Mohon tunggu...
Esang Suspranggono
Esang Suspranggono Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Si Jhonny yang berusaha menepati Janjinya. Berharap kisahnya bisa menginspirasi bagi lainnya. Masih belajar mencintai kopi, dan berkeyakinan suatu saat akan dapat kontrak untuk menulis tentang museum di berbagai negara.ig@janjijhonny

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Secangkir KafeinISME #2 Melaut Ketika Daratan Tak Beremas

10 September 2015   10:58 Diperbarui: 10 September 2015   11:12 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang sih banyak yang berkata jika ingin mendapatkan upah yang tinggi salah satunya adalah berlayar. Dan memang benar kerja di kapal memang menggiurkan. Bayangkan untuk upah saja di job paling bawah alias house keeper gajinya sudah setara gaji pegawai berijazah S1 bahkan bisa melebihi. Belum lagi job di bagian lainnya yang semakin tinggi tentunya. 

Selama bekerja di kapal, ia bekerja sebagai house keeper atau juru bersih kamar. Setiap hari selama satu minggu ia bekerja sesuai jadwal. Kadang pagi, bahkan malam pun ia bekerja. Sekali bertugas jumlah kamar kapal yang ia wajib bersihkan sekitar 20 kamar. Dan itu harus selesai hanya dalam beberapa waktu. Sekitar dua jam jika tidak saya lupa semua kamar wajib bersih.

Ngomongin upah, yang ia terima selama satu bulan sekitar enam hingga delapan juta. Gede ya? Tapi pengorbanan yang ia lakukan tidak layaknya seperti para wisatawan yang datang naik kapal, berfoto ria, foya-foya dan sebagainya. Ia bekerja! Bahkan minggu yang diamini sebagai hari libur internasional tidak ada dalam kamusnya. Libur baginya hanya ketika jeda shift kerja atau ketika kapal bersandar. Barulah ia bisa meregangkan otot sembari membelanjakan beberapa dollar dari gajinya. Dan satu lagi kontrak kerja di kapal maksimal 10 bulan. Bisa dibayangkan hari-harinya yang kebanyakan hidup di laut. Saya yakin warna laut sudah tidak biru lagi, mungkin hitam saking enegnya melihat laut atau warna lainnya.

Hebat!!! Itu kata yang pantas untuk kisah hidupnya.  Ketika ia hanya menerima ijazah SMA, tentu standar gaji di negara yang masih sibuk memperkaya diri masing-masing tidaklah tinggi. Tetapi sebuah  mimpi membangunkan rumah yang layak untuk orang tua dan kedua adiknya tidak membuatnya surut. Berlayar menjadi sebuah solusi. Meninggalkan negerinya dan daratan demi mengumpulkan pundi-pundi dollar. Sederhana ya mimpinya, membangunkan rumah yang layak. Bagi mereka yang hidup dengan segala kemudahan hidup mungkin mimpi mereka tidak sesederhana itu namun mendalam. Apalagi bagi anak muda, sebuah mimpi yang masuk dalam kategori langka.  

Sebuah tekad kalau sudah diyakini, meskipun terlihat sulit pasti ada jalannya. Dan benar, Angger sudah membuktikan. Bermodalkan semangat untuk terus hidup, si anak desa memberanikan diri pergi ke dunia antah berantah. Apa itu berlayar? Gimana bertahan hidup disana? Siapa temannya? Berapa TOEFL nya ?Dan masih banyak pertanyaan-pertanayaan yang mencoba menurunkan tekad ia tabrak. Semua pertanyaan yang mencoba mengganjalnya terjawab secara pasti. Ia dapat hidup disana dengan makanan yang disediakan kapal, ia dapat tahu bagaimana negeri Jepang tempat dimana Gundam kesukaannya lahir, dan ia bahkan bertemu dengan banyak orang dari berbagai negara dengan tanpa TOEFL yang muluk-muluk.  Filipina, Cina, Vietnam dan masih banyak lagi teman yang ia peroleh. Dan akhir tahun ini, ia bersiap untuk kembali mengarungi samudra tepatnya di Amerika Latin.

Sebuah kisah hidup yang tidak menyerah pada keadaan. Terkadang kita anak muda ketika melihat sebuah tantangan dengan berbagai keterbatasan banyak yang ngendo (mengelak) bahkan  menyerah. Padahal jika kita coba lakukan, pasti kita akan dapat sesuatu dari situ. Entah gagal atau berhasil, kita akan mendapat pengalaman dan pasti dapat ilmu juga, bagi yang mau berpikir dan belajar dari setiap kejadian.

...Bukankah tujuan diciptakan bumi berbentuk bulat agar kita bisa melihat sesuatu dari berbagi arah. Srrrrupptt... Akhirnya Bali Kintamani menutup semua, baik warung maupun secangkir kafeinISME.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun