Tanggal 10 Mei. Bagi orang Indonesia mungkin hanya sekadar tanggal, tak ada hal yang khusus. Namun, bagi masyarakat Meksiko 10 Mei merupakan hari yang istimewa. Hari perayaan untuk para ibu.
Di sekolah-sekolah anak-anak memberikan pekerjaan tangan mereka kepada ibu mereka. Di kantor-kantor wanita (umumnya mereka yang sekretaris) yang sudah menjadi ibu diperbolehkan tidak masuk kantor.Â
Toko-toko semua menyediakan hadiah untuk diberikan kepada ibu. Restauran-restauran penuh. Jangan harap bisa mendapat tempat pada hari itu, jika tidak ada reservasi. Sedemikian pentingkah hari ibu di Meksiko?
Di setiap budaya di dunia ini ibu memang merupakan orang yang dihormati. Dalam budaya Meksiko pun, sejak zaman prehispanik, sosok ibu merupakan figur yang sangat penting. Ia melambangkan kesuburan, cinta kasih, dan pengertian. Dalam budaya Aztek ada Tonantzin, dewi yang melambangkan bumi dan kesuburan, seperti Dewi Sri di Indonesia.
Masyarakat Aztek sangat mengagung-agungkan Tonantzin. Mereka menganggapnya sebagai ibu dari segala dewa. Kadang disebut juga ibu dari segala ibu. Dengan kata lain, Tonantzin adalah ibu dari bangsa Aztek. Dia begitu dipuja, karena dianggap bahwa dialah yang memberikan rejeki dan menjaga tempat mereka hidup.Â
Menurut catatan D.A. Branding, masyarakat Aztek biasa melakukan ziarah untuk menyembah Tonantzin di kuil suci yang dibangun di Tepeyac, di pinggiran kota Mexico City.
Ketika bangsa Spanyol menguasai Meksiko, semua tempat suci penduduk asli dihancurkan dan di atasnya didirikan gereja atau tempat suci agama katolik. Demikian juga dengan tempat suci penyembahan Tonantzin, dihancurkan, lalu di atasnya dibuat sebuah kapel yang didedikasikan kepada Bunda Guadalupe (Our Lady of Guadalupe). Pembuatan kapel Bunda Guadalupe adalah karena Juan Diego, seorang penduduk asli, telah melihat penampakan Bunda Maria di tempat itu.
Meskipun banyak ahli telah mengkonfirmasikan bahwa memang benar ada Juan Diego dan penampakan Bunda Maria juga nyata, menurut Alberto Peralta dan Stafford Poole dokumen-dokumen yang digunakan untuk mendukung hal tersebut bukan merupakan sumber asli, melainkan berupa sumber kedua. Ada kemungkinan besar uskup pertama di Spanyol Barulah yang menggunakan imej Tonantzin untuk mengevangelisasi penduduk asli di Meksiko.
Beberapa sejarawan, seperti D.A. Branding, Miguel Len-Portilla dan Edmundo O'Gorman, mengatakan bahwa mitos Juan Diego diciptakan oleh Antonio Veleriano, seorang penduduk asli Meksiko yang sangat setia pada agama katolik yang juga asisten Bernardino de Sahagn (seorang frater Fransiskan yang pada saat itu bertugas di Meksiko).Â
Antonio Veleriano memiliki pengetahuan yang sangat dalam tentang budaya penduduk asli Meksiko, dan ide mengganti Tonantzin dengan Bunda Maria adalah sesuatu yang begitu pas.