Sementara itu di teras tiga, ada lagi candi. Arkeolog mendokumentasikan sebagai candi dua. Uniknya candi dua ini tidak memiliki tangga seperti lazimnya candi di Nusantara. Kuat dugaan tangga candi ini terbuat dari bahan kayu lalu hangus menjadi abu akibat letusan gunung Sindoro
Keunikan lain dari candi di teras tiga ini, di sekeliling candi ada bangunan turap penahan tanah, tapi bangunan turap ini tidak dibangun dengan batu andesit lazimnya bangunan candi.Turap ini dibangun dengan bahan dari batu kali.
"Ini bukti bahwa kawasan teras tiga ini dibangun lebih awal sebelum ada akulturasi budaya," kata Sugeng Riyanto
Menyisir ke bawah lagi ada teras empat sebagai kawasan patirthaan. Kawasan ini wajib dalam peribadatan Hindu yaitu air untuk mensucikan diri dan air sebagai lambang kehidupan. Patirthaan ini dibangun dengan meru yang arsitekturnya sudah berbaur dengan budaya luar
Di teras empat atau dekat meru patirthaan ada lumbung padi. Ini dibuktikan dengan temuan padi yang sudah menjadi arang dalam jumlah yang relatif besar. Arang padi ini terbungkus abu vulkanik. Para arkeolog berpendapat arang padi ini tidak rusak lantaran terbungkus abu vulkanik
Begitu tingginya peradaban anak bangsa di Liyangan pada masa lalu. Ini juga bisa dilihat dari bangunan jalan selebar enam meter yang merentang panjang. Jalan ini menurut Sugeng awalnya dibangun abad 2 masehi atau dalam tahapan local genius
Diperkirakan ruas jalan ini menuju candi Pringapus, candi Perot yang tak jauh dari situs Liyangan. Bahkan ruas jalan ini diperkirakan menuju candi Gondosuli terus ke candi-candi di Dieng
Dari lebar jalan enam meter bisa diperkirakan betapa pada masa itu tingginya populasi penduduk di Liyangan. Bahkan di atas tebing bangunan jalan, ada lokasi persawahan. Di sini juga ditemukan yoni tempat pemujaan sebelum musim tanam dimulaiÂ
Ekskavasi situs Liyangan masih terus berlanjut. Bahkan Sugeng menyebutkan akan ada ekskavasi teras lima, teras enam, teras tujuh, delapan dan sembilan. Situs Liyangan terdiri dari zona inti seluas 10 hektar, zona penyangga 17 hektar dan zona pengembangan seluas 132 hektar