Mohon tunggu...
Esha Cinta Nayuana Putri
Esha Cinta Nayuana Putri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan IPS

Saya memiliki hobi bermain bulu tangkis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Belajar Kognitif dan Pendekatan Konstruktivisme

12 Desember 2024   19:30 Diperbarui: 12 Desember 2024   19:30 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Psikologi kognitif mempelajari proses mental dan aktivitas pikiran manusia. Teori kognitif memusatkan perhatian pada respons kognitif, yakni memahami fikiran orang ketika dihadapkan pada stimulus persuasive, serta proses kognitif yang menentukan perubahan sikap. Teori kognitif juga menekankan aktivitas sadar seperti berfikir, mengetahui, dan memahami, serta konsepsi mental seperti sikap, kepercayaan, dan pengharapan yang menentukan perilaku. Teori gestalt memandang belajar sebagai proses pemahaman yang berbeda dengan teori behaviorisme yang memandang belajar sebagai proses trial and error.

Prinsip dasar psikologi kognitif termasuk belajar aktif, belajar melalui interaksi sosial, dan belajar melalui pengalaman sendiri. Individu harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran dan berinteraksi dengan orang lain untuk memperoleh wawasan baru. Pengalaman pribadi juga memainkan peran penting dalam pembelajaran. Secara keseluruhan, psikologi kognitif memfokuskan pada bagaimana proses mental mempengaruhi cara individu berpikir, belajar. dan berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka.

Kurt Lewin mengembangkan teori belajar kognitif field dengan menaruh perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial, dengan individu berada di dalam suatu medan kekuatan psikologis yang terdiri dari perwujudan lingkungan di mana individu bereaksi. Teori belajar kognitif Development Piaget menyatakan bahwa kecerdasan seorang anak mengalami kemajuan melalui empat tahap. Tahapan pertama adalah pola/skema, kedua adalah asimilasi, ketiga adalah akomodasi, dan keempat adalah keseimbangan. Discovery Learning Bruner menggunakan metode Discovery Learning di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan bentuk akhir. Menurut Bruner, belajar merupakan proses perkembangan kognitif, ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu proses pemerolehan informasi baru, proses transformasi informasi, dan proses mengevaluasi atau menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Dengan demikian, teori belajar kognitif menekankan bahwa belajar terjadi melalui proses internal seperti penerimaan, pengolahan, dan penggunaan informasi yang diterima individu untuk mencapai pemahaman yang bermakna.

Implikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran dan pengajaran adalah pentingnya kepekaan guru dan orang tua terhadap hambatan belajar anak. Anak usia prasekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, dan guru perlu memperhatikan perbedaan individu siswa. Pendidikan memainkan peran yang penting dalam perkembangan individu dan masyarakat.

Konstruktivisme adalah sebuah upaya untuk membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern melalui teori yang sifatnya membangun dari segi kemampuan, pemahaman, dan proses pembelajaran. Belajar dalam teori konstruktivistik lebih diarahkan pada experimental learning, di mana siswa melakukan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkret seperti diskusi dengan teman sekelas untuk mengembangkan ide dan konsep baru. Hal-hal yang diutamakan dalam pembelajaran konstruktivistik yaitu pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan, proses, pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial, dan pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman. Vygotsky menekankan pada pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan sosial dalam pembentukan pengetahuan, serta mempercayai bahwa perkembangan intelektual bergantung pada sistem tanda setiap individu selalu berkembang.

Prinsip dasar konstruktivisme adalah bahwa pembelajaran harus mengaitkan semua aktivitas dengan perkembangan kemandirian siswa dalam menyelesaikan masalah atau tugas. Konstruktivisme juga menekankan pentingnya merancang lingkungan pembelajaran yang merefleksikan kompleksitas lingkungan yang akan dihadapi siswa di kemudian hari. Model pembelajaran konstruktivisme menitikberatkan pada siswa aktif membangun pembelajaran mereka sendiri dan memindahkan informasi yang kompleks. Konstruktivisme menawarkan beberapa pandangan, seperti bahwa belajar merupakan proses aktif subjek belajar untuk merekonstruksi makna dari berbagai pengalaman dan bahan yang dipelajarinya.

Pembelajaran konstruktivistik memiliki kelebihan dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan, memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan siswa, mendorong berpikir kreatif, dan mencoba gagasan baru. Namun, terdapat beberapa kelemahan, antara lain siswa bisa saja menghasilkan pengetahuan yang tidak cocok dengan para ahli, memerlukan waktu lama dan penanganan yang berbeda-beda, serta tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun