Mohon tunggu...
Eryani Kusuma Ningrum
Eryani Kusuma Ningrum Mohon Tunggu... Guru - Miss eR

Pengajar Sekolah Dasar... Suka jalan-jalan (travelling)... Suka berkhayal lalu ditulis... Suka menjepret apalagi dijepret... kejorabenderang.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Senja Bang Uthit di Pinggir Asiatique

30 April 2020   15:00 Diperbarui: 30 April 2020   14:56 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangunan unik ini berdiri di tengah bangunan lainnya di pusat perbelanjaan Asiatique The Riverfront Bangkok, tepatnya berada di seberang 7eleven pinggir Sungai Chaophraya. 

Awalnya saya tak terpercaya bahwa kubah bulat berwarna emas yang berdiri di atas pagar adalah bangunan masjid karena mengingat kubah masjid di Indonesia berdiri langsung di atas bangunannya. "Alhamdulillah akhirnya menemukan masjid pertama yang saya kunjungi di luar negeri" gumam saya bersyukur dalam hati.

Saya dan beberapa teman yang hendak menjalankan ibadah sholat ashar seketika berlari kecil menuju belakang masjid dikarenakan hujan mengguyuri kawasan tersebut dengan manisnya, "Semanis ia membasahi kerudung saya yang melambai dengan angin yang mendera, hilih". 

Seketika terlihat bangunan sekolah berlantai tiga yang bertuliskan Sassanassuka Bang U-Tis School yang saya sendiri tak tahu diperuntukkan untuk jenjang apa karena memang tak ada orang yang dapat ditanyakan. 

Hal itu mungkin sama dengan sekolah Madrasah di Indonesia atau sejenis Pesantren tapi tak ada asrama disekitarnya. Pastinya anak-anak yang bersekolah disitu adalah muslim dan seketika membayangkan, "Lucunya anak-anak perempuan muslim Thailand yang memakai jilbab imutnya atau gagahnya anak laki-laki muslim Thailand yang memakai koko dan peci".

Depan Masjid Bang Uthit, dok Asri Mirza
Depan Masjid Bang Uthit, dok Asri Mirza
Sebelum memasuki area masjid, terlebih dahulu saya menuju ke area wudhu dengan dudukan marmer di atasnya. Tak ketinggalan ada beberapa botol sabun cuci tangan dan cermin besar yang tentunya berguna untuk merapikan kerudung para akhwat setelah berwudhu.

Menurut salah satu dosen saya, Masjid Bang Uthit dibangun pada abad ke 20 oleh umat muslim Thailand dan pernah direnovasi sekitar tahun 2015 dengan bantuan Turki.

"Tak khayal ornamen warna keemasan menghiasi dinding masjid khas Turki, aduh sudah lama sekali saya tidak ke Turki" ungkap dosen saya dengan mata berbinar.

"Apalagi saya bu, kesini saja sudah bersyukur" celetuk saya dengan lebih berbinar maklum awal pertama berkunjung keluar negeri ke Masjid pula lagi, Masya Allah Alhamdulillah.

arsitektur dalam Masjid Bang Uthit, dokpribadi
arsitektur dalam Masjid Bang Uthit, dokpribadi
Kami para jamaah wanita atau akhwat dapat melakukan ibadan di ruang mezanine yang berada di lantai dua. Hawa sejuk menerpa kulit saya dikarenakan ada tiga kipas angin besar yang berdiri gagah sambil berputar dengan lembut, "Masya Allah sejuk sekali".

Ada hal unik lainnya kala itu, seketika saya melihat mimbar dengan tangga ke atas. Spontan saya berpikir, "Mungkin khotib dapat leluasa melihat jemaahnya dari segala penjuru".

Waktu di jam tangan Indonesia menunjukkan pukul 16.30 yang berarti setengah lima di Bangkok alias tak ada perbedaan waktu antara Indonesia dan Thailand. Namun disini terlihat senja menyelimuti Asiatique dengan ikon bianglala raksasanya.

Seketika saya bergumam, "Mahal gak ya naik bianglalanya?"

Selesai melaksanakan ibadah ashar sambil menunggu teman-teman, saya duduk di kursi yang tersadar itu adalah kantin. "Kantin ini menyediakan makanan halal neng, tekwannya enak loh" celetuk dosen saya tiba-tiba datang menghampiri.

"Kalau tekwan sih banyak di Indonesia, saya mau yang lebih ekstrem bu, dancing squid misalnya yang sedang viral itu?" ungkap saya sembari menyeringai sambil bercanda. "Ya kali mau makan gurita hidup-hidup?".

Sebenarnya ada rasa enggan meninggalkan tempat duduk karena disamping lelah, saya ingin melanjutkan ibadah maghrib disitu namun teman-teman memberi tahu bahwa bus kami menunggu tak terlalu lama di kawasan Asiatique.

Tak banyak pikir, kami bergegas memasuki area Asiatique sambil menikmati suasana senja di pinggir sungai Chaophraya yang terpanjang di Thailand itu. Walau sayangnya tak berhasil menaiki bianglala raksana namun saya berhasil mencicipi dancing squid yang tentunya sudah dibakar matang, hahahaha....

Bersama Bianglala membelah senja Asiatique
Bersama Bianglala membelah senja Asiatique

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun