Mohon tunggu...
Esang Suspranggono
Esang Suspranggono Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Si Jhonny yang berusaha menepati Janjinya. Berharap kisahnya bisa menginspirasi bagi lainnya. Masih belajar mencintai kopi, dan berkeyakinan suatu saat akan dapat kontrak untuk menulis tentang museum di berbagai negara.ig@janjijhonny

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Secangkir KafeinIsme #9 Berkunjung ke Museum Bahari

8 Juni 2016   11:34 Diperbarui: 8 Juni 2016   11:42 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kenyataan yang memprihatikan. Meski begitu setidaknya kisah menarik lainnya, kehebatan kapal jenis Sverdlov ini masih berbekas. Sebuah torpedo berukuran lebih dari 7 meter berwarna hitam legam tersimpan apik di ruangan ini. Perawakan yang cukup panjang rupanya tidak sebanding dengan kemampuannya. Rudal ini hanya memiliki jarak jelajah sekitar 30 km dan sistem kerjanya pun masih terbilang kuno yaitu mengandalkan sudut tumbukan kapal.

Satu cerita ketika menyaksikan replika salah satu kapal legendaris bangsa ini yaitu KRI Dewaruci. Siapa yang tidak mengenal kapal ini? Berkat ekspedisi pelayaran ke berbagai negara menaklukan ganasnya samudra, KRI Dewaruci membawa nama Indonesia harum di kancah internasional. Selain untuk mengenalkan Indonesia, kapal ini juga menjadi tempat untuk mempraktekan semua ilmu yang telah dipelajari para kadet.

Pada pelayarannya sekitar tahun 2012 kalau tak salah ingat, lewat film dokumenternya diketahui Dewarucci pernah bertemu dengan si pembuatnya yang sudah sepuh. Dalam wawancaranya ia merasa terpukau melihat kapal buatannya masih bisa berlayar. 

Lanjut ke ruangan berikutnya yaitu ruang kemudi kapal. Sebelum ke sana sya diajak menghampiri sebuah senjata yang terpajang di halaman museum, yaitu meriam ukuran 85mm. Untuk mengoperasikannya dibutuhkan dua orang. Pertama untuk membidik dan menembak, dan kedua untuk mengisi peluru. Petugas yang mengoperasikannya pun tidak sembarangan. Dibutuhkan skil khusus mengingat resiko yang dihadapinya cukup tinggi yaitu cacat atau paling fatal kematian.

“Itu beneran mas dapet tunjangan lebih?”tanya saya. “Iya mas beneran karena gini mas saat mengisi peluru ada potensi kalau peluru bisa meledak sendiri sehingga diberilah tunjangan tersebut,”ujar Iskandar.

...blek....blek....blek blek...suara hentakan kaki menaiki tangga  satu demi satu..

Hooshh..cukup tinggi tangga yang memang dibuat mirip dengan aslinya ini. Di ruang yang tidak terlalu luas kita bisa menyaksikan banyak peralatan di ruang lantai 2 sebelumnya, yang terpasang sesuai dengan fungsinya. Ada radar pembaca kapal lain, ada mesin pembaca gelombang, alat untuk menggerakan mesin kapal, serta masih banyak lagi lainnya. Namun sayang alat itu tidak bisa diaktifkan/dinyalakan.

Di bagian museum yang terakhir yaitu ruang audio visual para pengunjung akan disuguhi tayangan persuasif yang akan membangkitkan semangat untuk mencintai laut. Dan tayangan tersebut menjadi salam perpisahan dari semua perjalanan mengarungi samudra ala Museum Bahari.

...Seperti menemukan cerita yang hilang bila berkunjung ke museum. Banyak kisah yang sangat sayang bila dilewatkan. Sampai jumpa diperjalanan berikutnya..

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun