Mohon tunggu...
Esang Suspranggono
Esang Suspranggono Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Si Jhonny yang berusaha menepati Janjinya. Berharap kisahnya bisa menginspirasi bagi lainnya. Masih belajar mencintai kopi, dan berkeyakinan suatu saat akan dapat kontrak untuk menulis tentang museum di berbagai negara.ig@janjijhonny

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Secangkir KafeinISME #3 Melawan Keterbatasan

28 September 2015   21:58 Diperbarui: 28 September 2015   21:58 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

...Lha modal e piro mas njenengan pas buka usaha? (Lha modalnya berapa mas sewaktu mas buka usaha)

Aku mbiyen mas modal utamaku udu duit, tapi keahlian karo yo wani nyemplung langsung (aku dulu mas modal utama bukanlah uang tapi keahlian sama ya berani terjun langsung)....

Memang benar untuk memulai sebuah usaha modal utama sesungguhnya bukanlah materi. Seperti uang yang selalu menjadi kendala banyak orang ingin memulai usaha. Niat, semangat, berani mengambil resiko, serta keahlian adalah modal pokok membangun sebuah usaha. Saya juga pernah mengalami hal tersebut, nantilah di edisi selanjutnya saya akan cerita keberanian atau justru kekonyolan saya memulai usaha -JanjiJhonny-. 

Ilmu menjadi pegangannya  memulai usaha. Mas Ari sudah membuktikan, bahwa dia bisa memulai usaha sablon dengan bermodal ilmu. Ilmu nyablon lho ya, belum dengan ilmu editing melalui komputer. Ngomongin komputer, malam itu ia bercerita bahwa komputer yang ada di rumahnya belum lama ia miliki. Jadi selama belum punya komputer  ketika ada order untuk menyablon, dia selalu nebeng ke temannya yang memiliki komputer. Seluruh design yang berbau komputer selalu ia bawa ke tempat temannya untuk dicetak. Bahkan pernah juga suatu saat ketika mendapat order tengah malam, dengan penuh pekewuh (sungkan) ia harus ke tempat temannya untuk mencetak design yang nantinya akan di tempel di kaos. Seringnya ia merepotkan teman, pelan-pelan dari yang dulunya buta corel draw kini ia bisa kuasai.  

Itu baru komputer, belum lagi alat sablonnya. Beragam teknik sablon tentu membutuhkan alat sablon yang berbeda pula. Kadang nih untuk mengeringkan cat sablon yang sudah di kaos dibutuhkan lagi alat khusus. Saya lupa namanya tapi ada kata press gitulah, mirip dengan fungsi  hairdryer. Terkadang bila klien minta lebih cepat jadi, untuk finishingnya ia mampir ke tempat teman yang memiliki alat lebih lengkap. Untungnya mas rocker memiliki teman yang tulus membantu. Ini baru namanya sebuah persahabatan. Malam itu saya belajar bagaimana makna teman sejati.

 Terkadang emmm bukan terkadang namun sudah keseringan mendengar  saat teman sedang dalam keadaan di bawah banyak teman yang acuh. Namun saat di atas pasti ada kata yang benar njelehi (menyebalkan) keluar dari mulut : wah saiki wis sukses terus lali karo konco (wahh sekarang sudah sukses terus lupa sama teman ). Itu kata-kata yang sungguh menyebalkan. Dan kalau perlu mungkin orang yang ngomong gitu harus dilempar batu. Mau enaknya tapi tidak mau susahnya, seperti itulah kira-kira. Belum lagi dengan kata-kata “kalau aku beli produkmu aku digratisi ya?” atau “aku diharga lebih murah ya”. Sebuah kalimat yang bukan menunjukan makna sebuah persahabatan. Membantu dengan setengah hati dengan penuh pamrih. Padahal saya yakin kok jika ada seorang teman yang sedang kesusahan kemudian kita bantu dengan seikhlasnya lagi tulus, kelak pasti hutang budi itu akan terbalas. Apa yang dibangun Mas Ari dengan Soul Legionnya hingga hari ini  tidak akan berjalan seperti ini tanpa bantuan dari teman. Dan beruntungnya ia memiliki teman yang selalu membantu, terutama di saat susah.

....sssrrrpp. Sambil menyruput vanilla latte yang telah dingin ia berceloteh jika baru 5 tahun ini ia nyemplung seutuhnya di dunia persablonan.

Bisnis itu butuh ketekunan serta keuletan. Mas Ari sendiri yang menceritakan kisahnya.  Selama 10 tahun lalu memang ia sudah memulai. Namun masih ada sedikit berat hati yang belum bisa membuatnya menekuni bidang ini dengan sepenuh keyakinan. Cari kerja!!! Itu kata yang selalu ngetrend di bumi Indonesia. Apalagi jika hidup di pedesaan. Hhmmmm orang bisa jadi bahan omongan selama berhari-hari gara-gara tidak bekerja di luar rumah. Bahkan bisa jadi tambah seru jika ia terkena masalah.

Nyambi mburuh kalau boleh saya tulis disini kehidupan Mas Ari waktu itu. Kerja sana sini, ikut orang ke sana kesini guna menghidupi kebutuhannya. Jika banyak orang mencari uang demi hidup, berbeda dengan Mas Rocker. Ia tetap sisihkan uangnya untuk membeli peralatan.

Jaman 2005 rego frame ki ora koyo saiki mas. Wektu kui regane 35 ribu mas, dan kui wis termasuk larang mas dibanding saiki....(Jaman 2005 harga frame enggak kayak sekarang. Waktu itu harganya 35 ribu mas, dan itu itu sudah termasuk mahal dibanding sekarang)

Inovasi, lebih tepat menggambarkan apa yang ia lakukan sekarang. Perbaikan layanan dalam penyelesaian pesanan ia utamakan. Sewaktu usahanya masih awal, waktu sering menjadi kendala. Beberapa kali selalu ia gagal menepati janji untuk menyelesaikan kerjaannya. Rasa kecewa dari pelanggan menjadi pertimbangan besar darinya. Hingga akhirnya ia perlahan memperbaiki pelayanannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun