Mohon tunggu...
RagaAsga
RagaAsga Mohon Tunggu... wiraswasta -

Hanya bicara dalam diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kuat, Aku Tidak Dapat Sepertinya?

14 September 2014   01:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:46 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seorang pria  yg berasal dari keluarga sederhana mengalami musibah,masalah bertubi-tubi,yg orang lain takkan mampu untuk menghadapinya, Di tinggalkan kedua orang tuanya karena kecelakaan lalu lintas,di keluarkan dari pekerjaannya sebagai karyawan salah satu perusahaan swasta, dan diputuskan hubungan oleh orang yg dicintainya,hanya 1 minggu dia mengalami semua musibah itu,

Tapi yg tak habis pikir,dia masih  bisa berdiri dengan tegap,tanpa ada keraguan dalam melakukan aktifitasnya, seperti tak ada tangisan,kesedihan dan beban yg dirasakan,apa dia memiliki hati? apa dia sudah gila?

setiap orang yg mengenalnya tidak tahu,apa yg dia pikirkan.. datanglah seorang teman yg memberanikan diri untuk menanyakan semua itu..

"Apa yg kamu rasakan saat ini?" , "tidak ada.."

"Maaf sebelumnya,apa kamu tidak merasa sedih atas yg kamu alami?" , "ya...aku sedih,aku merasa terpukul dan tercabik-cabik karena itu"

"Tapi kenapa kamu masih tenang saja? seperti tidak menampakan kesedihan itu?" , "untuk apa? apa itu dapat mengembalikan semuanya"

"pertama orang tuamu,pekerjaanmu lalu orang yg kau cintai, Jika aku jadi kamu,mungkin aku akan mengakhiri hidupku,tujuan,mimpiku pasti telah hancur karena itu,orang tua adalah alasan aku berjuang dalam hidup,dari kasih sayang dan doanya aku dapat mengejar mimpiku,dari kerjaanku,aku mengumpulkan pundi-pundi harta untuk kehidupanku kelak,dan orang yg kucintai yg nanti akan menjadi ibu dari anak-anakku dalam keluarga kecilku.tapi kenapa kamu bisa menghadapi itu semua? "

"sejujurnya,aku punya pikiran seperti itu,mengakhiri hidupku. tapi aku berfikir, orang tuaku yg berada di surga nanti akan marah padaku dan bagaimana jika itu trjadi dan tuhan membenciku juga, saat malam kejadian itu, orang tuaku datang dalam mimpiku, kami bercengkerama di meja makan dan mereka bertanya tentang mimpiku, lalu mereka pada akhir pembicaraan itu berkata : wujudkan mimpimu,kami akan selalu mendoakanmu. soal pekerjaanku,itu soal yg bukan apa-apa untukku,aku tinggal mencarinya lagi kan!"

"lalu bagaimana dengan hubungan kamu dengan dia,apa kamu tidak mencintainya?" , "aku sangatlah mencintainya,karena itu aku merelakannya"

"merelakannya?? bagaimana bisa seperti itu??" , "kami berada dalam budaya dan keyakinan berbeda,aku tahu,itu tidak masalah jika kami saling mencintai,coba aku berbalik bertanya padamu, menurutmu cinta itu apa?" , "cinta ya..mmmhhh cinta itu hubungan dua orang manusia yg saling merasakan,dan semua itu di luar logika dan nalar bukan?" , "SALAH..!! setiap orang hanya mengartikan CINTA secara definisi yg di rasakannya,dan itu bukan CINTA."

"jadi, menurutmu apa itu CINTA? dan kenapa kamu merelakannya begitu saja hanya dengan perbedaan yg masih dapat di tolerir oleh kalian berdua?" , "menurutku cinta itu hanya 1 kata yaitu MEMBERI, tanpa mengharapkan apapun. ikatan,status,cemburu dan semua yg ada di cinta itu hanya ego kita untuk memiliki, aku merelakannya, karena terlalu banyak tekanan dari keluarganya, tiap malam air matanya selalu membasahi baju bagian pundak kananku, dalam tangisannya,aku mengerti berat beban yg dipikulnya karena kecaman dan ancaman dari keluarganya,dan jika kami meneruskan itu,akan banyak yg merasa tersakiti bukan?"

"bukannya,jika kamu mencintainya,kamu akan berusaha mendapatkannya?apa kamu sudah menyerah?" , "aku sudah melakukan semuanya, aku tidak menyerah! aku hanya membatasi cintaku padanya dan egoku untuk memilikinya,bukannya jika kita telah melakukan sesuatu dengan sepenuh kemampuan lalu itu tidak dapat dimiliki,itu namanya takdir!"

"takdir!,berarti kamu menyalahkan tuhan?" , "tentu saja tidak! aku tidak menyalahkan siapapun,tuhan,keluarganya maupun dia"

"aku masih tidak mengerti dengan pemikiranmu tentang semua musibah ini,tolong jelaskan agar aku paham?" , "baiklah, akan aku katakan apa yg kupikirkan : yg pertama, atas meninggalnya kedua orangtuaku, semua yg kulakukan kini,semua percuma bukan,sekeras-kerasnya aku menjerit,menangis,bersedih,apa itu akan mengembalikan orang tuaku?yg sekarang hanya bisa kulakukan,hanyalah berdoa yg terbaik untuk mereka disana, yg kedua, tentang pekerjaanku! apa aku harus mengemis-ngemis kepada manager untuk tidak mengeluarkanku?, apa aku harus marah? tidak,manager mengeluarkanku secara hormat,karena masalah internal dalam perusahaan itu,dan aku diberikan pesangon ganti rugi dg jumlah cukup besar, sekarang,aku tnggal memilih,untuk melamar pekerjaan baru,atau berusaha membuka usaha sendiri dari pesangon itu,dan terakhir,tentang orang yg kucintai, aku membicarakan ini baik-baik dengan dia dan keluarganya, dia sih masih ingin meneruskannya denganku, tapi tidak dengan keluarganya,aku yakin, keluarganya punya keputusan yg terbaik untuknya, karena itu aku dapat merelakannya, dan aku bicara dengan senyum dan lembut ku berkata kepadanya "aku yakin,ini semua untuk km,yg terbaik untukmu..terimalah! kamu pasti bisa melaluinya" sambil kuusap air mata di pipinya,lalu aku mencium tangan kedua orangtuanya,menurut keyakinanku untuk menghormati."

"itu pemikiran yg sederhana,tapi tak mudah dilakukan bukan?,kamu hebat dapat melalui semua itu dan masih dapat tersenyum." , "memang tak mudah,tapi ingat satu hal, jangan lupakan tuhanmu, serahkan bahagia dan sedihmu dengan doamu, bukankah semua yg didunia ini hanya titipan darinya? yg aku lakukan,bukan jg karena yg kuinginkan,tuhan hanya memberikan yg kita butuhkan,bukan apa yg kita inginkan bukan!"

dengan menutup kata "terimakasih". dengan mata terpejam,mengangkat wajahnya ke arah lampu di langit-langit,membendung airmata di kelopak mata yg di pejamkan,tersenyum dengan kebanggaan yg besar , pembelajaran yg tak mungkin didapatkan dari apapun selain kehidupan. aku-pun tak dapat sepertinya!

Tangerang,13 September 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun