Mohon tunggu...
Said Mustafa Husin
Said Mustafa Husin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perseteruan Politik dalam Negeri Lumpuhkan Negara seperti Venezeula

15 Maret 2018   18:50 Diperbarui: 16 Maret 2018   05:36 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto : REUTERS/Carlos Garcia Rawlins)

Lebih dari satu juta warga Venezeula kini menerobos perbatasan negara tetangga seperti Kolombia, Peru, Cile, Brasil dan Argentina. Mereka meninggalkan Venezeula, sejak negara terkaya di Amerika Latin itu dilanda krisis ekonomi, kekurangan bahan makanan dan Hyperinflasi.

Badan Pengungsi PBB (UNHCR), pada Senin (12/3/2018), meminta negara-negara yang diterobos masuk oleh warga Venezeula untuk menganggap mereka sebagai pengungsi. Badan pengungsi PBB meminta negara-negara itu tidak mendeportasi, mengusir atau memaksa mereka kembali terkait situasi saat ini di Venezuela.

Dilansir Miami Herald, UNHCR menyampaikan permintaannya dalam laporan bertajuk "Guidance Note on the Outflow of Venezuelans" atau "Pedoman soal Aliran Warga Venezuela". Dalam laporan tiga halaman itu, UNHCR meminta negara-negara itu menjamin tempat tinggal dan hak bekerja bagi warga Venezuela.

Memang tak ada yang menyangka, Venezeula negara yang diperkirakan lebih kaya dari Arab Saudi itu, kini terpuruk dalam kemiskinan. Cadangan minyak Venezeula berdasarkan data OPEC, sekitar 300 miliar barel, diperkirakan bisa bertahan hingga 200 tahun. Cadangan minyak Venezeula ini jauh lebih besar dari cadangan minyak Arab Saudi sekitar 250 miliar barel.

Namun yang terjadi kini, Venezeula lumpuh tak berdaya. Uang kertas Venezeula, Bilovar tidak bernilai sama sekali, malah uang kertas itu kini dijadikan bahan membuat tas tangan. Rakyat kelaparan karena tidak ada ketersediaan bahan makanan. Saking laparnya, rakyat Venezeula yang terbiasa hidup mewah kini tak segan menjarah toko makanan.

Pertengahan Januari 2018 ini, seorang lelaki muda Jose Materan (19 tahun) tewas ditembak petugas pengawal truk yang tengah mengangkut bahan makanan. Jose ditembak saat menjarah bahan makanan bersama warga lainnya di sebuah truk pengangkut bahan makanan di sebuah jalan raya dekat pemukiman kumuh di pedesaan Portuguese.

Kelangkaan bahan makanan di Venezeula terus memburuk. Orang-orang lapar di Venezeula tak segan-segan menjarah toko. Diperkirakan dua pertiga toko makanan dan minuman di perbatasan Kolombia kini tutup. Bahkan warga Venezeula kini tak segan merampas dan menyembelih hewan ternak yang tengah digembalakan.

Apa sebenarnya pemicu krisis Veneuzela

Kondisi buruk di Venezeula terjadi setelah presiden Hugo Chaves meninggal dunia pada 2013 lalu. Ia digantikan wakil presiden yang juga politisi PSUV, Nicolas Maduro.  Maduro sebenarnya meniru kepemimpinan Chaves, memanfaatkan penerimaan negara dari minyak untuk mengatasi kesenjangan sosial dan mengentaskan warga dari kemiskinan.

Hanya saja, Venezeula memang sudah sejak lama terbelah dalam dua kubu politik yakni pendukung dan penentang kebijakan Chaves. Sejak Chaves meninggal dunia ketegangan dua kubu ini semakin ditampakkan. Kelompok oposisi yang mulai bersuara lantang mengatakan, sejak PSUV berkuasa pada 1999, institusi demokrasi melemah dan penataan perekonomian tak berjalan efektif.

Dituduh begitu, kelompok pendukung kebijakan Chavez balik menuduh kelompok oposisi sebagai kelompok elite yang sengaja mengeksploitasi warga miskin demi tujuan mereka sendiri. Bahkan kelompok pendukung kebijakan Chaves menuding pemimpin oposisi dibayar oleh Amerika Serikat.

Tudingan yang melibatkan Amerika Serikat ini disebabkan karena Amerika dan Venezeula sejak puluhan tahun lalu sudah terlibat perang dingin. Ini wajar saja, Amerika Serikat memang tidak searah dengan Venezeula karena negara latin di bagian utara Amerika Selatan ini termasuk negara sosialis. Karena itu semasa hidup, Chaves sangat akrab dengan Fidel Castro dari Kuba.

Ketegangan oposisi dan pendukung terus memuncak.  Hal-hal yang tidak menyenangkan kelompok oposisi terus bermunculan. Pada 29 Maret 2017, Mahkamah Agung mengeluarkan keputusan mengambil alih kewenangan Majelis Nasional yang sebelumnya didominasi kelompok oposisi. Sepekan kemudian, 7 April 2017, pemimpin opisisi Henrique Capriles dilarang menduduki jabatan publik selama 15 tahun.

Tentu saja, semua ini membuat kelompok opisisi semakin marah. Pasalnya Capriles tokoh yang paling berpengaruh di kelompok oposisi. Henrique Capriles ini adalah saingan Maduro saat pemilihan presiden 2013 lalu. Dalam pemilihan presiden itu, Capriles hanya kalah tipis dari Maduro. Sehingga pelarangan itu dibahasakan lain.

Selain itu, kelompok oposisi menilai kepemimpinan Maduro tidak sekarismatik kepemimpinan Hugo Chaves. Tambah lagi sejak turunnya harga minyak, Maduro mulai memangkas sejumlah program sosial. Akibatnya sangat buruk sekali. Kebijakan Maduro  ini sampai menggerus dukungan dari kelompok-kelompok yang selama ini setia berdiri di belakang pemerintah.

Karena itu pula, kelompok oposisi terus mendesak pemerintahan Maduro dengan empat tuntutan.  Kelompok oposisi meminta pemecatan semua hakim di Mahkamah Agung yang mengeluarkan keputusan 29 Maret yang mengambil kewenangan Majelis Nasional. Selain itu, opoisisi meminta pelaksanaan pemilihan umum pada 2017, membentuk badan penyalur bantuan kemanusiaan dan membebaskan seluruh tahanan politik.

Menyikapi tuntutan itu, Presiden Maduro justeru mengusulkan penyusunan konstitusi yang baru. Menurut Maduro, itu diperlukan untuk mencegah kelompok-kelompok yang berseberangan dengan pemerintah melancarkan kudeta. Ditawar begitu, oposisi malah menuduh Maduro berupaya mempertahankan kekuasaan, dengan alasan penyusunan konstitusi baru

Dalam melawan tekanan ekonomi, Maduro memberlakukan mata uang digital yang disebut El Petro. Setiap Petro memiliki nilai berdasarkan barel minyak Venezeula. El Petro kata Maduro merupakan cryptocurrency pertama yang nilainya didukung oleh barang nyata seperti minyak. Tampaknya, inilah harapan terakhir Venezeula untuk memulihkan keterpurukan ekonomi.  

Ketegangan di Venezeula semakin hari semakin memuncak. Gerak ketegangan semakin laju. Belum lagi  Amerika yang mulai melancarkan tekanan-tekanan ekonomi dan politik melalui berbagai sanksi. Tidak itu saja, Amerika nyaris melakukan intervensi militer di Venezeula. Untung saja presiden Kolombia, Juan Manuel Santos bersikeras menolak seraya mengatakan seluruh negara latin  menolak intervensi militer Amerika di Venezeula.

" Tidak ada satu negara pun di Amerika Latin yang akan menerima bentuk intervensi militer apapun yang dilakukan Amerika di Venezeula, dan ini seharusnya menjadi pertimbangan," kata Presiden Kolombia Juan Manuel Santos saat melangsungkan konferensi pers bersama Wakil Presiden Amerika Mike Pence di Cartagena Agusutus 2017 lalu  seperti dilansir VoA Indonesia.

Kendati Amerika Serikat tidak mewujudkan rencana intervensi militer di Venezeula, tapi ekonomi negara penghasil minyak itu tetap saja  lumpuh dan semakin terpuruk. Venezeula mengalami hiperinflasi mencapai 13 ribu persen. Kurs mata uang Bolivar jika dihitung dengan rupiah mencapai Rp 199.900 per USD 1. Belum lagi kelangkaan bahan makanan yang membuat rakyat Venezeula kelaparan.

Kini lebih sejuta warga Venezeula meninggalkan negeri itu dengan harapan bisa bertahan hidup di negara lain. Mereka benar-benar tidak mampu bertahan di negaranya yang mengalami kelangkaan bahan makanan dan mata uang yang tak bernilai sama sekali. Kelaparan merambah seluruh wilayah Venezeula. Bahkan hewan-hewan di Kebun Binatang juga ikut menderita sampai kurus kering karena tidak makan.

Tidak ada yang bisa menduga sebelumnya, negara kaya minyak ini, bahkan lebih kaya dari Arab Saudi, bisa mengalami keterpurukan seperti saat ini. Beginilah akhirnya, ketika perseteruan dan ambisi politik tidak lagi memikirkan nasib rakyat dan negeri, tidak memikirkan nasib bangsa dan negara. Sekaya apapun sebuah negara sepeti Venezeula bisa terpuruk oleh ulah dan ambisi para politisi. (Said Mustafa Husin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun