Pesawat Lion Air dari Jakarta tujuan Denpasar dengan nomor penerbangan JT 30 mendarat di Bandara Internasional Ngurah Rai Bali sekira pukul 12.50 PM pada Selasa pekan lampau.
Lebih 50 wartawan PWI Riau yang berangkat dari Bandara SSK Pekanbaru dan transit di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, turun bergegas dari pesawat menuju bus jemputan.
Para wartawan Riau ini datang ke Bali untuk melaksanakan kegiatan study jurnalistik. Kegiatan ini memang setiap tahun diagendakan PWI Riau ke berbagai negara
Seperti diungkapkan Ketua PWI Riau Zulmansyah Sekedang, tahun-tahun sebelumnya, study jurnalistik PWI Riau diagendakan ke sejumlah negara di Asean seperti Malaysia, Vietnam.
Tahun 2021 ini menurut Zulmansyah kegiatan study jurnalistik PWI Riau semula diagendakan ke Turki. Namun agenda ke Turki dibatalkan dengan alasan pandemic Covid 19.
" Untuk tahun 2021 ini, study jurnalistik PWI Riau diagendakan ke Bali," kata Zulmansyah
Kalau menyimak perkembangan dunia jurnalistik saat ini, study jurnalistik yang diagendakan PWI Riau ini tentu akan memberikan banyak manfaat
Apalagi kini, seperti diketahui, perkembangan teknologi telah membelah jurnalisme menjadi jurnalisme konvensional dan jurnalisme kontemporer atau jurnalisme multimedia
Dalam jurnalisme konvensional, khalayak ditempatkan sebagai pihak yang semata-mata mengkonsumsi konten-konten berita tanpa ada ruang untuk berinteraksi
Karena itu dalam jurnalisme konvensional dikenal teori jarum hipodermik Dalam teori ini, agenda media sangat dipercaya akan mempengaruhi agenda publik
Ini berbeda dengan jurnalisme multimedia. Jurnalisme multimedia justeru memberikan ruang interaktif bagi para khalayak, Artinya khalayak tidak begitu saja mengkonsumsi konten-konten berita, mereka juga diberi ruang interaktif
Tidak itu saja, dalam jurnalisme multimedia, proses pembuatan berita tidak harus dilakukan secara linier atau berurutan seperti jurnalisme konvensional.
Dalam jurnalisme konvensional proses pembutan berita harus linier tanpa bisa mendahulukan tahapan yang di belakang. Proses diawali dengan pengumpulan data, kemudian menulis, mengedit dan menyebarluaskan
Sementara dalam jurnalisme multimedia penulisan dan penyuntingan berita bisa saja dilakukan bersamaan. Tapi yang paling penting dalam jurnalisme multimedia konten berita harus didukung elemen-elemen multimedia
Karena dari itu, tak ada pilihan lain, wartawan atau jurnalis multimedia dituntut untuk selalu membekali diri sehingga dapat menguasai segala bidang multimedia termasuk elemen-elemen multimedia
Nah, study jurnalistik yang digelar PWI Riau selama lima hari di Bali ini sebenarnya sangat memberi ruang kepada para jurnalis yang bekerja di media online. Pasalnya media online berada dalam mazhab jurnalisme multimedia
Mereka berkesempatan menyajikan konten berita yang didukung elemen-elemen multimedia. Tambah lagi view dari objek wisata yang dikunjungi hampir semuanya indah dan menarik.
Karena dari itu, tidak sepatutnya kalau diantara para wartawan PWI Riau yang ikut study jurnlistik ke Bali ada yang abai dengan semua ini. Apalagi kegiatan study jurnalistik ini diantaranya mengunjungi objek wisata
Objek wisata Pantai Kuta adalah destinasi pertama yang dikunjungi rombongan wartawan Riau di Bali. Begitu sampai di Royal Singosari Hotel di kawasan Kuta, para wartawan berjalan kaki ke Pantai Kuta
" Saya ingin melihat indahnya sunset di Pantai Kuta," kata Hanafi, seorang wartawan yang ikut dalam rombongan PWI Riau
Hari kedua di Bali, rombongan PWI Riau berkunjung ke Pura Tirta Empul di kawasan Desa Manukaya, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar. Kunjungan ke Pura Tirta Empul setelah mengunjungi Istana Kepresidenn Tampak Siring.
Dari catatan sejarah, Pura Tirta Empul ini ditemukan 926 Masehi pada masa Dinasti Warmadewa. Pura ini biasanya sangat ramai dikunjungi wisatawan manca negara.
Ini tidak lain karena keunikan arsitektur dan adanya mata air alami di dalam Pura. Air dari mata air di dalam pura ini diyakini masyarakat Hindu Bali untuk menyucikan diri. Karena itu, tidak salah PWI Riau memilih berkunjung ke Pura Tirta Empul
Keasyikan rombongn terlihat pada hari ketiga ketika berkunjung ke wahana watersport Tanjung Benoa. Para wartawan rebutan untuk menikmati sensasi wahana watersport. Â Di sana memang tersedia berbagai fasilitas watersport
Di Tanjung Benoa ada fasilitas Parasailing, Rolling Donuts, Snorkeling, Flying Fish, Sea Walker, Jet Ski, Gloss Bottom, Banana Boat. Selain itu ada juga fasilitas untuk mengunjungi Pulau Penyu
Dari Tanjung Benoa, Nusa Dua Bali, rombongan PWI Riau bergeser ke Pura Uluwatu. Di Pura Suci Uluwatu seluruh anggota rombongan diwajibkan memakai kain yang disarungkan ke pinggang
Momen di Uluwatu ini sangat menarik. Pasalnya saat rombongan tiba di Uluwatu, ratusan masyarakat Hindu Bali tengah menggelar ritual keagamaan. Para wanita membawa sesajen yang diletakkan di atas kepala
Herannya di kawasan ini biasanya sangat banyak monyet. Ratusan monyet biasanya berkeliaran di gerbang masuk. Karena itu, sebelum masuk ke kawasan Pura, rombongan selalu diingatkan agar tidak memakai kacamata lantaran monyet sering usil mengambil kacamata lalu dipatahkan.
Saat keberadaan monyet yang terkesan menghilang ini ditanyakan kepada seorang warga yang ikut ritual di Pura Uluwatu, Made Kendra mengatakan setiap ritual di Uluwatu monyet-monyet tidak keluar, biasanya memang begitu.
" Lantaran hari ini ada ritual, monyet-monyet tidak keluar, biasanya memang begitu," kata Made Kendra
Dari Uluwatu, rombongan langsung ke Pantai Pandawa. Di pantai yang baru dibuka beberapa tahun ini, para wartawan berharap menyaksikn sunset. Tapi pemandu wisata, Nyoman Buda Arta mengarahkan ke Pantai Jimbaran sekalian untuk makan malam
Ikon wisata  Bali Pura Tanah Lot tentu saja tidak dilewatkan dalam agenda kunjungan. Namun sebelum ke Pura Tanah Lot, rombongan berkunjung dulu ke Pura Ulun Danu Beratan. Pura ini terletak di pinggir Danau Beratan di kawasan Bedugul
Pura Ulun Danu Beratan ini pernah dijadikan lukisan dalam mata uang Rp 50 ribu. Tapi yang sangat menarik kawasan Bedugul ini didominasi warga muslim. Bahkan rombongan sempat sholat Jumat di masjid yang letaknya jauh di atas bukit
Selepas makan siang di Resto Ulun Danu Beratan, rombongan bergerak ke Pura Luhur Tanah Lot di kawasan Desa Braban, Kabupaten Tabanan. Pura Tanah Lot terletak di atas batu karang, berjarak sekitar 300 meter dari garis pantai.
Untuk dapat mengakses pura, pengunjung harus melewati jalan batu pada saat air laut surut. Dari lokasi batu karang, untuk mencapai pura, pengunjung harus pula menaiki anak tangga batu.
Pura Tanah Lot ini sangat dikenal di manca negara. Pura yang lokasinya berada di lepas pantai ini semakin indah saat deburan ombak menerpa batu karang tempat berdirinya pura. Di area batu karang itu juga terdapat beberapa goa kecil
Goa kecil di sekitar pura itu dihuni ular berwarna belang hitam putih. Ular-ular ini dipercaya masyarakat setempat sebagai ular suci jelmaan sabuk Danghyang Nirartha pendiri Pura Tanah Lot pada abad ke 15.
Pura Tanah Lot merupakan agenda terkhir dari kunjungan wisata rombongn study jurnlistik PWI Riau. Di kawasan ini, di De  Jukung Resto rombongan makan malam sebelum kembali ke hotel
Dari sejumlah destinasi yang dikunjungi PWI Riau, nyaris tidak ditemukan turis manca negara. Kalaupun ada bule keliatan di lokasi wisata, itu hanya beberapa orang saja. Ini bisa dimaklumi lantaran ketatnya persyaratan bagi warga asing memasuki Bali
Rendahnya tingkat kunjungan turis asing mupun domestik ke Bali membuat ekonomi Pulau Dewata ini benar-benar terpuruk. Hampir 80 persen pusat kegiatan ekonomi di Bali lumpuh. Ruko-ruko tutup terutama di kawasan Kuta dan Legian
Menariknya, dalam kondisi ekonomi Bali yang terpuruk ada salah satu media cetak di Bali yang tidak terlalu besar mampu bertahan terbit sampai hari ini. Lantarn itu, PWI Riau juga menyempatkan berkunjung ke sana untuk mengetahui kiat pengelolanya sehingga mampu bertahan terbit.
Jawaban lugas dari kondisi ini disampaikan Ketua PWI Bali, Dwikora Putra. Saat PWI Riau berkunjung ke PWI Bali, Ketua PWI Bali, Dwikora Putra menyampaikan bahwa media mainstream di Bali mendapatkan perhatian dari Gubernur Bali, Wayan Koster
Dari sejumlah destinasi yang dikunjungi dalam study jurnalistik PWI Riau di Bali, tentu masing-masing peserta sudah mendapatkan bekal pengetahuan jurnalistik untuk menyajikan tulisn perjalanan Setidaknya itulah manfaat dari study jurnalistik ini
Namun perlu juga difaahami kalau diantara peserta study jurnlistik tidak mendapatkan apa-apa, bukan study jurnalistiknya yang bermasalah, mungkin pesertanya yang abai dalam menerapkan kaidah-kaidah dalam menulis catatan perjalanan
Seperti disampaikan Purwanto Setiadi yang pernah mengampu rubrik perjalanan di Koran Tempo dan kini menjadi pengajar di Tempo Institute, untuk menjadi seorang penulis perjalanan, kita harus membiasakan diri menjadi penjelajah
Artinya untuk menjadi penulis catatan perjalanan kita tidak boleh memposisikan diri sebagai pelancong atau turis biasa. Kita harus menjadi penjelajah dengan meggali berbagai informasi dari berbagai sumber.Â
Namun bukan pula kita harus mengabaikan setiap sensasi keindahan objek wisata. Menurut Purwnto Setiadi sensasi itulah yang kita bagikan kepada pembacaÂ
Semoga catatan ini bisa dimanfaatkan PWI Riau dalam agenda 1001 kilometer Kendari -- Makasar bersempena HPN 2022 nanti. Salam PWI Riau Hebat (Said Mustafa Husin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H