Mohon tunggu...
Said Mustafa Husin
Said Mustafa Husin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demo Tolak Maduro, Caracas Ibu Kota Venezeula Lumpuh

2 Agustus 2024   22:28 Diperbarui: 2 Agustus 2024   23:26 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bom molotov meledak di depan polisi (Foto Reuters/Samir Aponte) 

"Dewan Pemilihan Nasional Venezeula telah mengumumkan petahana Niocholas Maduro meraih suara terbanyak dalam pilpres 28 Juli 2024 ini. Namun pihak oposisi tak terima hasil ini, mereka menggelar aksi unjuk rasa. Caracas, ibu kota Venezeula pun lumpuh"

Puluhan ribu, angka itu rasanya sangat tepat dalam memperkirakan jumlah massa yang berunjuk rasa menggugat Nicolas Maduro di sejumlah ruas jalan di Caracas, ibu kota Venezeula.

Massa yang berasal dari berbagai elemen masyarakat itu marah. Pasalnya Maduro telah dinyatakan sebagai pemenang pilpres oleh Dewan Pemilihan Nasional  Venezedula. Untuk itu, Nicolas Maduro menyampaikan  pidato kemenangan pada Minggu 29 Juli 2024

Sementara, hasil pilpres yang disampaikan Dewan Pemilihan Nasional Venezeula ini ditolak pihak oposisi. Bahkan pihak oposisi mengklaim kalau calon mereka Edmundo Gonzales yang meraih suara terbanyak 70 persen. Aksi turun ke jalan pun tak terbendung lagi

Senjata di tangan polisi tak henti-henti menyalak untuk menghalau pendemo yang mulai menimbulkan kekacauan. Namun massa tak bergeming. Massa terus bergerak hingga menguasasi Bandara Internasional Simon Bolivar di Maiquetia.

Suasana jadi mencekam ketika massa mengepung pusat kota seraya merubuhkan sejumlah patung mantan presiden Venezeula, Hugo Chaves. Di wilayah lain Venezeula, massa menurunkan poster presiden Nicholas Maduro.

Diantara massa yang turun ke jalan ada juga perempuan. Mereka sengaja membawa panci dan memukulnya sepanjang perjalanan. Suasana sangat riuh. Dalam keriuhan itu terdengar teriakan-terikan yang ingin menggulingkan presiden Nicholas Maduro

Mengutip berbagai sumber, pemilu Venezeula digelar Minggu 28 Juli 2024. Saat suara masuk 80 persen, presiden Nicholas Maduro dinyatakan Komisi Pemilihan Nasional Venezeula telah meraih 51 persen suara Sedangkan pesaingnya Edmundo Gonzales hanya meraih 44 persen suara

Hasil hitung-hitungan KPU Venezeula ini kurang dipercayai kubu oposisi. Bahkan pihak oposisi menilai pemilihan itu tidak adil. Mereka menuduh Maduro menggunakan semua kewenangannya untuk mengendalikan proses pemilihan

Berbagai sesalan diumpatkan kepada Maduro. Ada yang menyebut Nicholas Maduro sengaja menghambat suara rakyat yang terindikasi tidak memilihnya. Untuk ini Maduro dituding menggunakan kekuatan polisi dan tentara

Menyikapi tudingan ini Maduro tak tersulut emosi. Pasalnya tudingan kecurangan hampir di setiap periode pemilihan direka oposisi.  Pemilu tahun 2017 lalu, KPU Venezuela dicurigai menggunakan perangkat lunak komputer untuk mengubah perolehan suara sehingga Nicolas Meduro terpilih.

Kondisi buruk di Venezeula sebenarnya telah terjadi sejak lebih satu dekade lalu atau sejak presiden Hugo Chaves meninggal dunia pada 2013 lalu. Chaves digantikan wakil presiden Nicolas Maduro. Sejak itulah Venezeula mengalami masa-masa suram karena setiap hari direcoki ketegangan dua kubu

Kendati begitu, ketegangan dua kubu ini tidak seharusnya terjadi. Pasalnya dalam memimpin Venezeula, Maduro meniru kepemimpinan Chaves, memanfaatkan penerimaan negara dari minyak untuk mengatasi kesenjangan sosial dan mengentaskan warga dari kemiskinan.

Hanya saja, Venezeula memang sudah sejak lama terbelah dalam dua kubu politik yakni pendukung dan penentang kebijakan Chaves. Ketegangan kedua kubu semakin nampak sejak Chaves meninggal dunia

Sejak Chaves meninggal dunia, kelompok oposisi mulai bersuara lantang mengatakan, sejak PSUV (partai Maduro dan Chaves) berkuasa pada 1999, institusi demokrasi melemah dan penataan perekonomian tak berjalan efektif.

Dituduh begitu, pihak PSUV balik menuduh kelompok oposisi sebagai kelompok elite yang sengaja mengeksploitasi warga miskin demi tujuan mereka sendiri. Bahkan kelompok pendukung kebijakan Chaves menuding pemimpin oposisi dibayar oleh Amerika Serikat.

Tudingan yang melibatkan Amerika Serikat ini disebabkan karena Amerika dan Venezeula sejak puluhan tahun lalu sudah terlibat perang dingin. Ini wajar saja, Amerika Serikat memang tidak searah dengan Venezeula. Pasalnya negara latin di bagian utara Amerika Selatan ini termasuk negara sosialis.

Ketegangan dua kubu sempat menggapai puncak. Pada 29 Maret 2017, Mahkamah Agung mengeluarkan keputusan mengambil alih kewenangan Majelis Nasional yang sebelumnya didominasi kelompok oposisi. Sepekan kemudian, 7 April 2017, pemimpin opisisi Henrique Capriles dilarang menduduki jabatan publik selama 15 tahun.

Keputusan Mahkamah Agung ini tentu saja membuat kelompok opisisi semakin marah. Pasalnya Capriles tokoh yang paling berpengaruh di kelompok oposisi. Henrique Capriles ini adalah saingan Maduro saat pemilihan presiden 2013 lalu. Dalam pemilihan presiden itu, Capriles hanya kalah tipis dari Maduro. Sehingga pelarangan itu dibahasakan lain.

Selain itu, kelompok oposisi menilai kepemimpinan Maduro tidak kharismatik seperti kepemimpinan Hugo Chaves. Pernyataan ini muncul sejak Maduro mulai memangkas sejumlah program sosial dampak dari turunnya harga minyak. Kebijakan Maduro ini sampai menggerus dukungan dari kelompok yang selama ini setia berdiri di belakang pemerintah.

Ketegangan dua kubu di Venezeula ini tidak sebatas berdampak pada keputusan politik saja, tapi ketegangan dua kubu ini pernah mengantarkan negara Venezeula. mengalami krisis yang menyedihkan pada 2018 lalu. Venezeula negara yang diperkirakan lebih kaya dari Arab Saudi, sempat terpuruk dalam kemiskinan.

Venezeula lumpuh tak berdaya. Uang kertas Venezeula, Bilovar tidak bernilai sama sekali, malah uang kertas itu dijadikan bahan membuat tas tangan. Rakyat kelaparan karena tidak ada ketersediaan bahan makanan. Saking laparnya, rakyat Venezeula yang terbiasa hidup mewah kini tak segan menjarah toko makanan.

Diperkirakan dua pertiga toko makanan dan minuman di perbatasan Kolombia kala itu tutup. Bahkan warga Venezeula saat itu tak segan merampas dan menyembelih hewan ternak yang tengah digembalakan.

Tak sanggup menghadapi kondisi yang ada, lebih dari satu juta warga Venezeula akhirnya menerobos perbatasan negara tetangga seperti Kolombia, Peru, Cile, Brasil dan Argentina. Mereka meninggalkan Venezeula yang tengah dilanda krisis ekonomi, kekurangan bahan makanan dan Hyperinflasi.

Badan Pengungsi PBB (UNHCR), meminta negara-negara yang diterobos masuk oleh warga Venezeula untuk menganggap mereka sebagai pengungsi. Badan pengungsi PBB meminta negara-negara itu tidak mendeportasi, mengusir atau memaksa mereka kembali terkait situasi saat ini di Venezuela.

Seperti dilansir Miami Herald, UNHCR menyampaikan permintaannya dalam laporan bertajuk "Guidance Note on the Outflow of Venezuelans" atau "Pedoman soal Aliran Warga Venezuela". Dalam laporan tiga halaman itu, UNHCR meminta negara-negara tujuan untuk menjamin tempat tinggal dan hak bekerja bagi warga Venezuela.

Memang tak ada yang menyangka, Venezeula negara yang diperkirakan lebih kaya dari Arab Saudi itu, sempat terpuruk dalam kemiskinan. Cadangan minyak Venezeula berdasarkan data OPEC, sekitar 300 miliar barel, diperkirakan bisa bertahan hingga 200 tahun.

Cadangan minyak Venezeula ini jauh lebih besar dari cadangan minyak Arab Saudi hanya sekitar 250 miliar barel. Namun, perseteruan dua kubu politik yang tak kunjung reda membuat negara kaya ini sempat terpuruk secara ekonomi, rakyat kelaparan hingga mengungsi ke nagara lain. Inikah yang disebut kutukan sumber daya alam ?? (said mustafa husin)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun