Mohon tunggu...
Esang Suspranggono
Esang Suspranggono Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Si Jhonny yang berusaha menepati Janjinya. Berharap kisahnya bisa menginspirasi bagi lainnya. Masih belajar mencintai kopi, dan berkeyakinan suatu saat akan dapat kontrak untuk menulis tentang museum di berbagai negara.ig@janjijhonny

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Secangkir KafeinISME #2 Melaut Ketika Daratan Tak Beremas

10 September 2015   10:58 Diperbarui: 10 September 2015   11:12 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

....Seharusnya malam itu bisa mendapatkan layanan delivery ke tetangga sebelah. Namun sayang hape yang satu selalu berada di tas, dan baru 30 menit kemudian dibuka. Padahal jika iya, lumayan bisa nambah penghasilan warung. Sebuah pembelajaran yang intinya jangan telat merespon atau melayang rejekimu.

Tidak jauh dari malam biasanya, malam ini hanya beberapa motor yang berlalu lalang di depan -JanjiJhonny-, namun belum satupun yang mampir. Lima belas kursi masih terlihat tak berpantat. Hhhaa Senin, masih jadi sebuah syndrom bagi beberapa orang untuk tidak banyak beraktivitas. Jadi banyak orang yang lebih menghabiskan waktu di rumah. Anekdot tentang Senin pun bermacam rupa. Ada yang membuat kata-kata begini dari lantai satu ke lantai 25 kemudian balik lagi ke satu pasti melewati angka 24 dan seterusnya, sedangkan dari Minggu ke Senin cuma sehari betapa cepatnya balik ke rutinitas. Namun ada pula sebagian orang yang terlihat begitu semangat dengan kata I love Monday mencoba berkampanye melawan arus kemalasan.

Helm fullface serta selalu tidak pernah pelan ketika masuk ke warung sudah jadi ciri manusia satu ini. Naluri pembalap yang selalu ia tampilkan dengan skuter matiknya. Angger, teman sewaktu masih bercelana pendek warna biru. Ya segitu aja orangnya. Tinggi dan berkulit eksotis kalo orang asing bilang. Bersyukur ketika ia datang malam ini, setidaknya rejeki yang tadi hilang diganti oleh Yang Maha Istimewa. Bersama satu motor lagi datang mengisi halaman warung yang cukup luas. Lumayan dalam hati berkata. Seperti biasa, lemon tea panas dan sosis kevin pesanannya, sedangkan satu temannya memesan kopi dari Flores Bajawa dan roti panggang tiramisu. Jadi semakin berkeliplah lampu di warung yang mungil ini. Tidak hanya lampu papan penunjuk warung yang kerlap kerlip namun suasana pun juga. Hueheuehe...

...Sudah medical check up bro ?berapa habisnya ? berapa tiket kesana ?.pertanyaan yang terdengar dari meja ujung utara menghibur suasana warung bersama radio yang tidak pernah lelah menemani saya berjualan (7/9)....

Dari yang ia obrolkan dengan temannya, saya jadi teringat kisah hidupnya. Angger ini dulu teman saya di SMPN 3  Bantul. Saya tidak begitu akrab dengannya. Meskipun kadang kami berangkat ke sekolah bersepeda bersama. Yang saya tahu ia dulu lulusan SD elit di Bantul. Dan ia adalah murid kelas 1D serta 3D. Bahkan ketika kita sama-sama gila dengan game online saya dan ia hanya bertegur sapa menghargai perjuangan EBTANAS sewaktu SMP. Namun entah berapa tahun tidak terdengar kabar, setahun yang lalu 2014, saya dapat kabar jika ia baru saja pulang ke tanah air. Wohoho...pulang ke tanah air? Hal yang selalu jadi impian saya dengan kata pulang ke tanah air. Bahkan salah satu mimpi terbesar saya adalah bisa berkeliling dunia dan mengunjungi berbagai museum yang ada di dunia. Eh dia yang duluan pergi keliling dunia.

Angin jika kencang berhembus pasti akan terdengar suaranya. Begitu pula informasi yang saya peroleh, rupanya ia selama kurang lebih delapan bulan bekerja di kapal pesiar. Pantes ia bisa berkeliling dunia. Malaysia, Taiwan, Jepang dan masih banyak negara di Asia yang berhasil ia kunjungi. Asyik? Iya asyik bisa keliling luar negeri, namun banyak orang yang tidak tahu kisah di dalam dek kapal.

Bermodal semangat yang  sudah dalam level nekad kalau saya bilang, ia pun ikut mendaftar ke kapal luar. Tidak hanya nekad saja, beragam pelatihan pun ia lakoni hingga akhirnya ia berlayar.

...Mas , aku pesen latte sama kentang satu ya. Teman yang satu datang lagi. Baguslah akhirnya tidak ada setan lagi  yang menemani Angger dan satu teman berlogat khas anak Jakarta, karena mereka sudah bertiga. Tak mau ketinggalan, saya pun membrew Arabica Bali Kintamani, sambil masih mengeksplorasi teknik biar bisa menghasilkan seduhan kopi yang unik dan juga menemani saya membuat coret-coretan ini. Yang saya suka dari membrew kopi salah satunya adalah aroma kopi yang wanginya joss. Aroma kopi ini juga bisa berfungsi sebagai antioksidan penangkal sel kanker...

Star Cruz, Royal Caribean  terdengar dari bangku paling utara warung ini. Mepet dengan tanaman rimpang yang ditanam di beteng warung. Kembali ke ceritanya. Jadi selama tahun 2013-2014 Icus atau Angger ini berlayar. Dulunya ia bekerja di sebuah counter hp. Mungkin karena upah yang diterima dengan apa yang ia impikan tidak sesuai akhirnya lebih memilih berlayar.  Muncul ide berlayar pun tidak secara spontan, melainkan hasil dari kegundahannya. Tanya sini tanya situ tentang lowongan kerja hingga akhirnya seorang teman mengajaknya untuk berlayar.

Menyange ning kono dibayari ro perusahaan Ngger ? Yo ora jawabnya waktu itu. Nganggo biaya dewe. (Berangkatnya kesana dibayarin perusahaan Ngger ? Ya enggak jawabnya waktu itu. Pake biaya sendiri)

Selalu di negeri ini, banyak ikan yang bermain di dalam kolam. Itu juga dialami teman saya ini. Untuk berangkat saja harus ada upeti untuk mengurus ini itu. Mereka bekerja bukan berlibur lho!! Tapi para oknum ini pun seakan tutup mata karena yang mereka tahu ia pulang bawa duit banyak.

Memang sih banyak yang berkata jika ingin mendapatkan upah yang tinggi salah satunya adalah berlayar. Dan memang benar kerja di kapal memang menggiurkan. Bayangkan untuk upah saja di job paling bawah alias house keeper gajinya sudah setara gaji pegawai berijazah S1 bahkan bisa melebihi. Belum lagi job di bagian lainnya yang semakin tinggi tentunya. 

Selama bekerja di kapal, ia bekerja sebagai house keeper atau juru bersih kamar. Setiap hari selama satu minggu ia bekerja sesuai jadwal. Kadang pagi, bahkan malam pun ia bekerja. Sekali bertugas jumlah kamar kapal yang ia wajib bersihkan sekitar 20 kamar. Dan itu harus selesai hanya dalam beberapa waktu. Sekitar dua jam jika tidak saya lupa semua kamar wajib bersih.

Ngomongin upah, yang ia terima selama satu bulan sekitar enam hingga delapan juta. Gede ya? Tapi pengorbanan yang ia lakukan tidak layaknya seperti para wisatawan yang datang naik kapal, berfoto ria, foya-foya dan sebagainya. Ia bekerja! Bahkan minggu yang diamini sebagai hari libur internasional tidak ada dalam kamusnya. Libur baginya hanya ketika jeda shift kerja atau ketika kapal bersandar. Barulah ia bisa meregangkan otot sembari membelanjakan beberapa dollar dari gajinya. Dan satu lagi kontrak kerja di kapal maksimal 10 bulan. Bisa dibayangkan hari-harinya yang kebanyakan hidup di laut. Saya yakin warna laut sudah tidak biru lagi, mungkin hitam saking enegnya melihat laut atau warna lainnya.

Hebat!!! Itu kata yang pantas untuk kisah hidupnya.  Ketika ia hanya menerima ijazah SMA, tentu standar gaji di negara yang masih sibuk memperkaya diri masing-masing tidaklah tinggi. Tetapi sebuah  mimpi membangunkan rumah yang layak untuk orang tua dan kedua adiknya tidak membuatnya surut. Berlayar menjadi sebuah solusi. Meninggalkan negerinya dan daratan demi mengumpulkan pundi-pundi dollar. Sederhana ya mimpinya, membangunkan rumah yang layak. Bagi mereka yang hidup dengan segala kemudahan hidup mungkin mimpi mereka tidak sesederhana itu namun mendalam. Apalagi bagi anak muda, sebuah mimpi yang masuk dalam kategori langka.  

Sebuah tekad kalau sudah diyakini, meskipun terlihat sulit pasti ada jalannya. Dan benar, Angger sudah membuktikan. Bermodalkan semangat untuk terus hidup, si anak desa memberanikan diri pergi ke dunia antah berantah. Apa itu berlayar? Gimana bertahan hidup disana? Siapa temannya? Berapa TOEFL nya ?Dan masih banyak pertanyaan-pertanayaan yang mencoba menurunkan tekad ia tabrak. Semua pertanyaan yang mencoba mengganjalnya terjawab secara pasti. Ia dapat hidup disana dengan makanan yang disediakan kapal, ia dapat tahu bagaimana negeri Jepang tempat dimana Gundam kesukaannya lahir, dan ia bahkan bertemu dengan banyak orang dari berbagai negara dengan tanpa TOEFL yang muluk-muluk.  Filipina, Cina, Vietnam dan masih banyak lagi teman yang ia peroleh. Dan akhir tahun ini, ia bersiap untuk kembali mengarungi samudra tepatnya di Amerika Latin.

Sebuah kisah hidup yang tidak menyerah pada keadaan. Terkadang kita anak muda ketika melihat sebuah tantangan dengan berbagai keterbatasan banyak yang ngendo (mengelak) bahkan  menyerah. Padahal jika kita coba lakukan, pasti kita akan dapat sesuatu dari situ. Entah gagal atau berhasil, kita akan mendapat pengalaman dan pasti dapat ilmu juga, bagi yang mau berpikir dan belajar dari setiap kejadian.

...Bukankah tujuan diciptakan bumi berbentuk bulat agar kita bisa melihat sesuatu dari berbagi arah. Srrrrupptt... Akhirnya Bali Kintamani menutup semua, baik warung maupun secangkir kafeinISME.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun