Mohon tunggu...
Cindy Claresta Rendyna
Cindy Claresta Rendyna Mohon Tunggu... Lainnya - :D

We'll feel our spark again☆

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ruang Terbatas dalam Ingin Tanpa Batas: Difabelzone Indonesia dan Hambatan Pemberdayaan

11 Juni 2022   21:56 Diperbarui: 11 Juni 2022   22:31 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi pribadi

Dalam wawancara kami bersama teman-teman difabel di sana, komunitas ini merupakan anugerah bagi mereka. Mereka belajar membatik dengan cara mereka masing-masing--menitik, menggaris, dengan canting hingga kuas, kreasi tanpa batas untuk mereka mewujudkan kreasi. Sayang, dalam perkembangannya Difabelzone Indonesia ini juga menabrak batasan yang sulit dilampaui, sesuatu yang akan saya bahas setelah ini. 

Ruang Terbatas untuk Eksplorasi tanpa Batas

Batik karya teman-teman DifabelZone Indonesia. Sumber: Dokumentasi pribadi.
Batik karya teman-teman DifabelZone Indonesia. Sumber: Dokumentasi pribadi.
Batasan atau hambatan yang menjadi masalah utama dari komunitas Difabelzone Indonesia ini adalah ruang mereka yang terbatas--ruang dalam artian harfiah, tempat mereka berkarya, gedung mereka tinggal, workshop mereka bekerja. 

Anggota komunitas ini bisa terbilang cukup terbatas, hanya 21 anggota dengan 5 orang pengurus. Dihantam oleh pandemi, banyak anggota yang terpaksa harus pulang ke rumah masing-masing bersama keluarga mereka, sehingga saat kami berkunjung kemarin, hanya ada beberapa teman difabel yang tersisa dan hidup bersama di sana. Namun, meski hanya ada beberapa saja dari keseluruhan anggota, workshop terasa begitu penuh karena keterbatasan ruang yang ada.

Keterbatasan ruang ini merupakan masalah yang cukup serius mengingat di workshop itulah begitu banyak karya dan kreasi tersimpan. Workshop itu menjadi tempat bagi teman-teman mengerjakan batik--mereka membatik dan menggores lilin di halaman depan workshop, ruang tengah workshop berisi hasil-hasil karya mereka yang digantung dan disimpan dalam kotak-kotak plastik besar, bagian dalam workshop menjadi tempat istirahat bagi teman-teman. 

Di workshop itu juga sering kali diadakan touring dan pelatihan membatik bagi tamu-tamu serta turis asing yang berminat, seperti teman-teman Rotaract dari Macau University, Flinders University, Macquarie University PACE--dulu ramai, namun sejak pandemi, kegiatan ini juga menyepi. Kemudian, karena ruang workshop yang terbatas, touring dan  pelatihan batik juga tidak bisa dilaksanakan dengan maksimal dengan personil yang terbatas pula.

Tidak hanya itu, keterbatasan ruang ini juga menyebabkan komunitas DifiabelZone Indonesia sulit untuk menambah anggota baru. Hal ini kemudian memberikan dampak pada kurangnya sumber daya yang dimilikinya, memperlambat proses produksi, yang mana di saat yang sama pesanan terus masuk, sehingga DifabelZone Indonesia mau tidak mau harus membatasi jumlah pesanan yang  masuk. 

Masalah sumber daya ini juga berhubungan dengan keterbatasan kemampuan pengurus dalam mengurus segala birokrasi dalam komunitas, hubungan dengan komunitas lain dan pelayanan pada pelanggan, serta urusan promosi dan manajemen media sosial. 

Masalah ini menyebabkan Difabelzone Indonesia cukup tergantung terhadap bantuan volunteer dari teman-teman yang empati pada komunitas ini--membantu membuatkan website, photoshoot produk, juga pelatihan-pelatihan batik untuk teman-teman difabel.

Permasalahan-permasalahan ini kemudian akan berdampak pada pemasukan dan profit total komunitas. Anggota komunitas yang tidak bisa ditambah karena ruang workshop yang terbatas menyebabkan kurangnya tenaga kerja dalam memproduksi. 

Hal ini sangat disayangkan karena sebenarnya banyak teman-teman difabel di luar sana yang ingin bergabung dengan komunitas, ingin mendapatkan kesempatan yang sama namun tidak bisa. 

Kurangnya tenaga kerja juga berhubungan pada penurunan kinerja pada produksi sehingga minimal dan membutuhkan waktu yang lama serta aspek-aspek lain--bantuan volunteer kerap kali bersifat sementara, sehingga banyak hal yang kembali tidak termanajemen secara maksimal, seperti katalog produk di media sosial Instagram komunitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun