....Sempat browsing ke internet dan bertanya teman tentang bagaimana museum ini dan apa saja di dalamnya. Bahkan sempat pula tertunda untuk datang ke tempat yang harus meninggalkan kartu pengenal untuk masuk ke kompleks museum, namun akhirnya sampai juga di Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta...
Proyek pribadi untuk berkeliling museum kembali berlanjut. Setelah beberapa bulan lamanya terbengkalai akibat kegalauan berkepanjangan . Dulu hanya dengar bagaimana isi mesum ini, kini bola mata saya bisa menyaksikan sendiri kemegahan sejarah yang terkandung di dalamnya.
Deeek....deeekk...deeeek....mesin kendaran roda dua saya perlahan memasuki area museum. Sebuah pesawat angkut buatan Amerika bernama Chatarina menjadi pager ayu, menyapa saya dan rekan seimpian. Untuk masuk ke dalam ruangan Museum Dirgantara Mandala kami berdua hanya cukup membayar uang sebesar Rp 6.000 plus ijin kamera sebesar Rp 1.000. Sedangkan untuk menyewa jasa Guide kami cukup menambah Rp.30.000 saja.
Ready,Take Off, and Fly...
....Hall of fame...saya menyebutnya. Inilah para tokoh hebat yang pernah memimpin Angkatan Udara negeri ini..
[caption id="attachment_362299" align="aligncenter" width="300" caption="Ruangan depan berisi foto para Marsekal Udara Republik Indonesia"][/caption]
Terpajang puluhan mantan Marsekal Udara yang pernah memimpin TNI AU. Mulai dari bapak pendiri AURI Laksamana Udara Rd. Surjadi Suryadarma hingga foto Marsekal terakhir. Untuk menjadi pemimpin prajurit udara di Indonesia seperti di ruangan ini rupanya tidak mudah. Salah satu syaratnya menurut guide kami Pelda Suparyana, adalah lulusan terbaik AKMIL atau dengan kata lainnya peraih penghargaan Adhi Makayasa lah yang dapat menjadi seorang Marsekal Udara.
Berbicara tentang pucuk pimpinan penguasa udara republik ini, banyak hal baru yang saya dapat. Selain peraih Adi Makayasa, para pemimpin tertinggi ini rupanya harus bisa menerbangkan pesawat. Alasannya, udara adalah matra utama di Angakatan Udara. Agar kelak ia mengetahui bagaimana kondisi udara tanah air Indonesia. Hal ini berlaku juga di angakatan lain. Seperti halnya di Angkatan Darat yang menjadi matra utama adalah darat dan laut di Angkatan Laut
10 menit mendengarkan penjelasan tentang kisah para jendral bintang empat , kami melanjutkan perjalanan mengelilingi isi museum. Berdiri 4 patung yang terbuat dari logam dihadapan kami. Berseragam layaknya penerbang sungguhan. Keempat patung adalah pahlawan negara Indonesia dari kesatuan Angkatan Udara.
Marsekal Muda Agustinus Adi Sudjipto dan Prof.dr.Sp.F Abdulrahman Saleh berdiri bersama di sebelah kiri lambang Angkatan Udara. Keduanya gugur pada masa perang kemerdekaan. Pesawat carteran Dakota yang dipilotinya tertembak di daerah Ngotho Bantul, setelah melakukan penerbangan guna mencari bantuan dari negara tetangga.
[caption id="attachment_362292" align="aligncenter" width="300" caption="Replika bangkai pesawat yang ditunggangi Marsekal Muda Adi Sucipto dan Marsekal Muda Abdulrahman Saleh"]
Sedikit cerita tentang Marsekal Muda Adi Sudjipto . Di buku Untuk Negeriku karya autobiografi Mohammad Hatta, Adisucipto turut andil dalam mencari dukungan luar negeri. Ia bersama Bung Hatta terbang menuju India guna mencari dukungan persenjataan. Bukan mendapat dukungan senjata, Bung hatta yang kala itu mengganti nama menjadi Umar justru mendapat dukungan lebih berupa pengakuan kedaulatan sebagai negara merdeka. Selain mengantarkan Bung Hatta ke India, Adi Sucipto adalah pilot pertama kali yang menerbangkan pesawat. Kemampuannya diperoleh dari pelatihan semasa Hindia Belanda.
Di sebelah kanan patung Garuda, juga tak kalah hebatnya perjuangan dari Marsekal Muda atau lebih kerennya dikenal sebagai Jendral bintang satu Abdul Halim Perdana Kusuma dan Iswahyudi. Keduanya gugur saat sendang mencari bantuan senjata dari negara tetangga. Pesawat Afroanson yang dikemudikan jatuh di Tanjung Hantu Malaya. Konon, dalam penerbangan kedua pilot ini mengalami cuaca buruk dan jatuh.
Tadinya saya berpikir bahwa untuk menjadi penerbang pesawat khususnya pesawat tempur adalah semua lulusan akademi militer AU. Namun itu salah, hanya murid-murid pilihan saja yang mampu lolos ujian untuk masuk ke pelatihan penerbang. Dibutuhkan orang yang mampu berpikir tenang dan cepat mengambil keputusan dalam keadaan bahaya untuk menjadi pilot. Seperti kisah pilot pesawat F16 yang beberapa waktu lalu mengalami kebakaran di mesin. Serta pilot Team Jupiter yang berhasil selamat dari kecelakaan.
Petualangan kami mengarungi sejarah angkasa di museum ini berlanjut ke dalam. Disinilah ruangan yang bikin saya ngiler. Melihat, menyentuh tubuhnya, dan menungganginya itu yang selalu ingin dilakukan jika sampai di tempat ini. Apalagi kalau bukan ruangan pesawat. P-51 Mustang jenis propeler (pesawat dengan baling-baling) buatan Amerika menjaga pintu masuk ruangan alutsista. Ditempat inilah terdapat banyak pesawat dengan kisah heroiknya. Mulai dari operasi penumpasan DI/TII, Trikora, Dwikora, Seroja dan lainnya.
[caption id="attachment_362293" align="aligncenter" width="300" caption="Jenis pesawat legendaris yang dulu mampu membuat Jepang bertekuk lutut B-25"]
Dominasi dua kutub kekuatan dunia saat itu berada semua di hanggar Museum Dirgantara.Saat Indonesia dibawah pilot Presiden Soekarno, kekuatan militer Indonesia mendapat dukungan dari Soviet. Kehebatan pesawat MiG membuat Indonesia menjadi macam Asia. Bahkan Australia pun belum memiliki pesawat secanggih itu pada masa itu. Tidak hanya di udara saja, saya pernah menyaksikan bahwa dulu Angakatan Laut Indonesia juga disegani di Asia dengan memiliki kapal perang berjuluk Sea Monster.
[caption id="attachment_362295" align="aligncenter" width="300" caption="Pesawat MiG buatan Rusia pernah menjadi senjata negeri ini "]
Berganti tongkat kepemimpinan di Era Orde Baru,kecanggihan peralatan tempur kita berkiblat pada Amerika. Baru kali ini saya menyaksikan sendiri jenis pesawat pembom kota Nagasaki dan Hiroshima pada PD II. Bomber 25 atau familiar disebut B-25 berdiri gagah ditengah usianya yang sudah menua. Pesawat dengan ukuran jumbo ini juga tak luput dari operasi militer negeri Indonesia. Rata-rata semua pesawat yang mendiami ruang alutsista pernah ikut dalam operasi militer.
Sedikit pengetahuan dalam penamaan pesawat di negeri kita. Inisial huruf di pesawat seperti C-105, B-25,F-16 merupakan nama dari jenis pesawat. B berarti bomber atau pesawat pengebom, C berarti Cargo atau di Indonesia sudah diubah menjadi A yang berarti angkut, begitupun dengan F yang masuk dalam kategori pesawat tempur. Sedangkan angka terakhir dalam pengkodean menunjukan jumlah pesawat yang dimiliki.
Sering menyaksikan film garapan Hollywood ? disitu sering kita menyaksikan mocong pesawat selalu di lukis entah gambar atau tulisan, ternyata lukisan itu juga ada di pesawat kita. Seperti gambar hiu yang ada disalah satu koleksi pesawat disini, yang berharap agar pesawat ini ganas seperti hiu di lautan. Ada sebuah kisah unik pesawat B-25 milik skuadron 1 yang berlambang kijang. Penasaran dengan kisahnya ? ada baiknya anda sendiri yang mendengarnya langsung dari para guide disini.
Langkah kaki kami pun memasuki ruangan terakhir dari museum ini. Tadi kami masuk bebarengan dengan anak-anak kecil. Entah kenapa tiba-tiba kami tinggal bertiga bersama Bapak Pelda Suparyana. Suasana yang hening membuat saya dengan rekan satu hati saya bisa menikmati isi dari museum ini. Di ruang terakhir ini kami melihat sebanyak 45 lambang skuadron. Itu jumlah keseluruhan skuadron udara dari Sabang – Merauke penjaga langit NKRI. Setiap skuadron memililki spesifikasi kerja sendiri. Pada skuadron 1 misalnya merupakan skuadron dengan persenjataan pesawat tempur, sedangkan skuadron 2 merupakan skudaron dengan pesawat angkut, begitu seterusnya.
Landing dengan penuh kebanggaan
....Inilah akhir dari perjalanan pesawat kami melintasi langit sejarah bangsa ini. Tidak ada kata selain bangga dan takjub. Dulu bangsa kita hanya berperang melawan Belanda dengan pesawat rampasan Jepang jenis Cureng yang notabene berukuran kecil. Namun justru Belanda yang kalang kabut menghadapi TNI masa itu. ...
Diusia Museum Dirgantara Mandala yang lebih dari 30 tahun atau tepatnya pada tahun 1984 sejak dipindahkan dari Jakarta, ruangan museum ini masih terawat rapi. Kondisi ruangan di dalam pun tidak terkesan horor , justru semakin ke dalam rasa penasaran pengunjung semakin tinggi. Perawatan ruangan dan seluruh barang boleh dibilang terawat. Jarang di Indonesia ada museum yang terawat dan bersih. Hal ini yang membuat saya kagum dengan Museum Dirgantara Mandala.
Mungkin butuh sedikit sentuhan teknologi untuk menimbulkan suasana keren ditempat ini. Seperti permainan video yang ada di museum memorial Jendral Soeharto di Sedayu. Cuplikan film tentang perjuangan khususnya pertempuran di udara atau dialog para pejuang tempo dulu akan semakin menghidupkan suasana. Selain itu bisa saja diisi dengan kisah hidup para pejuang yang dulunya membela ibu pertiwi, pasti semakin mendramatisir suasana. Yang mutakhir dari museum ini sempat saya melihat ruangan simulasi pesawat P-51 Mustang, tetapi sayang kami tidak bisa menjajalnya.
Terakhir saran saya, ketika anda datang ke museum usahakan untuk menyewa jasa guide, karena tanpanya kita hanya melihat benda saja. Sedangkan untuk mengetahui ceritanya kita tidak akan paham. Ibarat gamelan, kita tidak akan bisa mendengar suara nya kalau tidak ada yang nabuh (mukul). Sampai ketemu dengan kami pemburu kisah sejarah “museum hunter” di tempat berikutnya.
....Our Mission is Fly and Fight.... Dirgahayu TNI AU semoga kisahmu menginspirasi para generasi muda untuk tetap mempertahankan Negara ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H