Waktu ada acara gowes alumni di Jogja, maka aku dapat pesanan untuk mempersiapkan sepeda yang akan dipakai istri alumni peserta selama kegiatan bersepeda. Ternyata istri alumni yang akan memakai sepeda yang kucari adalah istri dari pak Menteri PU. Akupun jadi kelabakan mencarinya, bayangkan saja, aku mencari sepeda perempuan untuk pesepeda yang tidak kukenal caranya bersepeda dan kebiasaannya bersepeda, sementara itu aku tidak punya referensi sepeda yang cocok untuk nanti diberi label "Sepeda Bu Menteri".
Aku yang tinggal di Jakarta harus mencari sepeda di Jogja dengan spesifikasi yang belum kuketahui dengan pasti, pasti akan membuat istriku kesulitan mencarinya di toko sepeda. Sementara itu kalau mencari di Jakarta agak repot membawanya ke Jogja. Bila sepeda bermerk buatan luar negeri tentu akan lebih mudah mencarinya. Kalau mencari sepeda buatan dalam negeri untuk dipakai ibu menteri dengan kualitas memadai tentu harus berpikir lebih dahulu.
Harga harus murah dan kualitas harus bagus, itu kriterianya. Akupun searching di google dan di beberapa komunitas sepeda yang kukenal. Hasilnya jelas nihil, karena biasanya yang dicari adalah sepeda type sepeda gunung "Mountain Bike" (MTB) atau sepeda jalan aspal "Road Bike" (RB). Beberapa toko sepeda kujelajahi di internet tidak memberi kepuasan bagiku, beberapa situs gowes juga belum memuaskan pencarianku, sampai akhirnya pilihanku jatuh pada sepeda kota (City Bike).
Meskipun sepeda yang kulihat bukan sepeda khusus wanita, tapi sepeda ini sudah identik dengan sepeda santai yang cocok untuk wanita. Pesepeda bisa mengayuh dengan posisi yang lebih santai dan tidak perlu harus membungkuk. Akupun akhirnya tidak perlu membeli sepeda di Jakarta, cukup hanya membeli di Jogja dan sepeda sudah bisa dikayuh di Jogja.
Persoalan muncul ketika mencari type/model yang cocok, ternyata ada beberapa model yang tidak ada di Jogja dan hanya ada di kota lain. Terpaksa akupun membeli sepeda yang ada di Jogja. Saat aku di Jogja, kucoba sepeda yang kubeli, sebelum diserahkan saat acara dimulai. Ternyata sepeda yang kucoba "test drive"Â sangat nyaman untuk dipakai bersantai ria di jalan-jalan dalam kota. Perpindahan gear lancar dan posisi sadel nyaman. Ketika kucoba melaju kencang, meskipun tidak sekencang MTB, tapi cukup bisa untuk melaju kencang dalam kota.
Tentu paling nyaman saat melaju dengan kecepatan 15 km/jam, sangat stabil dan bisa menikmati suasana jalan dan kanan kirinya. Kalaupun dipakai di jalan pedesaan Jogja, masih akan terasa nyaman karena jalan aspal yang mulus dan sepi. Akupun dengan senyum puas menyerahkan sepeda ke panitia Gowes alumni.
"Ini Sepeda Bu Menteri", kataku pada panitia penerima sepeda.
"Kok Sepeda Wimcycle pak ?"
"Lha memangnya kenapa ?"
"Kok tidak seperti yang biasa bapak pakai?"
"Kalau sepeda balap memang aku pakai sepeda yang berbeda, tapi itu sepeda hadiah saja, kalau beli sendiri ya milih sepeda buatan sendiri yang kualitasnya tidak kalah dengan merk luar negeri"
Sang panitiapun mengangguk-angguk dan mencoba mengayuh sepeda Wimcycle titipanku.
"Enak ya pak, gowesannya ringan"
"Cocok kan ? Merk dalam negeri rasa luar negeri :-)"
"Hahahaha .... bapak bisa aja"
Aku hanya garuk-garuk kepala mendengar berita itu. Akupun ikut acara itu jauh dari pak Mentri yang ada di depan. Tugasku sebagai tim "defender", mengharuskan aku bersepeda paling akhir. Aku menguntit semua pesepeda, menyemangati yang kecapaian di tengah perjalanan. Sampai akhirnya aku ketemu dengan semua peserta di lokasi finish.
"Pak Sepeda Bu Menteri akhirnya terpakai dengan sukses", kata salah seorang panitia.
Akupun tersenyum sambil menjawab sekenanya."...terus siapa yang makai ?"
"Pak Mentri!"
"Lho .. ?"
"Pak Mentri setelah melihat deretan semua sepeda, akhirnya memilih Sepeda Wimcycle, Sepeda Bu Menteri!"
"Hahahaha ... laku juga sepedaku rupanya ..."
Usai acara Gowes alumni kubawa sepeda Wimcycle pulang dan kuceritakan pada istriku bahwa sepeda yang dipakai pak Mentri sekarang jadi milikku. Tak terkira senangnya istriku melihat sepeda yang diidamkannya sekarang ada di rumah dan bisa dibawa untuk berbelanja ke kios atau warung di dekat rumah.Â
"Wimcycle, Sepeda Terbaikku", kata istriku sambil tersenyum. Ternyata gampang ya memilih sepeda wanita :-)
Ketika istriku makin rajin bersepeda, maka muncul masalah baru. Aku harus memilihkan rute yang datar, tidak nanjak ekstrem. Memilihkan kelengkapan sepeda yang aman, memilih celana bersepeda yang nyaman. Saatnya istriku harus mulai belajar naik sepeda lagi. Siap untuk rute pendek dan datar untuk selanjutnya rute yang lebih menantang. Apalagi dalam waktu dekat ada gowes gerhana 9 Maret yang harus kuikuti.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H