Mohon tunggu...
Eryani Kusuma Ningrum
Eryani Kusuma Ningrum Mohon Tunggu... Guru - Miss eR

Pengajar Sekolah Dasar... Suka jalan-jalan (travelling)... Suka berkhayal lalu ditulis... Suka menjepret apalagi dijepret... kejorabenderang.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Berburu Maaf dan Silaturahmi Ketupat

15 Juni 2018   00:27 Diperbarui: 15 Juni 2018   00:31 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disunahkan sebelum berangkat menunaikan ibadah sholat ied untuk memakan makanan hari raya atau sarapan pagi, serta melakukan perjalanan yang berbeda di saat berangkat dan pulang dari masjid.

~~~

Alhamdulillah takbir telah berkumandang pertanda kemenangan atas Ramadan telah di depan mata. Namun ada keharuan dan kesedihan disaat meninggalkan bulan Ramadan menuju Syawal yang besar. Semoga tahun depan kita semua bertemu dan merasakan Ramadan yang barokah, Aamiin.

Hari pertama Idul Fitri atau 1 Syawal  1439 H yang jatuh pada hari Jumat yang indah pasti akan meriah dengan kedatangan sanak saudara. Dari mengunjungi kakek, nenek sampai bertemu para sepupu. Mencicipi segala kekhasan kue lebaran dan berbagai macam hidangan ketupat yang lengkap dengan pasukan lauk pauknya. Ketupat yang harusnya dibagi empat dengan irisan kotak memanjang disiram dengan kuah opor ditambah sambal goreng dan daging rendang, yang aduhai, amboi ingin tambah nian.

Ayah pernah berpesan untuk selalu menjaga diri dengan memakan makanan secukupnya dan tidak berlebihan, khawatir akan membuat tubuh menggendut dan menimbun kolesterol. Lagipula akan ada lima paket makanan yang dimakan jika kita mengunjungi lima keluarga yang berbeda. Disamping itu, tak lupa dengan segala keriuhan akan pertanyaan yang menerpa seperti, "sibuk apa sekarang?" ,, "Kuliahnya sudah sampai mana?" ,, "Kapan menikah? Kan sudah mapan?". Hmm... itu sungguh harus dijawab dengan sejelas dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Dengan segala keindahan baju hari raya yang telah dipakai pada edisi resepsi undangan mantan, aku pun akan bersiap mengikuti serangkaian proses kunjungan demi kunjungan demi kebiasaan para handai taulan. Dari bersalam-salaman sampai mengucapkan rangkaian maaf yang tentunya sambil berjabat tangan. Setelah itu dipastikan akan adanya pembicaraan "biasa" yang diulang-ulang tiap tahun. Sampai di dalam hati mungkin akan berteriak, "Wahai jodohku cepatlah pinang diriku agar tahun depan dapat berganti pertanyaannya".

Barulah saat sesi memakan hidangan khususnya kue lebaran yang dibuat bangga oleh sang tuan rumah. Sebenarnya lidah ini hanya merasakan kelezatan luar biasa dari kue Ibunda. Ya memang kue buatan Ibundalah yang paling enak dan para tamu di rumah memang ikut mengakui sampai rela tak berdosa ingin meminta dibawa pulang. Dari si nastar sampai kastengel ekstra keju plus para kacang yang walau gosong digoreng tetaplah renyah untuk dikunyah. Ibunda memang luar biasa bagiku dan tentu bagi para tamu. 

Belum cukup sampai disitu, akan ada proses dimana harus membalas berbagai pesan baik lewat pesan singkat maupun media sosial. Tak enak bila diabaikan dan memang harus dibalas karena dengan membalas, salah satu dosa kita pun akan gugur karena tentu tak akan membuat "PHP" si pengirim yang menunggu balasan. Bisa dari si calon yang tak lelah menunggu sampai gebetan yang rela dimadu, eh... astagfirullah...

Persiapan yang paling penting yaitu janganlah lupa untuk menyiapkan amunisi yang berharga dengan pundi rupiah. Dengan selembar minimal sepuluh ribu dalam amplop akan membuat para anak-anak bergembira menantikan lembaran tersebut untuk ditukar dalam aneka jajanan kesukaan. Pesan untuk para anak kecil di seluruh Indonesia, mungkin saat-saat ini janganlah mudah percaya dengan sang Ibu untuk menitipi aneka amplop kalian kepadanya. 

Karena akan dipastikan, 70% menjadi tidak kembali dalam alasan apapun dan dengan penambahan keyakinan akan amplop tersebut akan kembali setahun kemudian. Sungguh ini pernah terjadi padaku 20 tahun yang lalu. Apalagi dengan selembar limapuluh ribu yang cukup menggiurkan isi dompet yang seharusnya dapat aku tukarkan dengan 10 es stik cokelat kesukaan.

 Untung-untung jika ibu menggunakan uang yang kita titipkan tersebut dengan membeli peralatan sekolah atau tas baru, bagaimana jika ibu membelikan dengan kosmetik baru? Ah sungguh akan membuat dosa yang baru dan Alhamdulillah belum pernah dilakukan ibuku saat 20 tahun yang lalu. Namun hal itu terjadi pada teman sejawatnya dan sungguh untuk tidak ditiru!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun