kamu bertanya seperti itu, hahahaha... Hasilnya cepat sekali, semalaman kamu menggaruk-garuk seru akibat alergi makanan itu. Untung saja bude segera mencarikan air kelapa untuk menetralisir hal tersebut. Aduh kalau diingat-ingat lucu tapi kasian juga.
Aku suka loh, disaat kamu mengajak berkeliling di desamu keesokan harinya dimana kamu mengingat sudut tiap tempat yang kamu kunjungi saat kecil. Ah tempat di pematang sawah dengan aroma senja sorenya yang syahdu. Tiba sesaat kamu menyanyikan lagu itu,
"Harum mawar di taman
Menusuk hingga ke dalam sukma
Yang menjadi tumpuan rindu cinta bersama
Di sore itu menuju senja"
 By the way, kamu itu cocok loh jadi penyanyi. Miriplah "sedikit" seperti Tulus, hihihi...
Mas, aku tau kalau aku ini lebih aktif dibanding kamu, aktifnya yaaa lebih criwis, banyak tingkah dan tentunya selalu ingin cepat melakukan suatu hal atau kegiatan. Namun kamu bisa mengimbangiku walau ada kalanya kamu mengingatkanku untuk tidak sering memburu waktu agar selamat. "Alon-alon asal klakon" pepatah itulah yang selalu kamu ingat dan bisa Jawanya. Jujur aku selalu tertawa geli jika kamu menyebutkan kalimat itu dengan pemaksaan medog yang sungguh tak cocok. "Aku ini orang Jawa tapi namanya lahir di Jakarta eh besar di Jakarta pula, malah cocok Betawinya" ujarmu dengan tertawa geli sendiri.
Ah bagaimanapun kamu memang istimewa sih mas seperti Jogja. Kapan-kapan kita ke Jogja lagi ya! Bagaimana kalau selesai kamu diklat ini? Tumben sekali sih diklatnya seminggu penuh dan tumben juga aku menulis surat cinta untukmu.
Peluk jauh dalam dekat untuk hati yang pas menyatu,
semoga Gusti Allah selalu melindungimu sayang,
Istrimu, Nie...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H