Mohon tunggu...
Eryadi Sukandar
Eryadi Sukandar Mohon Tunggu... -

Muslim, Marketer, gamer, writer(?) Twitter: @truloner Line id: eryadi89

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Corat-coret Wota: Larangan Berpacaran

17 Oktober 2015   14:37 Diperbarui: 17 Oktober 2015   14:58 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Baiklah, tanpa diduga ternyata corat- coret saya sebelumnya mampu memperoleh atensi yang cukup positif dari coreters sekalian. Padahal, awalnya saya kira corat-coret tersebut hanya akan memperoleh hits rate  sekitar 50 saja, yah mengingat itu memang sekadar corat coret dengan topik seadanya yang jauh dari kesan impresif. Saya pun kembali terpanggil untuk melanjutkan corat coret dengan topik yang masih sama, yaitu dunia per-wota-an yang tentu saja, masih terkait dengan per-fans-an JKT 48. Yah hitung-hitung mempopulerkan dunia wota, dan harapan saya, moga-moga coreters sekalian bisa sedikit tertarik atau bahkan mempertimbangkan untuk terjun ke dimensi per-wota-an. Oh iya, saya mencoba memperkenalkan istilah coreters untuk teman-teman sekalian yang sudah rela meluangkan waktunya hanya untuk membaca corat-coret saya ini. Yah siapa tahu bisa jadi istilah populer nantinya.

Di sini, saya akan coba sedikit mengejawantahkan salah satu hal menarik dalam dunia per-wota-an, menarik karena bisa dibilang hal inilah yang membedakan ngidol (istilah untuk ng-fans idol group) dengan per-fans-an yang lain. Nah, apakah hal yang menarik tersebut? Tidak lain dan tidak bukan adalah larangan berpacaran para member JKT 48. Menarik karena larangan berpacaran ini memang tertuang dalam “aturan tertulis (?)” bertitel Golden Rules yang harus dipatuhi para member JKT48.

Mungkin para coreters sekalian bertanya-tanya kenapa saya membubuhi simbol (?) pada kalimat sebelumnya, tidak lain dan tidak bukan karena saya sendiri pun masih belum 100% yakin dengan eksistensi aturan ini, apa memang betul-betul berwujud, sekadar fiksi, atau memang ada tapi hukumnya adalah sunnah,  alias tak dipatuhi pun tak berdosa. Sedangkan, untuk isi dari Aturan Emas ini sendiri sedikitnya ada tujuh poin, yang lagi-lagi seperti biasa, saya agak malas untuk menyebutkannya karena info mengenai hal ini bisa dengan mudah dicari dengan bantuan Google yang tentunya, gratis. Toh, di corat coret ini saya hanya akan membahas satu poin saja, yaitu larangan berpacaran.

Seperti yang pernah saya coret sebelumnya, bahwa delusi adalah faktor utama banyak orang, -khususnya pria-pria jomblo- memberanikan diri untuk terjun ke dunia ngidol. Selain aktivitas member JKT 48 yang memang sudah dirancang sedemikian rupa agar memungkinkan mereka untuk dengan mudah berinteraksi dengan fans, larangan berpacaran ini juga bisa jadi merupakan pemicu delusi sebagian besar fans JKT48. Bagi kalangan fans yang jomblo dan mungkin mengalami keterpurukan mental sebagai akibat delusi, mereka seakan-akan menemukan sosok ideal yang bisa mereka jadikan atau anggap pacar.

Saya tidak akan menyalahkan atau mencibir mereka, karena pada hakikatnya mereka ini hanyalah korban dari trik bisnis semata. Walaupun saya baru-baru ini saja memasuki dimensi per-wota-an, tapi setidaknya saya bisa mengambil kesimpulan bahwa tingkat delusi berbanding lurus dengan keuntungan. Betapa tidak, banyak ditemukan orang-orang yang rela merogoh kocek sedalam mungkin hanya untuk sekadar salaman atau ngobrol selama beberapa detik dengan idolanya. Delusi Anda adalah uang bagi kami, mungkin itulah motto pihak manajemen JKT48 dan idol group lainnya. Terkesan kurang ajar memang,  tapi sekali lagi, business is business, toh yang diperas uangnya pun merasa senang kan?

Kalau paragraf sebelumnya adalah sedikit pandangan saya dengan melihat realita para fans dan manajemen, lantas bagaimana dengan para member JKT 48 itu sendiri? Apa mereka rela atau sanggup untuk menahan hasrat menggebu-gebu untuk tidak berinteraksi secara spesial dengan lawan jenis? Jujur saya belum menemukan jawabannya, hanya Tuhan dan para member JKT 48 yang tahu. JKT 48 ini bukanlah sekelompok pemudi Rohis atau aktivis dakwah kampus yang dimana berpacaran merupakan suatu hal tabu dan terlarang bagi mereka.

Percayalah, saya dulu sempat banyak berinteraksi dengan kalangan anak masjid dan bagi mereka ketahuan berpacaran merupakan aib yang mana para pelakunya bisa dijatuhi sanksi, walaupun tidak sampai dinikahkan. Nah, pemudi-pemudi yang masuk di kalangan inipun ternyata banyak juga yang tidak tahan dan pada akhirnya berpacaran, padahal mereka ini sudah berada di lingkungan relijius dengan penjagaan sosial yang tidak main-main. Kemudian saya berpikir, kalau mereka saja pada akhirnya berpacaran, apalagi dengan para member JKT48 yang notabenenya merupakan gadis-gadis belia cantik nan populer serta dikagumi banyak pria. Apa mereka bisa tahan ketika ada sesosok pria tampan berkendaraan dan mapan melakukan aksi pendekatan? Bisa saja, tapi saya yakin susahnya luar biasa.

Para member JKT48 ini sedang berada pada usia belajar dimana biasanya pada umur-umur tersebut hasrat dan kebutuhan untuk memperoleh pacar sedang mencapai puncaknya, atau kita lazim menyebutnya dengan istilah masa puber. Saya termasuk orang yang sukses melewati sebagian besar masa puber saya dengan tidak berpacaran. Bukannya saya tidak mempunyai keinginan untuk berpacaran, hanya saja keinginan tersebut selalu terpental begitu saya mulai melakukan proses pendekatan terhadap lawan jenis, atau istilah populernya adalah nggak laku. Melarang para member JKT48 untuk berpacaran bagi saya sama susahnya dengan melarang kucing untuk tidak makan ikan. Patuh? Bisa saja, tapi siapa yang tahu  kalau secara diam-diam sang kucing makan ikan, yang penting kan tidak ketahuan.

Saya pribadi pada akhirnya tidak akan heran dan terkaget-kaget ketika menemukan ada member JKT48 yang tertangkap basah sedang memamerkan kemesraan dengan lawan jenis. Sulit bagi saya untuk serta merta marah dan mencibir para member JKT48 yang sedang terlilit skandal semacam ini, karena saya menyadari bahwa saya pernah melewati usia-usia kasmaran seperti mereka. Banyak sekali di kalangan fans yang saya yakin akan marah, kesal, dan mungkin dengan semangat ’45 akan mencibir member tersebut tatkala mereka mengetahui bahwa member tersebut ketahuan sudah memiliki pacar.

Saya sendiri hanya bisa memikirkan tiga alasan untuk menjelaskan rasa amarah kebanyakan fans ini: iri, cemburu, dan merasa dikhianati. Merasa iri dengan sang pejantan karena berhasil merebut hati member, cemburu karena terlanjur menganggap sang member adalah pacar imajiner-nya, dan merasa dikhianati karena totalitas perjuangannya untuk mendukung sang member terasa sia-sia. Sebagai wota, ada kalanya juga saya merasa kesal kalau ada member yang ketahuan berpacaran. Tapi segala bentuk kekesalan, amarah, dan kemurkaan saya tersebut akan lenyap dan musnah seketika ketika saya bertanya pada diri saya sendiri, “memangnya saya ini siapa?”. Itulah mengapa saya tidak akan ambil pusing dengan larangan berpacaran ini, karena saya ngidol memang bukan untuk menciptakan sosok pacar imajiner, melainkan sebagai bentuk pelarian dari rutinitas sehari-hari dan tentunya, untuk bersenang-senang.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun