“Alhamdulillah segeeer”
Itulah kalimat pertama saat kami melepaskan dahaga saat berbuka. Segelas sinom hangat sudah tersedia 30 menit sebelum azan berkumandang. Tentunya untuk menghilangkan hawa panas mendidih yang memang langsung dibuat di atas kompor yang menyala.
Sinom Favorit Keluarga
Sinom adalah rebusan daun asam muda yang disanding dengan kunyit ditambah asam jawa yang diberikan pemanis gula batu. Mengapa tak memakai gula pasir? Ah itu hanya keinginan Ibunda untuk melestarikan resepnya dari nenek moyang.
Jika ditanya, “Apakah bahannya hanya itu saja?”.
Saya kira iya tapi pastinya ada bahan tertentu yang dimasukkan ibu ke rebusannya yang sungguh saya tak telaten untuk melihat prosesnya karena saya hanya penikmat, “Bagaimana bisa menjadi turun temurun? Anak turunan macam apa saya ini?”.
Terlepas dari hal seperti itu, Ibu adalah wanita super yang menjaga “Jawa”nya dengan mengolah jamu-jamuan. Mau apa? Yang bagaimana? Seperti apa? Ada saja variasi dan kreativitasnya yang saya anggap tak hanya saya sekeluarga menerima tapi orang yang mencicipi bahkan anak murid saya saja suka.
Rasa yang ditawarkan ringan, tak pahit dan tentunya segar. Sinom terkenal dari daerah Jawa Timur yang berarti muda. Mungkin karena bahan utamanya daun asam muda jadi dibilang sinom. Biasanya disajikan dalam bentuk es atau dingin tapi dari dulu Ibu selalu mengajarkan kami untuk menyenangi minuman yang hangat agar organ dalam tak kaget, begitu katanya. “Air dingin itu enak tapi yang hangat lebih nikmat”.
Si Sinom yang Menyehatkan
Beberapa khasiat sinom yang sangat saya rasakan adalah melancarkan pencernaan alias mudah untuk buang air besar setiap hari. Saya sih tidak mensurvey tapi kebanyakan karena kalapnya gorengan, lahapnya berbagai macam olahan mie dan berbagai macam es membuat pencernaan menjadi terhambat. Perut menjadi penuh bahkan dapat menyebabkan sakit perut, “Sekali lagi saya tidak mensurvey loh”.
Menurut adik saya, sinom juga dapat menurunkan panas dalam tubuh, “Apalagi jika ditambah es, #eh”. Saat itu adik diserang demam karena terlalu banyak berjemur. Yup! Berjemur sambil main basket sendirian di teras saat matahari mencolok panasnya. “Terbayang dong paniknya demam disaat pandemi sekarang?”