Mohon tunggu...
Muhamad Erza Fachrezi
Muhamad Erza Fachrezi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, Perkenalkan nama saya Muhamad Erza Fachrezi. Saya memiliki ketertarikan pada penulisan suatu konten.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Masa Depan Keanekaragaman Hayati Indonesia: Menjaga Kelestarian demi Generasi Mendatang

23 Desember 2024   10:26 Diperbarui: 23 Desember 2024   10:26 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas di dunia, rumah bagi ribuan spesies flora dan fauna unik yang tak ditemukan di tempat lain. Namun, kekayaan alam ini berada di ambang krisis. Perubahan iklim, degradasi habitat, dan perburuan liar menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan hidup puspa dan satwa Indonesia. Dalam Forum Bumi yang diselenggarakan Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia, berbagai pihak berbagi pandangan dan menawarkan solusi untuk melestarikan keanekaragaman hayati negeri ini.

Sebagai salah satu negara kepulauan terbesar, Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau yang menjadi rumah bagi 15% spesies mamalia dunia, 17% burung, dan 9% reptil. Selain itu, menurut data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Indonesia juga memiliki tingkat endemisitas burung, mamalia, dan reptil tertinggi di dunia. Namun, di balik kekayaan ini tersembunyi ancaman yang serius. Prof. Satyawan Pudyatmoko, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dalam acara Forum Bumi, mengungkapkan, "Aktivitas manusia telah mengganggu kestabilan sistem alam yang merusak keanekaragaman hayati dan iklim." Pernyataan ini menjadi pengingat akan pentingnya aksi nyata untuk melindungi ekosistem Indonesia.

Selain itu, Indonesia juga menjadi salah satu rumah bagi kekayaan laut yang luar biasa. Dengan habitat lebih dari 2.000 spesies ikan, terumbu karang di Indonesia termasuk yang terkaya di dunia, menjadikannya tempat perlindungan bagi kehidupan laut. Namun, seperti halnya degradasi habitat daratan, terumbu karang pun tak lepas dari ancaman penangkapan ikan berlebihan dan pencemaran laut. Ancaman ini tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga mengurangi sumber daya alam yang akan sulit dipulihkan dalam jangka pendek.

Beragam ancaman terhadap keanekaragaman hayati Indonesia dapat diringkas dalam tiga aspek utama, yang dikenal sebagai Triple Planetary Crisis: perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Pertama, degradasi habitat akibat konversi hutan menjadi lahan perkebunan dan pembangunan infrastruktur telah menghancurkan habitat alami banyak spesies. Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA), yang seharusnya menjadi tempat perlindungan, sering kali tidak cukup luas untuk mendukung populasi satwa yang sehat. Kedua, perburuan dan perdagangan ilegal, seperti yang menargetkan spesies orangutan dan harimau Sumatera, telah mengancam keberlangsungan ekosistem yang seimbang. Ketiga, perubahan iklim akibat pemanasan global mengubah pola cuaca, mempengaruhi habitat alami, dan memicu kepunahan spesies tertentu. Bahkan hutan tropis Indonesia, yang merupakan salah satu bioma tertua di dunia, menghadapi ancaman kebakaran hutan yang semakin sering terjadi.

Namun, Keanekaragaman hayati Indonesia terus dihadapkan dengan ancaman yang semakin kompleks dan mendalam. Dari hilangnya habitat alami hingga munculnya spesies asing yang mengganggu keseimbangan ekosistem, berbagai tantangan terus menghantui. Banyak spesies, baik tumbuhan maupun hewan, kini terancam punah akibat berbagai faktor yang saling berkaitan. Salah satu ancaman besar adalah masuknya spesies invasif, seperti ikan nila, yang kini telah menyebar ke banyak perairan Indonesia dan mengancam populasi ikan asli. Spesies invasif ini sering kali mendominasi habitat yang seharusnya menjadi tempat hidup spesies lokal, mengurangi keragaman dan merusak ekosistem yang telah ada selama ribuan tahun. Menghadapi hal ini, diperlukan pendekatan yang lebih kreatif dan terkoordinasi untuk mengendalikan penyebaran spesies yang merusak ini.

Melindungi keanekaragaman hayati Indonesia membutuhkan lebih dari sekadar kebijakan. Pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pihak, dari pemerintah hingga masyarakat, sangat penting. Sebagai langkah awal, pemerintah Indonesia telah memulai upaya rehabilitasi kawasan kritis, dengan menanam kembali hutan yang rusak dan membangun koridor ekologis untuk menghubungkan habitat-habitat yang terisolasi. Ini bertujuan untuk memperbaiki ekosistem yang telah terganggu, menciptakan ruang yang lebih luas bagi spesies lokal untuk berkembang, serta mencegah dampak lebih lanjut dari invasi spesies asing. Langkah-langkah ini sangat penting, tidak hanya untuk menjaga kelestarian flora dan fauna Indonesia, tetapi juga agar generasi mendatang dapat menikmati kekayaan alam yang luar biasa dan beragam ini.

Selain itu, penegakan hukum terhadap pelaku perburuan dan perdagangan ilegal harus diperkuat melalui penerapan Undang-Undang No. 32 Tahun 2024 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Masyarakat adat, yang selama ini hidup harmonis dengan alam, juga memainkan peran penting dalam pengelolaan kawasan konservasi, sementara edukasi kepada generasi muda menjadi kunci untuk meningkatkan kesadaran publik. Tak kalah penting, Yayasan KEHATI dan organisasi lainnya telah mempromosikan pendanaan inovatif, termasuk filantropi, untuk mendukung keberlanjutan upaya konservasi ini.

Forum Bumi yang diselenggarakan Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia menjadi wadah diskusi yang inspiratif. Dalam forum ini, para ahli menyampaikan bahwa keanekaragaman hayati tidak hanya memiliki nilai ekologis, tetapi juga ekonomi dan budaya. Sebagai contoh, hutan tropis Indonesia menyimpan potensi besar untuk pengembangan obat-obatan herbal dan produk-produk ramah lingkungan.

Prof. Satyawan Pudyatmoko juga menegaskan pentingnya kolaborasi antar berbagai pihak. "Konservasi bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama. Peran aktif masyarakat, swasta, dan komunitas internasional sangat diperlukan untuk melindungi puspa dan satwa Indonesia," ujarnya. Hal ini menjadi semakin mendesak mengingat banyak spesies puspa dan satwa Indonesia yang kini masuk dalam daftar terancam punah akibat kehilangan habitat dan perburuan liar. Dengan langkah nyata yang terintegrasi, Indonesia dapat membangun masa depan yang lebih baik bagi keanekaragaman hayati, menjadikannya warisan tak ternilai untuk generasi mendatang.

Dalam Forum Bumi juga dibahas pentingnya pendekatan yang melibatkan komunitas secara langsung. Salah satu contohnya adalah program konservasi berbasis masyarakat di Papua, di mana penduduk setempat diajak aktif menjaga hutan adat mereka. Pendekatan seperti ini tidak hanya berkontribusi pada pelestarian lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi nyata bagi masyarakat lokal. Keberhasilan program tersebut membuktikan bahwa pelibatan masyarakat dalam upaya konservasi tidak hanya menjadi solusi untuk masalah ekologis, tetapi juga menciptakan dampak sosial dan ekonomi yang berkelanjutan. Jika diterapkan di berbagai wilayah lain, model ini bisa menjadi harapan baru bagi perlindungan puspa dan satwa yang terancam punah, sekaligus membangun generasi yang lebih sadar akan pentingnya menjaga kelestarian alam.

Melindungi keanekaragaman hayati bukan hanya tentang menyelamatkan spesies dari kepunahan. Ini adalah investasi untuk masa depan. Dengan menjaga kelestarian alam, kita memberikan warisan tak ternilai bagi generasi mendatang. Memperlihatkan sebuah dunia yang kaya akan kehidupan, penuh warna, dan harmonis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun