Mohon tunggu...
Eryani Kusuma Ningrum
Eryani Kusuma Ningrum Mohon Tunggu... Guru - Miss eR

Pengajar Sekolah Dasar... Suka jalan-jalan (travelling)... Suka berkhayal lalu ditulis... Suka menjepret apalagi dijepret... kejorabenderang.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik_Koneksi Antarmateri 2.3.j

26 Juli 2024   16:33 Diperbarui: 26 Juli 2024   16:34 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah kegiatan supervisi klinis bercirikan:

  • Interaksi yang bersifat kemitraan
  • Sasaran supervisi berpusat pada strategi pembelajaran atau aspek pengajaran yang hendak dikembangkan oleh guru dan disepakati bersama antara guru dan supervisor
  • Siklus supervisi klinis: pra-observasi, observasi kelas, dan pasca-observasi
  • Instrumen observasi disesuaikan dengan kebutuhan
  • Objektivitas dalam data observasi, analisis dan umpan balik
  • Analisis dan interpretasi data observasi dilakukan bersama-sama melalui percakapan guru dan supervisor
  • Menghasilkan rencana perbaikan pengembangan diri
  • Merupakan kegiatan yang berkelanjutan

Siklus dalam supervisi klinis pada umumnya meliputi 3 tahap yakni Pra-observasi, Observasi dan Pasca-observasi. Proses tindak lanjut yang meliputi refleksi, perencanaan pengembangan diri dan pengembangan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid. Seorang supervisor dengan paradigma berpikir seorang Coach akan senantiasa menjadi mitra pengembangan diri para guru dan rekan sejawatnya demi mencapai tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid. Percakapan-percakapan antara supervisor dan para guru senantiasa memberdayakan sehingga setiap guru dapat menemukan potensi dan meningkatkan kompetensi yang ada pada setiap individu. Supervisi akademik menjadi bagian dalam perjalanan seorang pendidik menuju tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid dan membawa setiap murid mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

dokpri
dokpri

Refleksi Pembelajaran Modul 2.3

Pada Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik selaras dengan salah satu Peran Guru Penggerak menjadi coach bagi guru lain. Setelah mempelajari coaching akan melakukan atau mengimplementasikan di sekolah. Dalam menjalankan peran menjadi coach bagi guru lain, terutama yang terkait dengan peningkatan kualitas pembelajaran bagi murid di sekolah, Guru harus berdaya dalam menemani dan menuntun rekan sejawatnya itu untuk menelaah proses belajar mereka sendiri. Belajar keterampilan coaching, memberdayakan diri melalui refleksi atas hasil pengalaman praktik-praktik profesional sendiri, harus dapat mengambil pembelajaran, memunculkan pertanyaan-pertanyaan mendalam untuk mengakses keterampilan metakognitif ketika melihat dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri terkait belajar, pencapaian tujuan, dan pemecahan masalah. Sebagai coach harus lincah berpindah-pindah dari pemikiran pengembangan rekan sejawat pada level individu dan level anggota komunitas pendidik di sekolah.

Setelah saya belajar materi coaching ini, saya sudah mencoba melakukan praktek sebagai coach, saya merasa tertantang bagaimana bisa menggali pengalaman dalam mengatasi masalah dan membuat pertanyaan berbobot yang dapat membangkitkan pengetahuan coachee saya tanpa berusaha memberikan arahan. Saya juga belajar menahan diri untuk tidak menjudgment, mengasumsikan serta mengasosiasikan ketika coachee berpendapat. Untuk permasalahan ini saya bertanya pada diri saya sendiri,apa yang bisa saya lakukan agar emosi saya tetap terkontrol. Menurut saya disini lah keterampilan sosial emosional yang saya dapat di modul 2.2 diuji pemahamannya. Saya harus mampu mengolah emosi , keterampilan kesadaran diri, pengelolaan diri dan keterampilan berelasi perlu diterapkan ketika saya menjadi coach di kelas.

Selama pembelajaran, saya sudah merasa mampu dalam menahan diri saya untuk tidak menjudgment ketika siswa saya berpendapat. Saya berikan mereka kebebasan berpendapat ketika saya mengajukan pertanyaan, tentu dengan pengaturan kesempatan berpendapat agar tidak mengganggu ketertiban di kelas. Saya merasa berhasil dalam menerapkan keterampilan sosial emosional. Saya juga selalu berusaha menjadi pendengar yang baik bagi rekan sejawat saya ketika mereka berkeluh kesah yang sedikit banyak dapat melepaskan beban mereka. Dari obrolan santai ini terlahir rencana bagaimana rekan berusaha mengatasi masalah yang dihadapinya, dan tentu saja saya tetap menerapkan 3 keterampilan coaching yang sudah saya pelajari.

dokpri
dokpri

Keterkaitan coaching dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi

Sistem Among yang dianut Ki Hajar Dewantara menjadikan guru dalam perannya bukan satu-satunya sumber pengetahuan melainkan sebagai mitra peserta didik untuk melejitkan kodrat dan irodat yang mereka miliki, apa yang dilakukan?, salah satunya adalah mengintegrasikan pembelajaran berdifrensiasi kedalam pembelajaran, dimana pembelajaran harus disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan belajar, sehingga pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan individu peserta didik, dalam hal ini "KHD mengibaratkan bahwa guru adalah petani, dan peserta didik adalah tanaman dan setiap individu peserta didik adalah tanaman yang berbeda, jika tanaman padi membutuhkan banyak air, tentu akan berbeda perlakuan terhadap tanaman jagung yang justeru membutuhkan tempat yang kering untuk tumbuh dengan baik".

Kegiatan untuk melatih menghadirkan presence yang bisa kita lakukan adalah dengan melakukan kegiatan STOP dan Mindful Listening yang telah kita pelajari pada modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional yang lalu Penting diingat tidak ada satu cara yang terbaik untuk semuanya karena setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk dapat menghadirkan presence. Untuk itu temukan cara yang paling efektif untuk Bapak/Ibu agar bisa terus melatih diri dan menerapkannya sebelum dan selama melakukan percakapan coaching. Pendekatan Sosial dan Emosional dalam praktek coaching juga sangat diperlukan, Melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan guru, peserta didik akan menemukan kedewasaan dalam proses berfikir melalui kesadaran dan pengelolaan diri, sadar akan kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya, mengambil prespektif dari berbagai sudut pandang sehingga sesuatu yang menjadi keputusannya telah didasarkan pada pertimbangan etika, norma sosial dan keselamatan dan kebahagiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun