Assalamualaikum, saya Eryani Kusuma Ningrum Calon Guru Penggerak Angkatan 10 Jakarta Utara. Pada kesempatan ini saya akan menulis mengenai Jurnal Refleksi Dwi Mingguan pada modul 2.3 mengenai Coaching untuk Supervisi Akademik. Jurnal ini sebagai refleksi diri setelah selama dua minggu ke-2 mengikuti kegiatan Pendidikan CGP yang kedepannya akan ditulis secara rutin selama dua mingguan sebagai tugas yang harus dikerjakan oleh calon guru penggerak.
Dalam menulis jurnal refleksi ini saya menggunakan model 1 yaitu model 4F (Fact, Feeling, Findings, dan Future), yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P yakni : Peristiwa; Perasaan; Pembelajaran; dan Penerapan.
Peristiwa (Fact)
Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation mendefinisikan coaching sebagai "bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif." Berbagai tugas dalam Sub Pembelajaran memberikan pengalaman yang berharga bagi saya dalam memahami coaching. Tugas Ruang Kolaborasi yang terdiri dari latihan dan praktik coaching memberikan pengalaman yang menarik bagi saya dalam melakukan coaching. Memberikan pengalaman kepada saya bagaimana berperan sebagai coach dan juga bagaimana saya berperan sebagai coachee.
Melalui pembelajaran Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching, saya menjadi lebih memahami makna membantu orang belajar daripada mengajarkan. Menurut definisi yang diberikan oleh Grant (1999) dan International Coach Federation memberikan landasan kuat bahwa coaching bukan hanya sekadar alat bantu, melainkan kemitraan bersama untuk menggali potensi pribadi dan profesional melalui proses stimulatif dan eksploratif.
Saat mempratikkan bersama rekan sejawat, tugas yang diberikan di Sub Pembelajaran menjadi perjalanan berharga yang membawa saya lebih memahami diri baik menjadi observer, coach bahkan coachee. Ruang Kolaborasi, bersama dengan latihan dan praktik coaching, menjadi tempat berharga di mana saya merasakan dinamika yang membantu dan membantu dalam peran saya sebagai coach. Ini bukan hanya tugas; itu adalah pengalaman hidup yang membentuk saya untuk membantu mereka yang dibimbing menjadi lebih baik, belajar lebih banyak, dan berkembang secara pribadi. Menggali lebih dalam tentang coaching tidak hanya membantu Anda mendapatkan lebih banyak pengetahuan; itu juga membantu Anda memahami filosofi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Saya semakin yakin bahwa membantu orang belajar adalah kunci utama dalam menciptakan perubahan yang baik. Coaching tidak hanya membuka pintu untuk pembelajaran tetapi juga membuka pintu untuk kreativitas dan potensi yang tak terbatas. Semoga setiap langkah dalam perjalanan ini tidak hanya membuat Anda menjadi lebih baik.
Dalam pelaksanaan tugas yang diberikan di Sub Pembelajaran menjadi perjalanan berharga yang dalam memposisikan diri sebagai coach. Ketika melakukan kegiatan di Ruang Kolaborasi, saya bersama dengan latihan dan praktik coaching bersama teman-teman, menjadi tempat berharga di mana saya merasakan dinamika yang membantu dan membantu dalam peran saya sebagai coach. Menggali lebih dalam tentang coaching tidak hanya membantu saya mendapatkan lebih banyak pengetahuan. Saya terbantu dalam memahami filosofi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Saya semakin yakin bahwa membantu orang belajar adalah kunci utama dalam menciptakan perubahan yang baik. Coaching tidak hanya membuka pintu untuk pembelajaran tetapi juga membuka pintu untuk kreativitas dan potensi yang tak terbatas. Semoga setiap langkah dalam perjalanan ini tidak hanya membuat Anda menjadi lebih baik.
Perasaan (Feeling)
Setelah mempelajari Modul 2.3 ini saya merasa senang, lega dan termotivasi untuk melakukan coaching ini untuk perencanaan, untuk mencari solusi dalam berbagai permasalahan yang saya hadapi maupun yang dihadapai rekan sejawat di sekolah, untuk berefleksi, dan untuk kalibrasi. Mendapatkan ilmu baru melalui Modul 2.3 ini sungguh luar biasa dan saya sangat berterima kasih karena mendapatkan banyak manfaat dari pengetahuan saya tentang coaching. Tidak hanya itu, tetapi pengetahuan ini mengubah cara supervisi akademik dilakukan.
Sebelumnya, supervisi akademik seringkali dianggap sebagai penilaian yang tegang dan tidak nyaman yang dilakukan oleh manajer sekolah oleh guru. Namun demikian, paradigma supervisi akademik telah berubah menjadi paradigma coaching dengan prinsip-prinsip yang memberi inspirasi. Semangat saya sangat didorong oleh pengetahuan baru yang saya pelajari dari modul ini. Forum diskusi di sesi elaborasi dan kolaborasi bukan hanya tempat untuk bertukar ide tetapi juga tempat untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang topik tersebut.
Pembelajaran (Findings)
Banyak pelajaran yang saya dapatkan dari materi di Modul 2.3 ini. Supervisi akademik dilakukan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid dan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah. Dalam relasi guru dengan guru, seorang coach dapat membantu seorang coachee untuk menemukan kekuatan dirinya dalam pembelajaran. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara seorang coach dan coachee yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan.
Paradigma berpikir coaching terdiri dari fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, mampu melihat peluang baru dan masa depan. Prinsip coaching yaitu "kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi". Kompetensi Inti Coaching meliputi kehadiran penuh/Presence, mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan berbobot. Percakapan Berbasis Coaching dengan Alur TIRTA : Percakapan untuk perencanaan, Percakapan untuk pemecahan masalah, Percakapan untuk berefleksi, Percakapan untuk kalibrasi.Umpan Balik berbasis Coaching terdiri dari Umpan Balik dengan Pertanyaan Reflektif, Umpan Balik menggunakan data yang valid.
Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Dalam pelaksanaannya ada dua paradigma utama yang menjadi landasan kita menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni paradigma pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu.
Penerapan (Future)
Setelah mempelajari modu1 2.3. saya bertekad untuk mempraktikkan tiga kompetensi inti coaching, presence, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching. Membuat rencana, melakukan refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi. Memberikan umpan balik dengan paradigma berpikir dan prinsip coaching. Mempraktikkan rangkaian supervisi akademik yang berdasarkan paradigma berpikir coaching. Selalu berusaha mingkatkan kemampuan diri dalam melakukan coaching dengan berlatih dan sering malakukan praktik coaching dengan rekan sejawat dan murid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H