknya terhadap ekonomi negara itu sangat besar, bahkan beberapa tahun kemudian.
Diilhami kesuksesan Parade Santa Claus Toronto yang didukung penuh Departement Store Eaton di kota itu, pada tahun 1924 Deparment Store Macy's membuat Parade Thanksgiving di New York City.Â
Parade itu sukses besar, karena dihadiri lebih dari 250 ribu orang. Dampaknya, berhasil meningkatkan penjualan pada hari berikutnya, sehingga Macy's memutuskan menjadikan parade tersebut sebagai kegiatan tahunan mereka. Para pengusaha ritel pun setuju untuk menunggu mengiklankan penawaran harga natal mereka sampai tiba parade tersebut.
Pada tanggal 6 Oktober 1941 pemerintah Amerika Serikat menetapkan hari perayaan Thanksgiving jatuh pada Kamis terakhir bulan November dan hari itu menjadi hari libur nasional.Â
Pada tahun-tahun berikutnya, ternyata ada tendensi besar orang-orang berpura-pura sakit agar diijinkan tidak masuk kantor pada hari Jumat sesudah perayaan Thanksgiving, yang pada kenyataannya mereka menggunakan hari itu untuk berbelanja membeli hadiah natal dan keperluan natal lainnya. Hal ini membuat banyak pemilik perusahaan akhirnya memutuskan hari Jumat tersebut sebagai hari libur tambahan.
Selama tahun 50an dan 60an, kegiatan orang-orang yang berbelanja pada hari Jumat sesudah perayaan Thanksgiving makin lama makin meningkat, terutama di Philadelphia. Toko-toko dipenuhi pembeli dan jalan-jalan macet, polisi sampai kewalahan mengatur kota.