Hari ini, enam tahun yang lalu, saya mempunyai label yang huebat, sebagai "berandalan" cewek yang ndak mau bekerja sesuai dengan kemauan keluarga besar ayah saya. Sebenarnya setelah lulus, saya tidak sepenuhnya menjadi pengangguran, saya sempat bekerja paruh waktu, saya menghasilkan uang dari membantu proyek penelitian, dan dari hasil bertanam di sawah, saya menghasilkan sedikit uang untuk bertahan hidup. Kehidupan seperti ini yang menjadi kekhawatiran orang-orang disekitar saya, seorang sarjana dari universitas terkenal menjadi petani yang tidak bergengsi, kumal, dan bau.
Setelah itu saya di'ungsikan' ke Kota Minyak Balikpapan mengikuti salah satu kerabat. Awalnya saya diberi kebebasan untuk memilih pekerjaan yang saya inginkan, bebas bergaul karena pola kehidupannya berbeda dengan keluarga yang di Jogja. Ternyata tidak... justru masa lalu saya yang ngotot mengambil fakultas yang tidak favorit, saya yang dari desa, dan lain-lain menjadi belenggu bagi saya. Hingga pada puncak kejenuhan saya , saya memutuskan untuk kabur ke Surabaya dan kembali ke Jogja walaupun saat itu saya telah bekerja selama satu bulan.
Resiko dari keputusan kabur saya bukan sesuatu yang kecil, mulai dari statement "bye bye forever" hingga "dasar anak berandalan susah diatur" dan lain-lain sempat saya terima. Beruntung bagi saya, saya mempunyai sahabat-sahabat yang mensuport saya dan ibu saya yang hangat memeluk saya ketika saya kembali. waktu itu saya hanya berpedoman apapun label saya, baik atau buruk, suatu saat akan saya buktikan bahwa saya akan mendapat pekerjaan yang jauh lebih baik.
Allah maha adil, ketika saya kembali ke Jogja dan sedang iseng melihat lowongan pekerjaan di Kampus, seorang teman menegur saya.
"loh, kamu disini Es.."
"Iya, lagi nyari kerjaan baru"
" Eh, ada lowongan Dosen tuh"
"Weh.. IPK ku ndak lebih dari 3,5, minder"
" Ndaftar aja, kamu kan bisa, wong punya kemampuan"
Kata KEMAMPUAN.. membuat saya terhenyak, berbulan-bulan saya dibawah bayang2 orang yang selalu merendahkan saya dari segi penampilan dan pendidikan, kini seorang teman yang lama tidak bertemu justru berkata seperti itu.
Saya memberanikan diri mendaftar dan melewati beberapa tahapan test yang memakan waktu beberapa bulan, akhirnya, saya diterima dan mulai bekerja di kampus tempat saya dulu menuntut ilmu. Saya bisa membuktikan saya mampu mendapatkan pekerjaan, meskipun harus menjual HP kesayangan untuk transport dan keperluan-keperluan selama proses seleksi.
karena pekerjaan pertama saya ini, saya tak lagi memerdulikan label 'berandalan'... karena keadaan sudah membuktikan. Bagi saya, label itu terhapus dengan sendirinya., tak peduli apa opini orang. Pekerjaan pertama ini yang mendasari usaha-usaha berikutnya mendapatkan yang saya inginkan hingga hari ini. Ini adalah pembelajaran bagi saya, bukan orang lain yang berhak menentukan mau jadi apa saya suatu hari nanti, tapi saya lah yang menjadikan saya seperti yang saya inginkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI