Sindicato Nacional de Trabajadores de la Educacion (National Educational Workers Sindicate) yang biasa dikenal dengan singkatan SNTE adalah sebuah serikat guru di Meksiko. Organisasi ini dibentuk pada tahun 1943 dan merupakan hasil penyatuan dari berbagai kelompok guru dan pekerja pada sektor pendidikan di Meksiko (di antaranya FUNTE, CNTE, STERM, SMMTE, SUNTE, dan lain-lain). Pada masa itu, guru dianggap penting dalam menciptakan kelas buruh baru yang lebih terampil dan berkualitas.
Menurut Alfonso Torres, SNTE lahir dengan sebuah karakter monopolik yang dijamin oleh undang-undang tentang serikat buruh Meksiko yang berlaku sejak tahun 1938, dan dengan model korporatif a la meksiko yang sangat tradisional dan kuat.
Mengenai undang-undang tentang serikat buruh tahun 1938, disebutkan bahwa semua pekerja dalam sektor pendidikan dasar memiliki kewajiban untuk membentuk serikat guru dan memberikan kontribusi berupa kuota bulanan kepada organisasi serikat guru yang jumlahnya setara dengan 1% dari gaji dasar para guru yang langsung dipotong secara otomatis oleh Kementerian Keuangan; kuota yang dikumpulkan itu dikendalikan secara tertutup oleh pemimpin organisasi serikat guru.
Sementara itu, model korporatif a la meksiko merujuk pada negara yang berusaha melegitimasi dirinya dalam menentukan hak dan dalam membuat aturan sosial, yang menggantikan oligarki para tuan tanah yang sebelumnya memegang kekuasaan.
Sejarah telah mencatat bahwa SNTE merupakan sebuah kreasi yang merupakan ekor dari budaya politik Partido Revolucionario Institucional (mungkin bisa kita imajinasikan dengan Golkar di Indonesia), sehingga tidak aneh kalau organisasi ini hanya merespon kebutuhan yang diminta rejim otoriter yang telah berkuasa lebih dari 70 tahun itu.
Sejak dari dibentuknya SNTE, terlihat dengan jelas model orang-orang yang memainkan peranan politik di dalam organisasi ini. Mereka menggunakan jurus-jurus korporativisme, politik "a la meksiko" (mempertahankan rejim politik yang otoriter dan korup), dan kontrol absolut dari para anggota serikat guru tersebut.
Isidro Castillo pernah membuat sebuah kritik yang cukup pedas. Ia mengatakan bahwa sejak dibentuknya SNTE, serikat guru di Meksiko hanya melakukan revolusi pada nama saja dan itupun hanya disampaikan dalam buku, surat kabar, pidato, tak lebih daripada itu. Itu sebabnya ia mengatakan bahwa sindikat yang revolusioner sudah mati sejak dibentuknya SNTE.Â
Mengapa? Karena para guru sudah tidak lagi berjuang atas nama rakyat. Karena para guru sudah tidak lagi berusaha mendiskusikan permasalahan tentang kediktatoran pemerintah. Karena SNTE hanya datang untuk menyetujui begitu saja keputusan pemerintah. Bahkan, SNTE telah bersekongkol dalam tindakan korupsi yang dilakukan oleh pemerintah.
Mengapa SNTE begitu dikecam? Apa yang telah dilakukan SNTE? Pada periode tahun 1930-an, 1940-an, 1950-an, 1960-an, sampai 1970-an SNTE tidak banyak berperan dalam politik pemerintah. Masa itu merupakan periode kohesi sosial antar guru. Mereka berusaha menciptakan sebuah tatanan nilai baru, yaitu hormat dan tunduk kepada pemerintah.Â
Mereka yakin akan selalu berada di dalam sebuah organisasi yang kuat yang didukung oleh pemerintah. Hubungan antara mereka dengan pemerintah yang berkuasa demikian dekat, sehingga tercipta rasa nyaman.
Oleh karena itu, tidak heran jika para guru membantu kampanye elektoral Presiden Gustavo Diaz Ordaz. Hubungan mereka demikian dekatnya, sampai-sampai mereka mendukung pemerintah dalam pembantaian mahasiswa di Tlatelolco pada tahun 1968.
Pada masa pemerintahan Presiden Jose Lopez Portillo (1976-1982), pemerintah federal Meksiko meninggalkan model politik populisme yang telah menandai aliansi antara serikat guru dengan pemerintah selama masa pemerintahan Presiden Luis Echeverria (1970-1976). Presiden Jose Lopez Portillo mengadopsi pendekatan yang lebih teknokratis, dan melihat guru dan kekuatan sindikat merupakan hambatan untuk pelaksanaan reformasi pendidikan dasar.Â
Kebijakan pemerintah federal terlihat jelas untuk mengurangi kekuatan politik SNTE. Presiden Miguel de la Madrid juga melakukan politik yang sama.
Namun, ternyata serikat guru tersebut tak dapat disingkirkan begitu saja. Terjadilah friksi di antara mereka, dan sebagai solusi, pemerintah federal sepakat untuk mengubah isi reforma pendidikan dasar dengan berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan dan memperbesar cakupan pendidikan.
Ketika Carlos Salinas de Gortari menjadi presiden (1988-1994), ia mengganti pemimpin SNTE dengan Elba Esther Gordillo dengan harapan kekuatan serikat guru itu dapat berkurang.
Namun, kenyataannya tidak, sebab ternyata Elba Esther Gordillo bukanlah wanita yang lemah. Dia bahkan berhasil mengumpulkan kekuatan dan "memaksa" pemerintah untuk kembali menggunakan model korporativisme.Â
Kekuatan politik Elba Esther Gordillo makin lama makin besar, dan dia berhasil menjadi pemimpin utama SNTE selama bertahun-tahun. Kekuatan serikat guru tersebut semakin lama semakin besar di bawah kepemimpinannya. Dia bahkan menjadi salah satu wanita terkuat dalam politik Meksiko sampai masa pemerintahan Presiden Felipe Calderon (2006-2012) yang berasal dari Partido Accion Nacional.
Ketika Partido Revolucionario Institucional kembali berkuasa, Presiden Enrique Pena Nieto (2012-2018) mengumumkan adanya reforma pendidikan sebagai bagian dari manisfestasi politik yang dijalannya.Â
Menteri pendidikan membuat sebuah pengumuman sambil "menabuh gendang perang" terhadap SNTE. Dia mengatakan bahwa undang-undang adalah pemegang kekuasaan tertinggi dan telah diputuskan bahwa reformasi pendidikan yang tak dapat ditunda dan ditawar-tawar lagi.Â
Esensi reforma pendidikan dasar adalah evaluasi terhadap guru dan institusi pendidikan. Keputusan itu disampaikan pada satu pertemuan yang mana Elba Esther Gordillo tidak diundang.
Atas keputusan tersebut, ada yang berkomentar bahwa reformasi yang diusulkan Presiden Enrique Pena Nieto adalah racun bagi Elba Esther Gordillo, dan untuk menghancurkan serikat guru yang paling kuat di Meksiko. Memang SNTE pernah menyetujui adanya program evaluasi guru dan institusi, tetapi dengan kondisi-kondisi yang ditentukan oleh SNTE.Â
Kelihatannya Presiden Pena Nieto berhasil memaksa SNTE untuk bertekuk lutut. Sebenarnya bukanlah karena dia, tetapi semua ini merupakan "hasil komplot" dari para pemimpin tiga partai politik terbesar di Meksiko; Partai Revolucionario Institucional berhasil mengajak Partido Accion Nacional dan Partido de la Revolucion Democrativa bekerja sama untuk menyingkirkan Elba Esther Gordillo dari panggung politik Meksiko. Mengapa? Mungkin karena mereka melihat bahwa Elba Esther Gordillo bisa merebut kursi kepresidenan dan akan berkuasa penuh.Â
Dengan cara apa Elba Esther Gordillo disingkirkan dari kancah politik Meksiko? Dengan isu korupsi, penyalahgunaan jabatan dan penyalahgunaan uang kuota yg dihimpun SNTE selama ini. Mereka berhasil memenjarakan Elba Esther Gordillo dan tamatlah kekuasaannya dan kekuatan SNTE.Â
Namun, apakah benar kekuatan politik SNTE sudah pudar sekarang? Jose Antonio Roman menilai bahwa walaupun reforma pendidikan 2013 telah berhasil "menyingkirkan" SNTE, kekuatan serikat guru tersebut masih besar, karena ternyata SNTE masih dapat melakukan intervensi terhadap refoma pendidikan yang dijalankan, apalagi orang-orang yang menduduki jabatan di daerah-daerah adalah orang-orang dekat SNTE.
Sementara itu, Pablo Hiriart berpendapat bahwa SNTE sebenarnya tidak tertarik pada masalah pendidikan. Mereka lebih tertarik pada politik, dan mereka akan beradaptasi secara politik. Ke mana arah politik yang memberikan kenyamanan berjalan, ke sanalah ia bergerak. Tidak peduli apakah harus berkhianat terhadap pemimpin sebelumnya, sebab yang penting untuk mereka adalah to keep the business.
-- Merenungi makna perayaan hari guru di Meksiko tanggal 15 Mei.Â
Mexico City, 14 Mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H