Mohon tunggu...
Esbea Saja
Esbea Saja Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Wanita jogja, yang berada di rantau

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pekerjaanku Penghapus Label Berandalanku

13 April 2010   06:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:49 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari ini, enam tahun yang lalu, saya mempunyai label yang huebat, sebagai "berandalan" cewek yang ndak mau bekerja sesuai dengan kemauan keluarga besar ayah saya. Sebenarnya setelah lulus, saya tidak sepenuhnya menjadi pengangguran, saya sempat bekerja paruh waktu, saya menghasilkan uang dari membantu proyek penelitian, dan dari hasil bertanam di sawah, saya menghasilkan sedikit uang untuk bertahan hidup.  Kehidupan seperti ini yang menjadi kekhawatiran orang-orang disekitar saya, seorang sarjana dari universitas terkenal menjadi petani yang tidak bergengsi, kumal, dan bau.

Setelah itu saya di'ungsikan' ke Kota Minyak Balikpapan mengikuti salah satu kerabat.  Awalnya saya diberi kebebasan untuk memilih pekerjaan yang saya inginkan, bebas bergaul karena pola kehidupannya berbeda dengan keluarga yang di Jogja. Ternyata tidak... justru masa lalu saya yang ngotot mengambil fakultas yang tidak favorit, saya yang dari desa, dan lain-lain menjadi belenggu bagi saya.  Hingga pada puncak kejenuhan saya , saya memutuskan untuk kabur ke Surabaya dan kembali ke Jogja walaupun saat itu saya telah bekerja selama satu bulan.

Resiko dari keputusan kabur saya bukan sesuatu yang kecil, mulai dari statement "bye bye forever" hingga "dasar anak berandalan susah diatur" dan lain-lain sempat saya terima. Beruntung bagi saya, saya mempunyai sahabat-sahabat yang mensuport saya  dan ibu saya yang hangat memeluk saya ketika saya kembali. waktu itu saya hanya berpedoman apapun label saya, baik atau buruk, suatu saat akan saya buktikan bahwa saya akan mendapat pekerjaan yang jauh lebih baik.

Allah maha adil, ketika saya kembali ke Jogja dan sedang iseng melihat lowongan pekerjaan di Kampus, seorang teman menegur saya.

"loh, kamu disini Es.."

"Iya, lagi nyari kerjaan baru"

" Eh, ada lowongan Dosen tuh"

"Weh.. IPK ku ndak lebih dari 3,5, minder"

" Ndaftar aja, kamu kan bisa, wong punya kemampuan"

Kata KEMAMPUAN.. membuat saya terhenyak, berbulan-bulan saya dibawah bayang2 orang yang selalu merendahkan saya dari segi penampilan dan pendidikan, kini seorang teman yang lama tidak bertemu justru berkata seperti itu.

Saya memberanikan diri mendaftar dan melewati beberapa tahapan test yang memakan waktu  beberapa bulan, akhirnya, saya diterima dan mulai bekerja di kampus tempat saya dulu menuntut ilmu.  Saya bisa membuktikan saya mampu mendapatkan pekerjaan, meskipun harus menjual HP kesayangan untuk transport dan keperluan-keperluan selama proses seleksi.

karena pekerjaan pertama saya ini, saya tak lagi memerdulikan label 'berandalan'... karena keadaan sudah membuktikan. Bagi saya, label itu terhapus dengan sendirinya., tak peduli apa opini orang. Pekerjaan pertama ini yang mendasari usaha-usaha berikutnya mendapatkan yang saya inginkan hingga hari ini. Ini adalah pembelajaran bagi saya, bukan orang lain yang berhak menentukan mau jadi apa saya suatu hari nanti, tapi saya lah yang menjadikan saya seperti yang saya inginkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun