Alhamdulillah sudah piring kedua ketupat opor yang aku lahap hari ini. Ketupat opor ayam plus sambel goreng hati dan sate ayam sudah memenuhi perutku sedari pulang dari sholat ied. Benar kata ayah, jika tak mengingat badan maka jangan kaget jika balik ke kota timbangan akan bergeser ke kanan, oh tidaaak.
~~~
Dimulai dari pelaksanaan sholat ied di masjid desa dan diakhiri dengan bersalaman dengan seluruh jamaah perempuan. Inilah keguyuban yang terjadi di desa, walau tak kenal sekalipun semuanya akan bersalaman.
Namun ada suasana luar tercampur yaitu ketika para remaja kota merusak suasana haru dengan ajakan selfie-wefie sang nenek. Alhasil sang nenek bingung ketika diajak swafoto dan mengakibatkan mengularnya antrian ibu-ibu bersalaman karena menunggu yang sedang wefie. Ah sudahlah sampai pada akhirnya suasana tersebut meriah kembali dengan pertunjukkan petasan, duaaarrrr...
"Tenang saja, kakak akan beri lebih dari itu karena THR kakak lagi banyak nih" gumamku dalam hati. Selanjutnya ibu menginginkan untuk foto bersama.Â
Tumben ibu duluan yang menginginkan, kan biasanya kalau tidak saya pasti adik dengan gaya selfie-wefie andalan. Selesai acara selfie-wefie, tiba-tiba adik dan sepupu berjejer minta difoto dan "Oh tidak" mereka ingin difoto sambil memegang amplop lebaran dan cuuuuss uload ke medsos dengan caption, "Alhamdulillah ya sesuatu, buat jajan es sepuluh stik".
Apa-apa jepret, kakek nenek jepret sampai anak kecil pun jepret. Sebenarnya tak ada kerugian yang dialami dengan berswafoto, justru hal tersebut akan menyimpan kenangan tersendiri.Â
Apalagi jika fotonya dicetak dan disusun sesuai tahun. Jelas akan terlihat perubahan tubuh apakah menjadi besar atau langsing? Kalau saya jangan ditanya, semakin ke depan entah mengapa badan pun membesar padahal saya harus mengecilkan demi suatu hal yang tak bisa diungkapkan sekarang, uhuk.
Seperti halnya seorang sepupu yang menggunakan gamis dengan roknya yang mengembang seperti payung. Jadi saat ia berjalan, otomatis akan berkibas-kibas manja dengan anggunnya.
 Ada lagi yang simple dan sederhana dengan memakai tunik dan celana bahan. Atau memakai blouse putih dengan celana jeans yang dapat memudahkan gerakan tubuh dengan gesit.Â
Hanya bapak-bapak atau para pria yang biasa dengan koko kebesarannya yang mungkin tak ada bedanya. Tak terbayangkan jika koko ada yang bermacam-macam, akankah mereka akan menunjukkan koko tersebut dengan gemulai juga? Aiissh..
Padahal jika disebutkan seperti opor ayam dan sambel goreng ati, pada hari biasa ibu juga sering memasaknya. Apa karena suasana lebaran yang akan melebarkan badan?
 Atau dendam dengan puasa yang telah sebulan penuh dijalani? Astagfirullah, mudah-mudah ini hanya euphoria semata. Euphoria terhadap makanan lebaran yang memang enak untuk disantap dan dihabiskan sampai ke panci-pancinya.....
Terakhir dan jangan sampai terlupakan untuk memasukkan semua kegiatan seru tadi ke dalam media sosial terutama instagram dan facebook untuk dapat dikenang di tahun yang akan datang, pasti akan menjadi momen yang tak terlupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H