Nenek moyang kita telah berpikir panjang, bagaimana Rumah Joglo dapat mengakomodasi dan memfasilitasi kehidupan sosial budaya mereka. Mereka benar-benar paham dalam membangun Joglo, bukan hanya sekedar membangun tempat tinggal saja, tetapi juga memperhatikan kehidupan sosial dan budaya dilingkungan setempat.Â
1. Mata Pencaharian
Salah satu aspek sosial budaya yang berpengaruh terhadap arsitektur rumah adat Jawa adalah mata pencaharian. Sebagai negara yang beriklim tropis, Nusantara memiliki potensi besar untuk menjadi negara agraris. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak penduduk, terutama di Jawa, menjadikan pertanian sebagai mata pencaharian utama. Masyarakat Jawa dikenal dengan keahlian bertaninya yang sangat baik. Pertanian telah menjadi bagian yang melekat dalam budaya masyarakat Jawa, terutama dalam konteks mata pencaharian, di mana sebagian besar penduduk, khususnya mereka yang tinggal di desa, mengandalkan aktivitas bertani dan berkebun sebagai sumber penghidupan. Hal ini menjelaskan keberadaan senthong tengen, yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil pertanian dan perkebunan, serta penerapan ornamen-ornamen daun dan buah nanas pada ukiran di dalam rumah adat Jawa, seperti pada kunci blandar yang terletak di tengah dadha peksi.
2. Religi dan Kepercayaan
Ompak atau umpak adalah alas tiang yang terbuat dari batu alam yang keras. Batu alam ini biasanya berwarna hitam, yang dalam ajaran Jawa melambangkan Tuhan sebagai pencipta bumi dan lautan tempat manusia hidup. Senthong tengah merupakan salah satu dari tiga kamar yang ada pada ndalem ageng yang terletak tepat di bawah atap pananggap. Ruang ini berada di antara dua saka guru di sisi belakang dalem ageng, yang memiliki kedudukan khusus dan disakralkan. Bagi masyarakat pedesaan, ruang ini diperuntukkan bagi Dewi Sri, simbol kesuburan dan kebahagiaan rumah tangga. Pada musim panen padi, seuntai padi yang pertama kali dipotong akan dibalut dengan kain batik dan ditempatkan di senthong tengah sebagai persembahan kepada Dewi Sri, sehingga senthong tengah dikenal sebagai Pasren, yang berarti tempat untuk Dewi Sri.
3. Kemasyarakatan
Pada dasarnya, rumah adat Jawa memiliki ruang yang luas dan terbuka, seperti pendopo, yang melambangkan semangat sosial masyarakat Jawa yang sangat tinggi. Masyarakat sering mengadakan acara atau upacara adat yang mengundang banyak orang. Oleh karena itu, keberadaan pendopo cukup penting sebagai tempat berkumpul. Ruangan yang didesain lebar dan terbuka ini juga bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi semua orang, terutama di daerah dengan iklim tropis seperti Indonesia.
4. Kesenian
Wayang, sebagai salah satu seni pertunjukan tradisional yang sangat berharga dalam budaya Jawa, memiliki dampak yang besar pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk dalam arsitektur rumah adat jawa. Unsur seni wayang dapat dilihat dalam pringgitan, yang berfungsi sebagai lorong penghubung antara pendopo dan rumah utama (omah). Pringgitan tidak hanya berfungsi sebagai jalan masuk ke rumah, tetapi juga sebagai tempat beraktivitas, seperti bermain wayang. Dengan demikian, pringgitan mencerminkan peran penting kesenian dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H