Beberapa minggu terakhir ini, fans dua klub bertetangga yakni AC Milan dan Inter Milan dibuat gemas oleh tim kebanggannya tersebut. Bagaimana tidak, sejak musim kompetisi 2011/2012 bergulir, tak sekalipun dua klub raksasa ini memperoleh kemenangan. Hasil paling tragis dialami Inter. Dalam tiga pertandingan di Seri A, Internazionale hanya meraih sekali seri dan dua kali kalah. Yang terbaru, Inter kalah dari tim antah-barantah, Novara, dengan skor 1-3. Statistik Inter akan menunjukkan hasil yang lebih buruk jika hasil Liga Champions juga diikutsertakan. Ya, Inter juga tumbang saat menjamu tim asal Turki Trapzonspor dengan skor 0-1 di Stadion San Siro pada laga perdananya, baru-baru ini. Rival sekota Internazionale, Milan, menuai hasil sedikit lebih baik. Dari tiga laga di Seri A dan Liga Champions, Milan hanya sekali kalah dan dua kali seri. Kekalahan Milan terjadi pada akhir pekan lalu saat bertemu dengan tim yang sedang naik daun, Napoli. Dua pertandingan lainnya yakni saat melawan Barcelona di Champions dan Lazio di liga domestik berakhir imbang. Khusus hasil imbang melawan Barca, kredit khusus pantas diberi kepada Pato dkk. Pasalnya tim yang dihadapi bukanlah klub sembarangan, Barcelona, sang penguasa benua biru. Mental juara ditunjukkan oleh klub milik PM Italia Silvio Berlusconi ini saat menahan gempuran Messi cs yang berkesudahan dengan skor 2-2. Bagi Inter, hasil buruk ini tentunya ditimpakan kepada sang pelatih Gian Piero Gasperini. Massimo Moratti, si pemilik klub, pastinya tidak senang dengan pencapaian tersebut. Sejumlah nama seperti Fabio Capello dan Carlo Ancelotti pun mulai dikait-kaitkan dengan Inter. Sejak awal, publik Inter memang sudah ragu melihat rekam jejak Gasperini. Dibanding tiga pelatih terdahulu yakni Leonardo, Rafael Benitez dan Jose Mourinho, karier Gasperini kalah jauh mentereng. Sebelum menukangi Inter, mantan pemain Juventus dan Palermo ini hanya menukangi klub medioker Genoa dan Juventus Junior. Pencapaian terbaiknya adalah membawa Genoa finish posisi kelima klasemen musim 2008/2009 yang membuat rival sekota Sampdoria tersebut terkualifikasi Europa League musim 2009-10. Lima besar adalah posisi tertinggi yang dicapai Genoa dalam 19 tahun terakhir. Selain faktor Gasperini, blunder lain yang dilakukan Inter dinilai terkait kebijakan transfer pemain. Hengkangnya samuel Etoo ke Anzhi Makhachkala Rusia membuat barisan depan tumpul. Masuknya Diego Forlan dari Atletico Madrid dan Mauro Zarate yang dipinjam dari Lazio sampai sejauh ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Dalam tiga laga di Seri A, skuad biru-hitam baru menceploskan empat gol, dan kebobolan tujuh kali. Defisit gol ini sebagai alarm betapa mandulnya barisan depan Inter yang sebenarnya dihuni oleh striker-striker kawakan. Di sisi lain banyaknya gol yang bersarang di gawang Julio Cesar menandakan pertahanan yang rapuh. Sementara, hasil kurang menggembirakan yang diraih Milan dinilai karena dua faktor. Yang pertama banyaknya pemain inti yang cedera sebut saja Zlatan Ibrahimovic, Kevin-Prince Boateng, Robinho, Massimo Ambrosini, Gennaro Gattuso, Filippo Inzaghi dan Matheu Flamini. Faktor kedua adalah jadwal Seri A dan Champions yang tidak terlalu menguntungkan. Pada laga awal Milan sudah harus berhadapan dengan tim papan atas Italia seperti Lazio dan Napoli. Ujian terberat yang sebenarnya adalah saat melawat ke Nou Camp, markas Barcelona. Kedua faktor yang saling bersinergi itu membuat arsitek Milan Massimiliano Allegri pusing tujuh keliling. Bagaimanapun juga para pemain yang cedera adalah pilar yang mengantarkan klub tersebut meraih tahta juara Liga Italia dan Super Coppa Italia. Meski begitu, jalan kedua klub ini masih Panjang. Solusi bagi Inter kemungkinan besar adalah mengganti sang pelatih. Sementara bagi AC Milan, sangat tergantung dengan kesembuhan para pemain andalannya. Kita lihat saja nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H