Mohon tunggu...
Erza Heksa Arifin
Erza Heksa Arifin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah Universitas Udayana dan Universitas Padjadjaran

Doyan mikir

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Tipes, Gorengan, dan Kemiskinan

27 Juni 2024   13:59 Diperbarui: 3 Juli 2024   20:04 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gorengan yang dijual di pinggir jalan (SHUTTERSTOCK/Andang Riana via KOMPAS.com)

Mary Mallon

Demam tifoid atau yang biasa dikenal di kalangan masyarakat sebagai penyakit tipes, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. 

Bakteri ini menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi dan tidak steril. Bakteri ini akan menyebabkan gejala-gejala seperti demam, muntah, diare, dsb.

Salah satu kasus yang paling terkenal perihal demam tifoid di dunia adalah kasus seorang wanita bernama Mary Mallon di Amerika. Ia merupakan kelahiran Irlandia yang pindah ke Amerika pada tahun 1880-an dan memulai karirnya sebagai seorang juru masak pada tahun 1907. Mary Mallon dikenal sebagai pembawa sehat (Healthy Carrier) penyakit tipes. 

Healthy Carrier yang dimaksud adalah Mary Mallon tidak mengalami sakit namun menularkannya ke orang lain. Bakteri ini ia tularkan melalui kotoran dan urinenya. Awalnya Mary menolak disebut sebagai pembawa penyakit tipes. Namun, ia dipaksa untuk oleh otoritas setempat untuk dikarantina. 

Ia dikarantina selama 26 tahun di pulau North Brother dan meninggal di tempat itu. Selanjutnya, pada tahun 1907, sekitar 3000 warga New York terinfeksi penyakit tipes yang diduga bermula dari Mary Mallon. Hal ini karena belum ditemukan imunisasi dan antibiotik untuk menghalau bakteri ini. 

Sumber: Mary Mallon (1869-1938) and the history of typhoid fever - PMC (nih.gov)
Sumber: Mary Mallon (1869-1938) and the history of typhoid fever - PMC (nih.gov)

Di Indonesia sendiri belum diketahui secara pasti kapan wabah ini mulai menjangkiti masyarakat. Namun, Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki angka kasus demam tifoid yang tinggi.

Ini didukung oleh artikel yang ditulis oleh WHO pada 2023 di laman online resminya. Disebutkan bahwa negara-negara di Asia Tenggara masih mengalami permasalahan dalam mengatasi wabah endemik ini. 

Kemenkes melalui laman ayosehat.kemkes.go.id menyebutkan bahwa salah satu faktor resiko peningkatan seseorang untuk terkena demam tifoid adalah sanitasi yang tidak baik dan akses air bersih yang kurang memadai. Juga mengonsumsi makanan dan minuman yang tidak higienis dan sudah terkontaminasi Salmonella Typhi. 

Tipes dan Gorengan

Gorengan, atau makanan yang dimasak dengan cara merendamnya menggunakan minyak panas hingga mencapai kondisi dan warna yang diinginkan. 

Gorengan adalah produk favorit di seluruh penjuru dunia. Di Indonesia, gorengan sepertinya berasal dari Tionghoa. Karena Teknik menggoreng dan alat-alat masak yang digunakan merupakan produk budaya Tionghoa.

Teknik yang digunakan dalam menggoreng seperti teknik stir-fry (Jian chao) dan deep-fry (zha) adalah teknik yang biasa digunakan masyarakat Tionghoa dalam menggoreng.

Indonesia adalah salah satu negara yang masyarakatnya sangat menggandrungi gorengan. Entah itu dimakan sebagai camilan bersantai, sebagai pendamping lauk ketika makan nasi, ataupun sebagai hidangan untuk menyambut tamu.

Pisang goreng, bakwan, tahu isi, tempe mendoan, adalah nama-nama gorengan yang begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Begitu digemari karena harganya yang terbilang sangat murah. 

Harga yang murah ini disebabkan bahan-bahan yang digunakan dalam menggoreng memiliki harga yang murah. Seperti t epung-tepungan dan minyak goreng.

Namun, selain dari harga tepung dan minyak goreng yang murah, ada faktor lain yang menyebabkan harga gorengan begitu murah. Misalnya, proses dari pembuatan gorengan yang bisa disebut cukup memprihatinkan. Minyak penggorengan akan dipakai berulang kali hingga hitam pekat. 

Gorengan juga biasanya dipilih-pilih oleh pembeli dengan cara dipegang-pegang layaknya sebuah barang non-makanan. Perilaku seperti ini yang tentunya akan menghubungkan tali antara penyakit tipes yang banyak diderita oleh masyarakat Indonesia dengan gorengan yang tidak higienis dari cara pembuatan dan penyajian. 

Bakteri Salmonella Typhi dengan mudah mampu menyebar melalui metode seperti ini. Orang yang mungkin terkena bakteri ini, lalu memilah gorengan dengan tangannya secara langsung, sangat memungkinkan untuk menularkan sang bakteri ke makanan tersebut dan menjangkit orang lain yang terkena kontak fisik dengan gorengan yang sudah terkontaminasi. 

Gorengan juga merupakan pantangan bagi pasien penderita demam tifoid. Gorengan bisa merusak proses pencernaan dan usus sang pasien. Hal ini akan memperparah penyakitnya yang bisa berujung pada kematian.

Gorengan dan kemiskinan

Gorengan yang merupakan produk makanan murah dan terjangkau, tentunya lahir dari bagaimana masyarakat Indonesia begitu membutuhkan sesuatu untuk dicerna sebagai dasar makhluk hidup untuk bertahan hidup. 

Gorengan bisa dikategorikan sebagai Junk Food atau makanan sampah yang ketika dikonsumsi dalam jangka panjang akan berakibat fatal bagi kesehatan. 

Banyaknya lemak jenuh dan kandungan minyak yang mungkin saja kotor, bisa menyebabkan penyakit kronis seperti penyakit jantung dan diabetes. Belum lagi radang tenggorokan akibat konsumsi kalori yang berlebih. 

Seperti tidak memiliki pilihan lain, masyarakat lebih memilih memakan sesuatu yang tidak baik karena begitu murah daripada kelaparan jika ingin benar-benar memakan sesuatu yang baik dan bergizi.

Akhir Kata

Tipes yang terjadi karena konsumsi makanan yang tidak higienis. Gorengan yang merupakan produk kalangan bawah yang diminati karena desakan ekonomi. 

Kemiskinan yang masih menjadi momok mengerikan bagi negara. Ketiganya ternyata saling berhubungan satu dengan yang lain. Begitu miris dan menjadi ironi yang tidak bisa dihindari. 

Bagaimana masyarakat miskin terpaksa untuk makan produk makanan yang begitu buruk, hingga pada akhirnya banyak pengidap penyakit kronis akibat pola makan yang tidak bisa dihindari itu. 

Bahkan ketika mereka sakit akibat pola makannya sendiri, keadaan ekonomi mereka akan memaksa mereka untuk tidak bisa meraih fasilitas kesehatan yang terbilang cukup mahal. Masyarakat miskin seperti dilahirkan ke dunia hanya untuk mati di kemudian hari.

Referensi

Banerjee, Nikita. 2024. "Foods for Typhoid. What to Eat and What to Avoid?". https://pharmeasy.in/blog/foods-for-typhoid-what-to-eat-and-what-toavoid/

Putri, Risa Herdahita. 2020. "Awal Mula Orang Nusantara Mengenal Gorengan". https://historia.id/kultur/articles/awal-mula-orang-nusantara-mengenalgorengan-Pdlg0/page/3.

Marineli, Filio. Dkk. 2013. "Mary Mallon (1869-1938) and The History of Typhoid Fever". https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3959940/. 

Kemenkes. n.y. "Tipus (Penyakit Tipes)". https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/infeksi-enterik/tipus-penyakit-tipes

World Health Organization. 2023. "Typhoid". https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/typhoid

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun