Suatu pagi ipar saya dengan bangga membawakan saya berbagai macam sayuran yang katanya dari kebunnya,yang katanya ditanam sendiri dengan susah payah dengan mengangkut tanah dan menabur pupuk kandang yang menjijikkan.
Kebanggaannya itu lantas hilang ketika saya berkata "alah, baru segitu, coba nanam di pasir pantai atau yang airnya sedikit baru boleh bangga".
Mendengar kalimat saya, ipar saya malah terheran-heran, bagaimana bisa??
Sepanjang pengetahuan saya dan ilmu yang saya peroleh di kampus plus pengalaman bekerja di lapangan, dengan penanganan dan teknologi yang tepat, tanaman, khususnya tanaman hortikultura dapat dibudidayakan di lahan psir pantai dan di lahan yang berpengairan terbatas.
Menanam tanaman hortikultura di lahan pasir pantai banyak dipraktekkan di pantai selatan Yogyakarta, sekitar pantai glagah dan pantai samas. Untuk membudidayakan tanaman hortikutura di lahan pantai ada beberapa hal yang harus dipersiapkan antara lain :
- windbreak atau pematah angin untuk melindungi tanaman dari uap garam
- bahan organik, baik dari sisa tumbuhan maupun limbah peternahan, untuk memperkaya unsur hara pada tanah pasir yang miskin hara
- bahan organik atau bahan lain yang membantu agar air dapat menjaga kelembaban tanah, sehingga kebutuhan air tanaman dapat terpenuhi
- penyiraman, ini biasanya setelah tengah hari, biasanya petani melakukan penyiraman, bukan untuk mengairi, tetapi untuk menghilangkan garam yang menempel pada permukaan tanaman. [caption id="attachment_179451" align="aligncenter" width="300" caption="semangka di lahan pantai (Dok. Sribudi Astuti)"][/caption]
[caption id="attachment_179453" align="aligncenter" width="300" caption="Tanaman cabe yang ditumpangsarikan dengan tanaman caisim di lahan pantai (Dok. Sribudi Astuti)"][/caption]
Petani di kawasan pesisir selatan Yogyakarta, selain mengambahkan pupuk organik untuk tanamannya, sering juga menambahkan jerami pada permukaan tanah untuk mengurangi penguapan. Selain itu petani juga memanfaatkan air tanah yang diangkat ke permukaan dengan menggunakan pompa bensin dan di tampung dalam sumur-sumur kecil yang terhubung satu sama lain melalui pipa dibawah tanah atau yang biasa disebut dengan sumur renteng.
[caption id="attachment_179459" align="aligncenter" width="362" caption="air tanah sebagai sumber pengairan lahan pantai (Dok. Sribudi Astuti)"][/caption] [caption id="attachment_179465" align="alignleft" width="253" caption="Irigasi tetes untuk tanaman bawang merah di lahan pantai (Dok. Sribudi Astuti)"][/caption]
Sejalan dengan pengetahuan petani, banyak petani yang mampu memotong biaya tenaga kerja dengan mengganti sistem pengairan siram dengan menggunakan gembor menjadi sistem irigasi tetes sederhana yang memanfaatkan pipa paralon. sistem pengairan tetes ini efektif untuk tanaman seperti semangka, tomat, cabe, dan juga bawang putih. Di lahan pantai, kreativitas petani dalam mensiasati kondisi alam menjadi penunjang keberhasilan usaha taninya.
Apabila di lahan pantai terdapat dua hal yang perlu disiasati yaitu kondisi tanah dan ketersediaan air, pada tanah pertanian yang subur, hanya perlu mensiasati ketersediaan air, terutama pada musim kemarau.
Untuk lahan yang subur tetapi menghadapi kendala ketersediaan air, bisa diterapkan teknologi pengairan yang efisien seperti sistem irigasi tetes (drip irrigation) beserta modifikasinya. dengan sistem irigasi tetes ini disamping memberikan air pada tanaman sesuai dengan kebutuhan air tanaman, sistem ini juga mampu menekan pertumbuhan gulma.
[caption id="attachment_179492" align="aligncenter" width="368" caption="irigasi tetes untuk mentimun di lahan sawah (Dok. Sribudi Astuti)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H