Mohon tunggu...
Esa Pranamaa
Esa Pranamaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa belajar

Biasalah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Alay Sama dengan Popularitas

15 Maret 2021   13:00 Diperbarui: 15 Maret 2021   13:02 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aplikasi kaum alay. Stigma itu sangat melekat pada TikTok, khususnya di Indonesia. Tak dapat disangkal, TikTok kini telah menjelma menjadi aplikasi media sosial dengan angka pertumbuhan paling cepat, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga dunia. Kok bisa? Kepopuleran TikTok di Indonesia tak bisa dipisahkan dari Bowo Alpenliebe alias Prabowo Mondardo. 

Pada 2018 lalu, bocah laki-laki yang akrab dipanggil Bowo ini menghebohkan publik Indonesia. Suatu hari, Bowo yang populer melalui TikTok menggelar acara jumpa penggemar dan memungut biaya untuk foto bersama.Bowo yang kala itu masih berusia 13 tahun langsung dirisak oleh warganet. Banyak yang menganggapnya tidak layak melakukan acara jumpa penggemar, apalagi yang berbayar. 

Warganet juga menyoroti perilaku penggemar yang rata-rata seumuran Bowo. Mereka menilai kelakuan para penggemar tidak masuk akal karena berlebihan memuja Bowo yang penampilannya dianggap alay.

Meski banyak yang berpendapat bahwa media sosial, seperti TikTok, dapat mengganggu anak-anak, fakta bahwa media itu menghibur tidak dapat disangkal.TikTok penuh dengan sketsa komedi, duet, dan tarian yang menarik, semuanya sangat lucu untuk anak-anak. 

Tetapi juga Selain itu ada juga efek negatifnya dalam menggunakn aplikasi TikTok, karena TikTok sangat umum di kalangan anak muda, mereka dapat merasa tersisih jika tidak menggunakannya.Sindrom rasa takut ketinggalan merupakan hal yang nyata, terutama di kalangan remaja.

Banyaknya komentar negatif, atau bahkan satu komentar saja, dapat berdampak buruk pada harga diri seorang anak. TikTok, dan jejaring sosial lainnya, seperti Instagram dan Facebook, telah dikritik karena memiliki efek negatif pada kepercayaan diri seseorang.

Ini dapat sangat merusak kesehatan mental seseorang. Ada beberapa kasus di mana anak-anak melukai diri sendiri atau menghadapi masalah lain, seperti anoreksia dan bulimia, karena media sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun