"Ayo yang belum bayar ongkos, kurang satu orang...!", kata temanku yang kali ini menjadi sukarelawan pengumpul ongkos naik angkot Cawang - Cikarang. "Memang sekarang uang yang ada berapa?", tanya salah satu penumpang yang duduk di belakang "121 rebu, kurang 5 rebu lima ratus", jawab temanku Berkali-kali ucapan temanku diulang-ulang dan disuarakan juga oleh beberapa penumpang lain, termasuk aku, tetapi tidak juga ada yang mau merogoh kantongnya untuk membayar kekurangan ongkos. "Kayaknya lebih dari 121 rebu tuh", kataku "Ada uang kembalian yang belum dikembalikan", kata temanku "Ya sudah selesaikan dulu yang belum kembali", kataku sambil merogoh uang pecahan untuk kutukar dengan uang yang ada di tangan temanku agar uang kembalian bisa segera dikembalikan. Ternyata tindakanku mengeluarkan uang receh ini menarik perhatian beberapa orang teman yang naik angkot itu. Mereka berebut untuk patungan membayar kekurangan ongkos angkot itu. Mungkin mereka mengira aku sedang mengambil uang receh untuk menggenapi ongkos angkot yang masih kurang. "Koin Prita..koin Prita", begitu kata seseorang penumpang yang duduk di depanku. Ucapan ini disambut dengan senyuman oleh beberapa orang yang mendengarnya dan dalam waktu sekejab lengkaplah kekurangan ongkos angkot itu. "Stop...stop... kayaknya sudah kelebihan nih...", kataku menghentikan sumbangan tanpa tekanan ini. Setelah dihitung ternyata benar, uang yang terkumpul sudah melebihi ongkos angkot ini. "Wah yang tidak mbayar ongkos angkot ini sudah berjasa menyediakan ladang amal untuk penumpang yang lain", kataku. "Semoga lain kali dia mau mbayar ongkos angkot", lanjutku yang disambut dengan senyuman beberapa orang. Tentu senyum kecut yang terlihat. Aku tidak habis heran juga dengan penumpang yang naik angkot ini tanpa mau membayar. Bagaimana perasaannya ya? Apakah dia merasa tersiksa dengan kondisi ini atau dia tanpa beban melakukan hal ini ya? Aku terus bertanya-tanya sementara penumpang lain mulai menggerutu dengan sikap orang yang tidak mau membayar ini. "Kalau terus seperti ini orang yang tidak mau membayar ini akan makin ketagihan untuk tak mau membayar terus kalau naik angkot" "Iya nih, kalau sore sering banget pada tidak mau bayar ongkos" Saling bersahutan mereka memberikan pendapatnya, sampai akhirnya aku berterima kasih pada orang yang tidak mau membayar karena telah membuat banyak orang mendapat pahala. Mereka tertawa kecil dan akhirnya larut dalam perjalanan yang panjang ini. Maklum penyempitan di jalur tol arah Cikampek di daerah Cibitung sampai Delta Mas membuat kendaraan mulai melambat saat memasuki lokasi itu. Dalam kantuk aku bersyukur karena telah ditunjukkan suatu pameran kesetiakawanan antar penumpang angkot ini. Mereka saling tidak kenal, mungkin kenal wajah saja, teta[i mereka disatukan dengan semangat kebersamaan, sehingga bisa melakukan hal kecil yang sepele tetapi menyentuh hati. Terima kasih Tuhan atas anugerahmu berupa kawan-kawan yang tak kukenal baik tapi memberikan contoh baik bagi hidup dan kehidupanku. Alhamdulillah. +++ [caption id="attachment_149049" align="aligncenter" width="480" caption="Tersenyumlah dan itulah sedekah yang membuat orang lain ingin bersedekah juga"][/caption] +++ Dimuat juga di blog pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H