1. LATAR BELAKANG
Indonesia mengonfirmasi kasus pertama infeksi virus corona penyebab Covid-19 pada awal Maret 2020, sejak itu berbagai upaya penanggulangan dilakukan pemerintah untuk mengurangi dampak dari pandemi Covid-19 di berbagai sektor. Hampir seluruh sektor terdampak, tak hanya kesehatan dan ekonomi tetapi juga pendidikan. Salah satu dampak di bidang pendidikan di Indonesia adalah semua institusi pendidikan terpaksa meniadakan pembelajaran tatap muka. Pintu-pintu kelas ditutup, guru dan murid 'dirumahkan'. Ini merupakan dampak Covid-19 bagi pendidikan yang paling jelas terlihat dan dapat dirasakan semua orang. Meskipun begitu, pembelajaran tetap berlangsung secara daring (Dalam Jaringan), baik murid, guru, bahkan orang tua atau wali murid harus beradaptasi dengan situasi baru di dunia pendidikan ini. Â Â Â
Dengan berbagai keterbatasan pembelajaran daring yang dihadapi, tentunya tidak mengurangi semangat bagi guru untuk terus berinovasi membangun suasana belajar yang menarik, bermakna, dan menyenangkan untuk menunjang tercapainya profil pelajar yang memiliki kompetensi global dan berprilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
2. TUJUAN
Murid memiliki kompetensi global dan berprilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
3. PENERAPAN PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA DI KELAS DAN DI SEKOLAH
- Perasaan selama melakukan perubahan di kelas
Perubahan dari pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran dalam jaringan (daring) tentunya memiliki kekurangan. Dalam pembelajaran daring, tidak semua murid memiliki perangkat untuk mengakses internet yang digunakan untuk pribadi, murid masih menggunakan perangkat milik orang tua atau kakaknya, sehingga pembelajaran dengan menggunakan video conference yang diakses secara real time tidak memungkinkan untuk dilakukan, maka disepakati Google Classroom sebagai media yang paling bisa digunakan oleh hampir semua murid untuk pembelajaran daring selain WhastsApp Group. Saat mengakses Google Classroom  tentunya dibutuhkan kerjasama antara guru dan orang tua murid untuk pendampingan proses pembelajaran dan pengiriman tugas harian. Tentunya sikap gotong royong antara guru, murid, dan orang tua murid ini cukup menyenangkan karena bisa berbagi dan hubungan dapat terjalin dengan baik. Â
- Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses perubahan
Salah satu profil pelajar pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, sehingga pada kegiatan pembuka dalam pembelajaran di kelas dilakukan pembiasaan membaca doa dan surat pendek sebelum dan sesudah belajar. Saat pembelajaran daring yang semula doa hanya dilakukan mandiri oleh masing-masing murid menjadi dijadwalkan petugas membaca doa untuk satu persatu mengirimkan video doa pendek sebelum memulai pembelajaran setiap harinya sesuai dengan jadwal yang disepakati.
Kemudian untuk tercapainya profil pelajar berkebhinekaan global, dalam pembelajaran dijadwalkan juga untuk mengirimkan video menyanyikan lagu daerah yang pilihan lagunya dibebaskan sesuai dengan keinginan murid. Pada perayaan hari-hari besar nasional juga bisa disisipkan unsur/atribut kebudayaan daerah pada materi tertentu saat pembelajaran seperti pada saat Peringatan Hari Kartini, murid diminta untuk mengkreasikan ragam hias yang merupakan ciri khas suatu daerah di Indonesia dengan bahan dan alat yang mudah ditemukan atau tersedia di rumah yang disiapkan secara mandiri, hal ini juga berguna untuk mengembangkan pembentukan karakter murid.
- Pembelajaran dan pengalaman dalam bentuk catatan praktik baik
Untuk mewujudkan merdeka belajar yang berpihak pada murid, belajar dengan perasaan yang senang dan gembira tentunya sangat penting  . Maka dari itu, membiasakan hal-hal yang positif seperti mengucapkan salam, menanyakan kabar, meminta maaf dan mengucapkan terima kasih, serta pujian, baik untuk dilakukan dalam pembelajaran.
- 'Foto Bercerita' dari seluruh rangkaian pelaksanaan (Perencanaan, penerapan, dan refleksi) aksi nyata
PerencanaanÂ
Penerapan
Refleksi
Sebelumnya, saat pembelajaran daring guru selalu memberikan tugas melalui instruksi, sekarang lebih diupayakan memberikan tuntunan tanpa melepaskan nilai gotong royong. Kemandirian juga akan terbentuk jika murid selalu diarahkan, sehingga akan tercipta kreatifitas sesuai dengan potensinya masing-masing.
Testimoni dari rekan guru dan murid yang terlibat dalam proses perubahan
4. Kesimpulan
Demikian yang dapat saya sampaikan terkait aksi nyata penerapan pemikiran Ki Hadjar Dewantara di kelas dan sekolah. Semoga dapat memberikan inspirasi yang positif bagi pembaca. Terima kasih. Salam Guru Penggerak!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H