Mohon tunggu...
Esa Naila Rabbani
Esa Naila Rabbani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia

mahasiswi aktif yang senang mengeksplor hal baru juga memiliki minat yang tinggi pada bidang komunikasi, Public Speaking. salam hangat untuk para pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ada Apa dengan Gen Z? Krisis Identitas, FOMO, hingga Melorotnya Nilai-Nilai Pancasila

26 Desember 2024   10:30 Diperbarui: 26 Desember 2024   20:09 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto ilustrasi konsumsi media sosial berlebihan (sumber: pinterest https://pin.it/3uH0f6YuU)

penulis: Esa Naila Rabbani (2407278), Dr. Dinie Anggraeni Dewi M.Pd., M.H, Muhammad Irfan Andriansyah S.Pd. 

Lagi-lagi gen Z, ada apa sebenarnya dengan gen Z? Generasi yang sering kali dipandang sebagai generasi yang unik dan berbeda dari generasi pendahulunya. Mereka adalah generasi yang terdiri dari individu yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 sebagai generasi pertama yang tumbuh besar dalam era digital, dengan internet dan media sosial yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka. Namun, di balik kecanggihan teknologi yang mereka kuasai, ada fenomena yang mencemaskan yaitu krisis identitas yang semakin mendalam hingga menyebabkan melorotnya nilai-nilai Pancasila yang dulu menjadi dasar negara Indonesia. Apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan Generasi Z? Apakah benar gen z mengalami krisis identitas? FOMO?

Krisis Identitas: Pengaruh Media Sosial dan Budaya Global

Salah satu isu utama yang dihadapi Generasi Z adalah krisis identitas. Media sosial memainkan peran penting dalam membentuk cara pandang mereka terhadap diri mereka sendiri. Platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube tidak hanya menjadi tempat untuk berbagi momen kehidupan, tetapi juga tempat untuk membentuk citra diri dan eksistensi. Bagi banyak remaja dan anak muda, media sosial sering kali menjadi ajang pembanding yang tidak sehat, memunculkan tekanan untuk selalu tampil sempurna atau mengikuti tren yang sedang viral sehingga menciptakan berbagai standar hidup yang tidak masuk akal.

Di sisi lain, budaya global yang begitu dominan dalam dunia maya membuat banyak individu Gen Z merasa terasing dengan budaya asli mereka. Banyak dari mereka yang lebih akrab dengan budaya asing baik itu gaya hidup, musik, maupun fashion daripada dengan tradisi atau nilai lokal yang ada di Indonesia. Hal ini semakin memperburuk kesulitan mereka dalam menemukan jati diri yang sejati. Misalnya, mereka seringkali terjebak dalam standar kecantikan atau gaya hidup minimalis ala Barat, tanpa menyadari bahwa nilai-nilai tersebut tidak selalu mencerminkan siapa mereka sebenarnya, atau bahkan tidak mencerminkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat Indonesia.

Akibatnya, banyak generasi muda yang tidak lagi merasa nyaman dengan kebudayaan mereka sendiri. Krisis identitas ini terlihat jelas ketika mereka lebih memilih mengikuti tren global daripada merayakan kebudayaan Indonesia, yang seharusnya menjadi warisan yang dibanggakan.

FOMO: Tekanan Sosial yang Memperparah Krisis Identitas

foto ilustrasi gaya hidup akibat FOMO (sumber: https://pin.it/sMq8Yt6kr) 
foto ilustrasi gaya hidup akibat FOMO (sumber: https://pin.it/sMq8Yt6kr) 

Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) menjadi salah satu tantangan terbesar bagi Generasi Z, terutama karena tingginya intensitas mereka menggunakan media sosial. FOMO adalah perasaan cemas atau takut ketinggalan sesuatu yang dianggap penting atau menyenangkan oleh orang lain. Fenomena ini semakin diperburuk oleh platform digital yang terus menampilkan kehidupan orang lain secara ideal dan tanpa cela.

FOMO memaksa Generasi Z untuk selalu terhubung secara online, mengikuti tren, dan bahkan merasa harus memiliki hal-hal yang sama dengan apa yang mereka lihat di layar. Misalnya, ketika teman-teman mereka memamerkan gaya hidup tertentu di media sosial, banyak dari mereka yang merasa "harus ikut" untuk tidak merasa tertinggal. Hal ini bisa memengaruhi keuangan mereka, mengorbankan nilai-nilai kebersamaan, dan memperburuk krisis identitas mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun