Mohon tunggu...
El Mahvudd
El Mahvudd Mohon Tunggu... lainnya -

Belajar mengenal huruf, dan ingin menelusuri alam raya ini dengan bekal dari sana..

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Tentang Melankolia dan Senja

14 Oktober 2014   02:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:09 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Forever Sunset
Penulis       : Stanley Meulen
Penerbit    : Moka Media
Tahun         : Januari, 2014
Halaman   : viii+372
ISBN            :
9789797958046

Kisah diawali dengan pulangnya Dinda kembali ke Indonesia setelah lulus dari menjalani Studi Arsitektur di University of Sidney Australia. Di Indonesia, Dinda sebenarnya beralamat di Jakarta. Namun ia tidak langsung pulang ke Jakarta, melainkan dari Sidney ia langsung menuju ke Bali. Mengapa? Ya, ia sudah berencana untuk bertemu dengan kekasihnya di Bali terlebih dahulu setelah sekian lama berpisah karena menjalani studi.

Bagian ke-dua, setting tempat sudah di Pantai Sanur Bali. Dan Zora Angelo, yang tak lain adalah kekasih dari Dinda sudah menunggu kekasihnya di salah satu kafe di Sanur bernama Kafe Rui. Lama ia menunggu di kafe itu namun Dinda tak kunjung hadir. Apakah yang Dinda memang tidak akan hadir? Apakah terjadi sesuatu dengan Dinda hingga tak kunjung tiba? Penasaran?

Namun, disini aku tidak akan menceritakan seluruh kisah yang ada dalam novel ini. Aku hanya akan memberikan point-point yang menurutku menarik. Poin yang kumaksud adalah ramuan kata-kata yang begitu “terasa” yang tersebar di berbagai halaman dari keseluruhan halaman dalam novel ini. Orang biasanya disebut quote.

“Aku tahu Din! Kenapa? Karena aku yang akan menuliskannya. Aku yang akan menuliskan sesuatu yang baik untuk masa depan kita!” (hlm. 37)

"Din, setelah hari ini, aku berharap akan kembali sunset bersama kamu, di sini, di Bali. Dan aku ingin setiap sunset datang, itu berarti kamu. Dan hanya dengan kamu aku ingin melihat matahari terbenam lagi." - Zora to Dinda (page. 41)

"Bukan, Zor. Bukan kamu yang menemukan aku. Tapi akulah yang menemukan kamu. Janji kita yang tertinggal itu yang telah membawa aku menemukan kamu sekarang." - Dinda to Zora (page. 320)

Itulah diantara beberapa kalimat yang sempat membuatku terpaku dan terpana untuk beberapa saat sebelum melanjutkan membaca kalimat-kalimat selanjutnya. Sebagai penutup, aku akan memberikan sedikit catatan pada isi novel ini.

Menurutku pribadi semuanya seakan hanya berlalu begitu saja. Kurang ada sesuatu yang membuat “tersentak” dalam perjalanan ceritanya. Alur berjalan dengan pelan dan mendayu. Kurang begitu ada kejutan-kejutan yang membuat pembaca senam jantung. Alur yang dibuat memang cukup membuat kita terdiam dan terpaku ketika membaca. Karena efek yang ditimbulkan untuk membuat orang hanyut dalam latar suasananya.

Lewat kata-kata melankolis yang menciptakan lamunan-lamunan dan angan-angan, pembaca cukup dibuat terhanyut dalam jalannya cerita. Mungkin ini soal selera. Bagi pembaca yang gemar mendayu dan mengharu biru dalam lautan melankolis mungkin novel ini cocok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun