Bocah 3 tahun itu tak terlalu paham, yang ia tahu hanyalah ibu pergi, dan ia akan tinggal bersama bibi Rosa, bibi kesayangannya. Aku seringkali menghabiskan waktu untuk bermain sendirian di kamar ibu, pikirku agar tidak terlalu sepi.
13 tahun berlalu, kini aku paham bahwa mungkin ibu tidak akan pernah kembali. Hanya kain putih dan sisir hijau itu yang ibu tinggalkan. Tidak bisa kupungkiri lagi, semakin dewasa, aku semakin membutuhkan figur seorang ibu. Hingga aku bisa menyelesaikan studi arsitek, aku hanya bisa memamerkan hasilnya ke batu nisan Bibi Rosa.
“Bi, kalau aku udah bisa kerja, aku mau nyari ibuk”.
Saat ini, aku hanya bisa memandangi ruangan ini, kamar ibuku. Sosoknya tidak ada, namun kenangannya tetap tersimpan. Ibu, aku kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H