Mohon tunggu...
Esang Suspranggono
Esang Suspranggono Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Si Jhonny yang berusaha menepati Janjinya. Berharap kisahnya bisa menginspirasi bagi lainnya. Masih belajar mencintai kopi, dan berkeyakinan suatu saat akan dapat kontrak untuk menulis tentang museum di berbagai negara.ig@janjijhonny

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Secangkir KafeinIsme #8 Cerita si Mesin Penggiling Kopi

1 Mei 2016   06:17 Diperbarui: 1 Mei 2016   10:26 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di awal race begitu antusiasnya saya melihat aksinya. Sayang ia harus finish di urutan terakhir karena kendala teknis. Lanjut di balap berikutnya asa untuk melihat ia masuk 10 besar masih begitu membara. Namun seiring waktu rupanya harapan untuk melihatnya masuk 10 besar mulai surut. Sempat dua kali atau tiga kali saya absen nonton balapannya di KFC. Ya memang susah jika mempraktekan daripada membicarakannya. Mungkin tahun 2015 bisa menjadi ajang mencari pengalaman bagi Sean sehingga target finish saja sudah cukup baik. Begitulah saya berbaik sangkanya.

 Memang bukan rejeki saat itu. Pada balap seri ke berapa saya lupa  nama saya yang berada di dalam fish bowl keluar. Doorprize berupa jam tangan yang jika dirupiahkan sekitar 400 ribuan terbang melayang. Hanya gara-gara tidak memfollow akun twitter @SeanID gagal membawa pulang jam tersebut. Hanya malu saat itu yang saya alami. Sorakan para penonton  mengantar saya membalik badan. 

...”Padahal sudah punya angan-angan beliin jam tangan buat si bapak, dan pas banget ini bisa mendapat hadiah jama tangan” dalam hati berkata. Namun ya sudahlah bukan rejekinya..

Hingga akhirnya di balapan seri penutup Jerez sebuah keajaiban benar-benar saya alami. Selama hidup saya termasuk orang yang jauh dari perhatian dewi fortuna. Kalaupun menang doorprize mungkin cuma hadiah ecek-ecek.

Ada informasi jika ada hadiah grandprize dari panitia penyelenggara. Itu yang menjadi pemberat langkah saya untuk pulang duluan. Padahal waktu itu memang badan sedang tidak enak. Perut menjadi langganan mules jika tubuh sedang tidak fit. 

Adzan maghrib sudah kelewat lama. Teringat jika ada sebuah masjid berada dekat sini. Akhirnya saya berangkat menuju Masjid Syuhada Kota Baru. Biasanya suasana di sana ramai. Banyak jemaah yang sembari menunggu adzan isya berkumandang mereka mendarus Quran. Tetapi suasana waktu itu benar-benar hening.

Toilet yang berada di bawah menjadi tujuan utama. Teringat banyak kisah yang mengatakan kalau memelihara rumah Allah pasti akan mendapat limpahan RahmatNya. Maka saya pun coba melakukan hal itu. Memang toilet disini dijaga kebersihannya. Hanya saja saya iseng mengecek satu persatu kamar mandinya. Sebuah puntung rokok dan beberapa bungkus yang tidak pada tempatnya saya pungut dan menaruhnya di tong sampah. 

Mungkin bisa dikatakan tidak khusyuk saat beribadah. Terngiang-ngiang jika bisa mendapatkan grandprize hape yang sempat diperdebatkan antara sodara saya mbak Miya, mas Estu dan saya. Sehingga saat akan mengakhiri sholat menguping  sebuah pertanyaan dari seorang jamaah tentang kenapa jika berdoa selalu diawali dengan tiga surat yaitu Al Ikhlas, An Nas, dan Al Falaq. Jawaban dari sang Ustadz pun cukup masuk akal sehingga disaat berdoa saya membaca ketiga surat tersebut.

Malam semakin dingin. Angin malam semakin membuat tubuh saya menjadi tidak karuan. Sempat setengah mutung dan akan pulang ketika pengundian doorprize sodara saya sudah membawa pulang  hadiah. Pesimistis  dan tidak mungkinlah saya bisa membawa pulang hadiah utama. Tapi tanpa disangka  saya menjadi orang yang paling banyak dicari di acara malam itu. Setengah tidak percaya hingga si MC harus memanggil untuk terakhir kalinya. Saya pun bergegas menuju depan panggung.

Belajar dari pengalaman, maka akun twitter saya pun sudah siap dengan telah memfollow akun Sean. Bahkan sudah saya siapkan di halaman muka sehingga tidak perlu repot-repot mengeluarkannya. 

“wuhh nganti ndhredheg ngono kok piye tangane”,ujar salah satu peserta nonton bareng waktu itu.Itu kalimat tidak bisa saya lupakan hingga sekarang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun