Mohon tunggu...
Erykah
Erykah Mohon Tunggu... -

A mother of two lovely kids

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sanja Festival Ajang Pamer Tato di Asakusa

11 Juni 2012   13:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:06 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari sabtu tanggal 19 Mei, saya bersama seorang sahabat pergi ke kuil Asakusa untuk melihat Sanja Festival. Festival ini sudah diadakan sejak zaman Edo, tepatnya sejak tahun 1872. Pada waktu itu Sanja Festival diadakan setiap tahun pada tanggal 17 dan 18 Mei, namun sekarang festival ini diadakan setiap minggu ketiga di bulan Mei pada hari jumat, sabtu, dan minggu. Asakusa merupakan daerah shita machi. Shita machi adalah sebutan untuk area tempat tinggal bagi rakyat golongan pedagang dan pengrajin. Pada zaman Edo masyarakat dibagi 4 kelas yang disebut shinokosho. Kelas tertinggi tentu saja diduduki oleh golongan prajurit yang disebut bushi. Para bushi dan keluarganya ini tinggal di daerah dalam lingkungan benteng Edo, sedangkan pedagang dan pengrajin tinggal di daerah sekitar benteng yang disebut Jokamachi. Kelas berikutnya ditempati oleh petani, petani tinggal di desa-desa jauh dari pusat kota Edo. Meskipun secara hierarki, para petani ini menempati golongan kedua setelah prajurit tetapi dalam prakteknya mereka adalah golongan yang selalu diperas keringatnya melalui pajak (waktu itu berupa beras) yang sangat tinggi untuk membiayai hidup para prajurit. Kelas ketiga dan keempat berturut-turut diduduki oleh pengrajin dan pedagang. Para pengrajin dan pedagang ini tidak dikenai pajak dan memiliki berbagai previlage yang tidak dimiliki oleh golongan petani. Pada akhirnya kedua golongan ini nantinya malah memiliki andil yang besar dalam pembentukan budaya masyarakat mulai pertengahan sampai akhir zaman Edo. Kembali ke Sanja Festival, festival ini merupakan salah satu dari 3 festival terbesar yang diadakan pada zaman Edo. Mengapa disebut Sanja, yang berarti tiga kuil, sebab pada awalnya festival ini diadakan di tiga buah kuil yang terletak di Asakusa. Berbicara tentang Asakusa tentu saja tidak bisa lepas dari Yakuza atau mafia Jepang. Asakusa adalah salah satu basis yakuza terbesar di Jepang. Para yakuza ini tentu saja juga ikut ambil bagian dalam festival ini dengan mengangkat Mikoshi (tempat tinggal dewa) dengan hanya menggunakan fundoshi, yaitu semacam celana dalam tradisional Jepang berupa kain putih yang dililitkan di sekeliling selangkangan seperti para pemain sumo. Pada tahun 2007 bahkan dari 30 kelompok pengusung Mikoshi 70 persen diantaranya adalah kelompok yakuza. Berikut saya posting beberapa foto Sanja Festival tahun 2012.

Ramai-ramai mengusung mikoshi

Penarik becak jinrikisha

Nakamise yang selalu penuh sesak

Pembuka jalan di depan mikoshi

Topeng tradisional

Yakuza dengan celana dalam fundoshi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun